"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
Beberapa saat kemudian Riko tampak keluar dari ruangan di bantu dengan seorang dokter pria. Sasmita yang melihat langsung berdiri menghampiri.
"Tuan," Ucap Sasmita saat sudah berada didepan Riko.
"Sepertinya kamu cocok dengannya," Ucap si dokter sambil tersenyum menatap Sasmita.
Riko tampak diam dengan wajah datarnya, tak merasa terganggu dengan ucapan dokter Irfan.
"Sudahlah! Kalau begitu aku permisi," Ucap Riko yang tak berniat menanggapinya, terkesan cuek.
"Ck, kamu juga butuh hiburan Riko, aku rasa dia-" Dokter Irfan masih menatap wajah Sasmita dengan senyuman penuh arti.
Sasmita yang ditatap merasa canggung dan risih.
"Nona, tolong jaga majikannya dengan baik, kalau tidak dia pasti akan mengigit," Ucap dokter Irfan yang sukses mendapat tatapan tajam dari Riko Fernandez.
"Gunakan mulut mu dengan baik, jika tidak ingin keluar dari rumah sakit ini!" Ucapan penuh peringatan Riko membuat dokter Irfan langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
"Ah.. kamu sejak dulu tidak bisa di ajak bercanda, ya sudah sana pergi. Aku masih banyak pasien," Katanya yang lebih memilih cari aman dari pada kena mental.
"Permisi dokter," Ucap Sasmita setelah mendapat kode dari Riko.
"Ya, ingat kamu harus menjaganya ya!" Dokter Irfan melambaikan tangannya sambil tersenyum aneh.
Sasmita hanya menanggapinya dengan senyuman saja, ia tidak mengerti apa yang di maksud dokter Irfan.
Sampainya di dalam mobil, Riko sama seperti tadi, pria itu sibuk dengan gawainya.
Sedangkan Sasmita tampak sedang memikirkan sesuatu, "Untuk apa aku memikirkan nya, itulah haknya Tuan Riko mau bertemu dengan dokter siapapun,' Gumamnya dengan helaian napas panjang.
Riko yang duduk dibagian belakang saja begitu jelas mendengar helaian napas Sasmita yang sepertinya begitu barat.
"Untuk pertemuan dokter tadi, aku harap kamu tak mengatakannya pada siapapun, jika ibu bertanya kasih saja hasil pemeriksaan hari ini,"
"Baik Tuan," Jawab Sasmita singkat dan padat.
Meskipun banyak tanda tanya di dalam benaknya, tapi Sasmita hanya bisa diam dan patuh.
'Lagi pula itu bukan urusan ku,' Batinya.
*
*
Keduanya tak langsung pulang, Riko menyuruh supirnya untuk kesuatu tempat, dimama seseorang sudah menunggu kedatangan mereka didepan sebuah perusahaan.
"Selamat siang tuan," Sapa seroang pria yang seusia Riko.
"Mana?" Tanya Riko sambil menyodorkan tangannya.
Pria itu bernama Diko, orang kepercayaan Riko.
"Beberapa berkas penting ada di sini, dan untuk-" Diko melirik seorang wanita yang duduk di kursi penumpang depan.
"Katakan saja, dia akan diam," Ucap Riko tanpa menatap Diko, melainkan sibuk mengecek berkas dan membubuhkan tanda tangannya.
"Lusa ada pertemuan penting dengan klien dari xx, mereka ingin bertemu dengan anda langsung," Ucap Diko setelahnya.
"Atur saja, aku akan datang," Ucap Riko sambil meyerahkan berkas yang Diko berikan tadi.
Diko mengangguk, dan hendak keluar dari mobil yang di tumpangi Riko.
"Tekan terus para pemegang saham, aku yakin mereka akan menyerah dengan cepat!"
"Baik Tuan, saya akan melakukannya," Ucap Diko segera keluar dari mobil.
Mobil kembali melaju meninggalkan bangunan tinggi itu, Sasmita sempat tertegun melihatnya, tapi lagi-lagi dia hanya bisa menyimpan semuanya dalam diam dengan segala rasa penasarannya.
"Pak Hengki, mampir ketoko itu dulu," Ucap Riko saat akan melewati toko kue ternama.
"Baik Tuan," Supir itupun membelokkan mobilnya ketoko kue dan berhenti tepat di parkiran.
"Gunakan ini untuk membelinya, pak Hengki akan menemanimu," Riko memberikan sebuah kartu untuk Sasmita.
"Mari nyonya," Pak Hengki siap turun untuk menemani Sasmita.
"B-baik tuan," Sasmita kikuk, tangannya terulur untuk megambil kartu dari tangan Riko.
Setelah keduanya keluar, Riko tampak menatap kesekeliling, ia tampak mengeluarkan sesuatu dari bagian bawah kursi.
Blam