ONS lalu punya anak, itu sudah biasa.
Salah kamar, dan saling berbagi kehangatan, lalu akhirnya hamil, itu juga sudah biasa.
Menjadi istri, dikhianati lalu memilih pergi saat hamil, itu juga sudah sering terjadi.
Lalu, kisah ini bagaimana? Hampir mirip tapi banyak memiliki perbedaan. Ayesha, dia sama sekali tidak menyukai pria itu. Malah bisa dikatakan dia begitu membencinya.
Namun kejeniusan si pria membuatnya terobsesi sehingga menginginkan benihnya.
Ayesha berhasil mendapatkan yang dia mau. Bocah kecil nan pintar lahir dari perutnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya resah. Anak itu terlalu mirip dengan si pria. Bahkan si anak yang cerdas itu tahu bahwa ada pria dewasa yang mirip dengan dirinya.
" Mom, apa dia Daddy ku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa itu Ayahku? 05
" Tuan Ryder ... ."
" Oh ya Sam, apa udah sampai?"
Sam sekretaris eksekutif dari seorang CEO perusahaan farmasi besar di Indonesia itu tengah merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan. Tapi dia sendiri bingung bagaimana mengatakannya kepada sang tuan.
Ryder Yaslan Brown, putra kedua dari keturunan Brown merupakan seroang ilmuwan yang jenius. Kali ini dia diundang ke Amerika karena ingin diajak kerjasama oleh salah satu perusahaan obat terkemuka di sana. Sebenarnya Ryder sama sekali tidak tertarik, tapi ada satu hal yang membuatnya pada akhirnya mau datang ke benua merah tersebut.
" Ngomong aja kalau ada yang mau kamu omongin."
" Ehmm, maaf jika saya terkesan lancang dan sok tahu. Tapi Tuan Ryder, bukankah anak yang tadi sangat mirip dengan Anda."
Fyuuuh
Ryder menghembuskan nafasnya, ternyata itu bukan hanya sekedar perasaanya sendiri. Anak itu terllau mirip dengannya jika dibilang bukanlah siapa-siapa. Tapi itu pun menjadi sedikit dipertanyakan, pasalnya selama ini dia tidak pernah berhubungan dengan wanita hingga menghabiskan malam bersama.
" Apa sangat mirip?"
Sam mengangguk cepat, bukan hanya mirip, tapi orang yang tahu foto masa kecil Ryder pasti akan mengatakan bahwa mereka adalah orang yang sama.
" Bukankah ini aneh Tuan?"
" Hemm ya, benar. Sangat aneh jika dibilang hanya kebetulan. Ya udah itu pikirkan nanti, sekarang selesaikan yang ini dulu."
Ryder kembali diam, dia melihat ke luar jendela. Barisan gedung-gedung tinggi itu sepeti tidak terlihat dimatanya, karena wajah anak yang ia temui hanya sepintas itulah yang tertampak.
Ingatan Ryder tentu sangat tajam. Hanya dengan sekali lihat saja dia sudah bisa mengingat wajah, postur tubuh, warna rambut dan kulit hingga bentuk mata hidung, mata dan bibir anak itu.
" Gael, kalau nggak salah namanya tadi itu. Pemilik kedai makan tadi memanggilnya begitu," gumamnya lirih. Entahlah, ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan mengenai pertemuannya tidak sengaja nya tadi terhadap anak itu.
Ckiiiit
Gedung perkantoran dimana dia akan melakukan rapat terakhir sudah terlihat jelas. Sopir menghentikan mobilnya tepat di depannya, dan Sam segera keluar untuk membukakan pintu bagi Ryder.
Entah mengapa perusahaan ini belum juga selesai dengan rapatnya. Katanya ada yang ingin mereka tunjukkan untuk meyakinkan Ryder agar mau bekerja sama.
" Apa kali ini mungkin ada sesuatu yang lebih wow lagi Tuan?"
" Nggak tahu, lihat aja nanti. Padahal udah dari kemarin mereka nunjukin banyak hal tapi nggak ada yang menarik perhatian sama sekai."
Salah seroang petinggi dari perusahaan itu menjemput Ryder di lobi. Ia kemudian mengantarkan Ryder hingga ke ruang pertemuan. Ketika dia masuk, semua orang suda ada di sana dan berdiri untuk menyambut Ryder.
Si jenius yang memang diharapkan bagi mereka untuk bergabung ke perusahaan, maka dari itu mereka bersikap demikian baik dan hormat.
" Selamat pagi Tuan Ryder, silakan duduk. Kami akan menunjukkan presentasi terakhir kami. Dan saya yakin Anda akan tertarik dengan apa yang akan kami tunjukkan ini."
" Ya, aku harap demikian."
Klotak klotak klotak
Suara sepatu terdengar begitu jelas, suasana dalam ruangan yang nyaring itu membuat ketukan sepatu yang beradu dengan lantai terdengar menggema.
Seorang wanita dengan tinggi sekitar 165cm, mulai membagikan bendelan kertas. Hanya dari postur tubuhnya saja Ryder langung mengenali wanita itu. Wanita yang sama sekali tidak asing baginya. Wanita yang terus berseteru dengannya semasa kuliah, padahal mereka bukanlah teman seangkatan.
Namun, Ryder memilih diam dan menahan diri untuk tidak menyapa. Ia ingin tahu reaksi si wanita terhadap dirinya. Hanya saja, Ryder memiliki satu ingatan yang sama sekali tidak akan pernah ia lupakan hingga saat ini.
Saat wanita itu sampai pada kursinya, Ryder sebenarnya masih ingin menahan diri untuk tidak berbicara. Tapi agaknya dia sudah tidak bisa lagi menahan mulutnya tersebut.
" Apa yang kamu lakukan di sini, Ayesha Roan Brahmana?"
Doeeeenggg
Ayesha, ya wanita itu adalah Ayesha. Wanita yang merupakan adik tingkatnya di kampus. Wanita jenius tapi sedikit ceroboh dan tak jarang bersikap bodoh. Wanita yang entah mengapa begitu suka mengajaknya bertengkar dan tatapan mata benci sangat bisa Ryder rasakan.
Ryder bisa melihat tangan Ayesha seketika bergetar. Tidak seperti dulu yang tidak segan menatap matanya dengan tajam, kali ini Ayesha sama sekali tidak berani melakukan kontak mata. Bisa Ryder rasakan bahwa Ayesha tampak menghindarinya.
Hal tersebut tentu saja membuat Ryder semakin penasaran. Sebenarnya ada apa dengan wanita itu.
" Nggak, ini nggak mungkin. Jadi aku harus presentasi di depan orang itu? Gimana bisa dia di sini. Kenapa harus ketemu sih, kenapa juga harus dia?"
Ayesha bermonolog dalam hati, dia sungguh bingung. Saat ini mulutnya terkunci rapat. Tapi satu hal yang ada di kepalanya saat ini yakni jangan sampai Gael bertemu dengan Ryder.
Mau dilihat dari sisi manapun mereka sangat mirip. Semua orang yang melihat keduanya pasti akan setuju akan hal itu.
Otak cerdas Ayesha langung memutar dengan cepat. Beruntung untuk saat ini otaknya mampu ia fungsikan dengan tepat.
Sraak sraak sraak
Ayesha kembali mengambil semua kertas yang sudah ia bagikan. Dengan cepat dia menemui pimpinan perusaahan tersebut lalu membungkuk dalam. " Maaf Pak saya tidak bisa mempresentasikan penemuan saya. Saya rasa ini masih sangat kurang dan jauh dari kata sempurna. Sekali lagi saya minta maaf. Permisi."
Ya itulah hasil dari berpikir cepatnya, Ayesha memilih untuk menggagalkan presentasinya. Padahal presentasi kali ini sudah lama ia persiapkan guna mendapatkan pekerjaan baru. Padahal untuk presentasi kali ini dia sudah bekerja keras dan hanya tidur 2 sampai 3 jam untuk melakukan penelitian. Namun sebuah keputusan dia ambil yakni menjauh dari pria itu.
" Nggak boleh, pokoknya aku nggak boleh terlibat dengan pria itu. Untung aku tahu sekarang, belum terlambat. Ya, ini belum terlambat. Kayaknya dia juga nggak ingat tentang malam itu. Aku harus cepet bawa Gael pergi dari sini."
Dengan sedikit berlari, Ayesha menuju ke mobilnya dan bergegas untuk pulang. Dia sungguh berencana untuk meninggalkan kota itu. Kali ini mungkin dia bisa juga akan pindah ke negara lain agar bisa menghindari Ryder.
" Aku mohon, jangan cari aku. Jangan inget aku, jangan inget malam itu. Aku cukup berterimakasih ke kamu karena udah ngasih bibit unggul mu itu jadi aku nggak kesepian dalam menjalani hidupku. Please jangan cari aku."
TBC