Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28. Pesanan Makan Siang.
Damian terdiam saat mendapat pertanyaan yang sangat menggelikan. Bagaimana mungkin tuannya bertanya hal seperti itu? Apakah sang tuan ingin bertemu kembali dengan wanita bernama Hyuna?
"Apa Anda ingin bertemu dengan nona Hyuna, Tuan?"
"Tidak," jawab Vicky dengan cepat dan tepat. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"
Damian menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, Tuan. Jika Anda mengizinkannya, saya akan membawa tuan kecil bertemu lagi dengan wanita itu."
"Perhatikan saja jalanmu, Damian."
Damian langsung menutup mulutnya saat sudah mendapat ultimatum dari Vicky. Namun, pikirannya sedang berkelana memikirkan apa yang tuannya katakan tadi.
*
*
*
Keesokan harinya, seperti biasa Hyuna berangkat ke restoran dengan menaiki taksi online. Hari ini jalanan terlihat agak sepi karena sedang weekend, biasanya banyak pekerja kantor dan anak sekolahan yang akan memadati jalanan sehingga menimbulkan kemacetan.
Sesampainya di restoran, Hyuna segera berjalan masuk dan langsung menuju ruang ganti. Terlihat sudah ada beberapa orang pengunjung yang datang, membuat dia bersemangat untuk memulai pekerjaannya hari ini.
"Hyuna."
Hyuna yang akan masuk ke dapur terpaksa mengurungkan niatnya saat mendengar panggilan seseorang. Dia lalu menoleh ke belakang dan menganggukkan kepalanya pada Dayu.
"Ada apa, Pak?" tanya Hyuna.
"Begini, siang ini kita mendapat pesanan untuk ruang VIP nomor 5. Mereka ingin kita menyajikan makanan terbaik yang ada di sini, dan juga menyiapkan minuman dan segala cemilan untuk anak-anak."
Hyuna langsung menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak. Saya akan mengurusnya dengan baik, tapi yang dimaksud dengan cemilan anak-anak itu yang seperti apa?" Dia merasa bingung karena baru pertama kali mendapat pesanan seperti ini.
"Aku juga tidak tahu. Dia hanya mengatakan makanan yang baik untuk anak-anak dan disukai, jangan sampai anak itu tidak suka dan tidak makan."
Hyuna kembali menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak. Saya akan menyiapkannya."
"Sajikan makanan yang terbaik, Hyuna. Atasan kita akan murka jika kita membuat tuan Riandra tidak puas."
Hyuna mengernyitkan keningnya saat mendengar Dayu menyebut nama seseorang. Dia seperti pernah mendengar nama itu di suatu tempat.
"Kenapa kau termenung?" Dayu menepuk lengan Hyuna membuat wanita itu tersentak kaget.
"Ma-maaf, Pak. Saya pasti akan menyiapkan semuanya dengan baik."
"Baiklah, aku percaya padamu." Dayu lalu berbalik dan pergi dari tempat itu membuat Hyuna juga langsung beranjak ke dapur.
Hyuna dan Lisa segera menyiapkan apa yang Dayu perintahkan. Mulai dari tempat, menu makanan, sampai cemilan yang di inginkan oleh pelanggan.
Tepat pukul 12 siang, pelanggan yang memesan ruang VIP nomor 5 sudah datang ke restoran, membuat Hyuna turun tangan langsung untuk menyambut mereka.
"Selamat da- loh, Tuan?" Hyuna menatap lelaki yang ada di hadapannya dengan kaget. Tidak disangka dia bisa kembali bertemu dengan orang tua Wildan.
"Kau kerja di sini?"
Hyuna langsung menganggukkan kepalanya. "Benar, Tuan. Mari, saya akan mengantar Anda ke ruangan." Dia mempersilahkan Vicky untuk mengikutinya.
"Tante!"
Hyuna yang sudah melangkahkan kakinya terpaksa berhenti saat mendengar suara seseorang. Dia lalu berbalik dan tersenyum saat melihat Wildan.
"Wildan? Kau ikut ke sini?"
Wildan mengangguk dan langsung berlari menghampirinya. Terlihat dia kesusahan membawa buket bunga besar untuk diberikan pada Hyuna.
"Ini buat Tante?" tanya Hyuna saat diberi buket bunga oleh Wildan.
Wildan kembali mengangguk. "Iya, ini buat Tante. Kata Papa-"
"Ayo masuk, Will."
Vicky langsung menarik tangan Wildan sebelum putranya itu menyelesaikan ucapannya, sementara Hyuna menatap mereka dengan bingung.
"Mari Nona."
"Hah?" Hyuna tersentak kaget saat Damian berada di sampingnya. "Ba-baik, Tuan." Dia lalu menyusul langkah Vicky dan Wildan yang sudah berjalan duluan.
Hyuna segera membukakan pintu ruangan untuk mereka, lalu mempersilahkannya duduk di tempat yang sudah disediakan.
"Mohon tunggu sebentar, Tuan. Saya akan segera menyajikan makanan dan minumannya."
Vicky mengangguk tanpa melihat ke arah Hyuna membuat wanita itu segera beranjak pergi, sementara Damian terus menatap sang tuan dengan penuh tanda tanya.
"Jika kau terus menatapku seperti itu, maka tidak akan ada lagi wanita yang mau denganku."
Damian langsung menundukkan kepalanya dengan menahan tawa. "Maaf, Tuan. Saya hanya penasaran saja."
"Jangan penasaran, Damian. Kau tau kan, banyak arwah gentayangan karena penasaran," ucap Vicky dengan tatapan yang menusuk membuat Damian tidak berani lagi buka suara.
"Papa, arwah penasaran itu apa?" tanya Wildan yang merasa bingung dan ingin tahu.
"Anak kecil tidak boleh tahu urusan orang dewasa."
"Lalu, kapan aku dewasa?" Wildan mencebikkan bibirnya. Dia kesal karena papanya selalu saja berkata seperti itu jika dia bertanya.
"Nanti."
Vicky beralih mengambil ponselnya agar Wildan tidak lagi bertanya, dan bersamaan dengan masuknya Hyuna dan beberapa orang sambil membawa makanan dan minuman.
Mereka lalu menyajikan semua makanan dan minuman ke atas meja, tidak lupa cemilan yang sengaja Hyuna buat sesuai dengan pesanan.
"Di mana sopan santunmu, Will? Kau makan duluan dari pada papa."
Wildan yang sudah mengambil sandwich bentuk love kembali meletakkannya di atas piring saat mendengar ucapan sang papa, tentu semua itu membuat Hyuna dan yang lainnya menatap kasihan.
"Dasar ayah jahat. Dia selalu saja mendzolimi putranya."
Hyuna menggelengkan kepalanya sambil berbalik lalu mendorong tubuh Lisa agar keluar dari ruangan itu, lalu kembali mendekati mereka.
"Silahkan di nikmati, Tuan. Katakan saja bila ada sesuatu yang diinginkan atau kurang dari sajian kami."
"Apa kau bisa menolong putraku makan? Dia biasa dilayani jika makan dan akan berantakan saat makan sendiri."
Damian dan Wildan langsung melihat Vicky dengan tajam. Mereka merasa kaget dengan apa yang laki-laki itu ucapkan, bahkan Wildan saja sudah akan protes.
"Tentu saja, Tuan."
Hyuna langsung menarik kursi yang ada di samping Wildan dan duduk di sana. "Wildan, kita bertemu lagi."
Wildan tersenyum dengan lebar. Walaupun tidak terima dengan ucapan sang papa, tetapi dia senang karena bisa bersama dengan Hyuna.
"Tante, ayo kita makan belsama. Aku belum pelnah makan sepelti ini."
Hyuna mengernyitkan kening bingung, "belum pernah?"
Wildan mengangguk. "Aku melihat teman-teman makan dengan olang tua meleka, telus duduk di tengah-tengah kayak gini." Dia menunjuk diri sendiri yang ada di antara Vicky dan Hyuna. "Aku kan enggak punya ibu, jadi enggak pelnah kayak gini."
•
•
•
Tbc.