Elara Estelle putri seorang pengusaha yang terabaikan dipaksa menikah dengan Alistair Magnusson seorang tuan muda lumpuh di tengah ejekan keluarganya elara menyembunyikan identitasnya sebagai dokter terkenal ketika rahasia masa lalu terungkap elara merencanakan balas dendam sambil belajar arti cinta dan penerimaan dalam pernikahan yang tak terduga.
penasaran?? yuuk lanjut bacanya ➡️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bellis_perennis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Pagi itu alistair dan elara duduk berhadapan di meja makan sambil menikmati kopi keduanya sudah mulai terbiasa menghabiskan beberapa menit berbicara ringan sebelum berangkat kerja sesuatu yang para pelayan sambut dengan senyum karena tuan mereka alistair yang dulunya murung pasca kecelakaan kini terlihat lebih ceria.
Namun hari ini berbeda bagi Elara siang ini dia harus bertemu dengan ibu miranda dan kakaknya arabelle elara menghela napas menyiapkan diri untuk menahan emosinya bertemu keluarga Estelle yang penuh intrik selalu melelahkan dia sangat bersyukur karena hari ini dia tidak mengenakan pakaian dokternya sebab satu-satunya rahasia yang tidak ingin dia bocorkan adalah identitasnya sebagai dokter apalagi keluarga Estelle bahkan tidak mengakui elara sebagai bagian dari mereka di hadapan umum jadi tidak banyak orang yang tahu jika elara adalah putri keluarga tersebut.
Di sebuah kafe yang cukup ramai elara duduk di meja ketika tiba-tiba suara Arabelle yang tajam memecah suasana "bagaimana kabarmu adikku? Sepertinya kamu semakin sombong sejak menikahi Tuan Alistair".
Elara menatap kakak tirinya dengan dingin arabelle dan Miranda jelas kesal karena Elara tidak pernah mengundang mereka ke rumah Alistair ereka bahkan tidak tahu malu berniat merayu Alistair atau Sebastian meskipun Elara selalu menolak kehadiran mereka dia tidak sebodoh itu membiarkan dua perusak ini masuk ke dalam rumahnya.
Elara menjawab dengan nada tegas "aku tidak sombong hanya saja kupikir akan lebih baik kalau aku tidak sering berkunjung bagaimanapun aku sudah menikah dan punya keluarga sendiri kalau aku sering bertemu kalian suamiku mungkin berpikir aku tidak peduli padanya".
Arabelle tersenyum tipis lalu menjawab dengan nada pura-pura sedih mencoba menarik perhatian orang-orang di sekitar "kalau begitu biarkan aku dan ibu berkunjung ke rumahmu bagaimanapun kita masih keluarga dan kadang kami merindukanmu, Elara".
Miranda yang duduk di sebelah Arabelle, menambahkan dengan nada dramanya "benar kakakmu benar ...sayang kadang ibu masih sering teringat kenangan kita di rumah dan merasa rindu padamu tapi kau bahkan tidak berkunjung atau mengizinkan kami datang ke rumahmu".
Kerumunan mulai memperhatikan mereka beberapa bisik-bisik mulai terdengar dan wajah Elara tetap tenang tidak peduli dengan sandiwara yang dimainkan kedua wanita di depannya.
"Kami tahu suamimu adalah pewaris keluarga Magnusson" lanjut Arabelle dengan nada lembut tapi licik "mungkin kamu takut aku akan mencoba merayunya tapi adikku aku tak pernah berpikir seperti itu aku sudah punya kekasih mana mungkin aku menghancurkan pernikahan adikku sendiri?"
Elara menahan tawa dalam hati melihat bagaimana kakaknya memaksakan senyum seolah-olah dia adalah saudara yang penuh dengan perhatian namun, wajahnya tetap tenang menatap mereka dengan datar.
"Jika aku tidak mengizinkan kalian datang ke rumahku memangnya kenapa?" tanya Elara dengan dingin "haruskah aku membiarkan siapa saja masuk sedangkan suamiku bahkan tidak pernah menyambut kehadiran kalian belum lagi kalian sering sekali menghina fisiknya aku tidak suka orang lain mengkritik kondisi suamiku baik di hadapannya atau di belakangnya".
Perkataan elara yang langsung dan tegas itu membuat suasana seketika berubah para pengunjung yang tadinya memandangnya dengan curiga kini berbalik menatap arabelle dan miranda dengan jijik mereka tahu kondisi alistair jadi bisa membayangkan alasan elara menjaga jarak dengan keluarga yang tidak menghormati suaminya.
"Apa maksudmu...adikku? jawab Arabelle gugup mencoba tetap tenang "kami tidak pernah menghina tuan alistair".
Elara tersenyum sinis menatap kakaknya dengan tatapan tajam "begitukah? Kalau begitu aku salah menilai kalian tapi kenapa wajahmu terlihat gugup kakak? seperti ada sesuatu yang kau sembunyikan".
Elara adalah seorang ahli dalam membaca gerak-gerik orang dan menggunakan kata-kata yang tajam arabelle mulai berkeringat dan kehilangan kata-kata tidak menyangka adiknya akan menyerangnya balik dengan cara sehalus dan setajam ini.
Elara menambahkan dengan tegas "dan ya ...aku takut kau akan merayu suamiku bukan karena kau lebih cantik dariku mau bagaimanapun aku jauh lebih cantik darimu tapi biasanya wanita serakah biasa melakukan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan aku tidak ingin berurusan dengan wanita seperti itu sangat melelahkan dan membuang waktu".
Mendengar pernyataan terakhir Elara arabelle dan Miranda terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi elara pun berdiri dari kursinya dengan anggun meninggalkan mereka di tengah kerumunan yang kini menatap ibu dan anak itu dengan pandangan jijik dan penuh bisik-bisik.
Sesampainya di rumah rasa lelah alara seketika sirna ketika melihat sosok Alistair yang sedang duduk di sofa fokus menatap layar laptop di meja wajahnya terlihat serius,m tetapi ada sesuatu yang berbeda hari itu alistair mengenakan kacamata yang membuatnya tampak semakin tampan di mata elara.
Marcus yang sedang lewat memperhatikan ekspresi Elara yang menatap suaminya dalam-dalam hingga membuatnya bertanya "nyonya apa anda baik-baik saja?"
Tanpa mengalihkan pandangan dari alistair elara menjawab "tuan marcus bisakah kau minggir sedikit? Aku sedang melihat wajah tampan tuanmu yang sedang memakai kacamata".
Marcus tersenyum kecil mendengar perkataan Elara yang begitu jujur "tentu nyonya" jawabnya sambil menahan tawa.
Ucapan elara membuat alistair tersentak dan menatapnya wajahnya memerah marcus tidak melewatkan pemandangan langka itu alistair yang biasa terlihat tegas dan dingin kini tampak salah tingkah.
"Ehem...kau sudah pulang? Apa harimu menyenangkan?" tanya Alistair berusaha mengalihkan perhatian elara, sementara dia menahan rasa malu marcus yang berdiri tak jauh dari sana melihat telinga tuannya bersemu merah dan merasa ini adalah momen yang sangat sayang untuk dilewatkan.
"Hmm, lumayan" jawab elara sambil tersenyum "tapi kau sangat tampan saat menggunakan kacamata" tatapan elara begitu polos namun langsung mengenai hati Alistair membuat pria itu terbatuk pelan.
"Apa kau baik-baik saja? Mau kubawakan air?" tanya Elara wajahnya penuh kepolosan.
Alistair langsung menolak dengan sopan meskipun jantungnya berdetak lebih cepat "tidak perlu..aku baik-baik saja" katanya "dan.. terima kasih atas pujianmu apa kau senang melihatku memakai kacamata?".
Elara mengangguk dengan senyum ceria "iya kau terlihat seperti senior di kampus". ujarnya dengan antusias.
Mendengar jawaban polosnya alistair tersenyum kecil merasa hatinya semakin hangat tatapan elara yang seperti anak kelinci yang menggemaskan itu membuatnya semakin jatuh cinta tanpa sadar dia ingin mengelus kepala wanita di hadapannya ini.
"Benarkah? Kalau begitu, aku mungkin akan lebih sering memakai kacamata kalau itu membuatmu senang" ujar alistair dengan lembut.
Elara tertawa kecil merasa senang mendengar hal itu marcus yang masih memperhatikan hanya bisa tersenyum melihat interaksi tuannya dengan nyonya yang polos namun jujur itu.
Di dalam hati alistair tahu bahwa dia benar-benar telah jatuh cinta pada elara setiap detik yang dia habiskan bersama istrinya ini membuatnya semakin yakin bahkan jika dia harus memanfaatkan kepolosan Elara demi mendekatkan diri dia merasa itu bukan hal yang buruk lagipula perasaan cinta yang dia miliki sangat tulus dan dia tidak akan pernah berpikir untuk mengkhianati atau meninggalkannya bagi alistair hanya ada satu wanita yang ingin dia jadikan pendamping seumur hidup, dan wanita itu adalah elara.