NovelToon NovelToon
Mean

Mean

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: WILONAIRISH

SEASON 2 NOT CONSIDERED

Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.

Morgan, dia adalah luka bagi Elina.

Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4

Elina terdiam sejenak mendengar pertanyaan Viola. Menghela nafas, Elina menatap Viola dengan lekat. Kemudian mengalihkan tatapannya, menatap hamparan bunga yang ada di sekelilingnya.

"Gue ngerasa gak nyaman ngeliat dia. Entah kenapa, dada gue rasanya sakit waktu ada dia di sekitar gue." Jelas Elina, kembali menghembuskan nafasnya. "Itu kenapa, gue gak nanya sama sekali tentang cowok itu. Gue takut kenyataannya lebih nyakitin nantinya." Lanjut Elina menjelaskan.

Viola tak menyangka rupanya hal itu yang Elina rasakan. Yang pada akhirnya membuat Elina mengusir Morgan, karena rasa tak nyaman yang dirasakannya.

Viola mengusap bahu Elina, berusaha menenangkan sahabatnya yang terlihat tidak nyaman membahas Morgan. Melihat bagaimana respon Elina yang begitu, Viola rasa ini bukan waktu yang tepat untuk membahas Morgan sebenarnya.

"Gak papa kalau lo gak mau bahas dia. Sorry, gue bermaksud bikin lo gak nyaman, El." Dengan perasaan bersalah Viola meminta maaf atas ketidaknyamanan Elina.

Elina tersenyum tipis. "Gak papa, Vi. It's oke, gue tau lo cuma nanya aja gak niat yang gimana-gimana." Ujar Elina mencoba memahami Viola.

"Ya udah deh, kita bahas yang lain aja biar gak bikin lo sedih-sedih lagi." Ajak Viola yang tak ingin Elina berlarut-larut dalam kesedihannya.

"Gimana kuliah lo, El?" tanya Viola.

Mereka memang masih menempuh pendidikan jenjang strata satu, dan sebentar lagi mereka akan lulus. Namun Elina yang mengalami hilang ingatan, tampaknya akan ada kendala nantinya.

Elina menggeleng pelan. "Sama bokap nyokap gue dilarang mikirin itu dulu, takutnya kondisi gue belum sepenuhnya pulih. Apalagi gue amnesia, jadi gue disuruh fokus dulu ke pemulihan gue. Nanti kuliah gue bakal di urus setelah gue sembuh total." Jelas Elina apa adanya.

Viola manggut-manggut, menandakan bahwa dirinya paham dengan apa yang Elina maksudkan. Namun, ia masih ingin bertanya tampaknya.

"El, gue harap lo bisa balikin semua ingatan lo. Tapi misalkan, lo emang gak bisa dapetin ingatan itu lo mau apa?" tanya Viola lagi.

Viola tak bermaksud memojokkan atau membuat Elina menjadi overthinking. Viola hanya mau Elina mempersiapkan segala hal apapun yang bisa saja terjadi di masa mendatang.

Elina mengangguk paham. "Papa kasih waktu buat balikin ingatan gue selama dua tahun. Kalau dalam waktu itu, gue gak juga bisa inget semuanya. So gue akan lanjutin kuliah gue lagi, gue akan mulai hidup gue dengan lembaran baru. Meskipun gue yakin itu lebih berat, tapi itu satu-satunya carakan." Ujar Elina dengan nada lesu diakhir kalimatnya.

"Guys, lagi bahas apaan sih?" tanya Bianca yang datang tiba-tiba mengejutkan mereka.

"Huh lo ya Bi, suka benget ngagetin orang." Kesal Viola yang benar-benar terkejut dengan kedatangan Bianca. Dan hanya dibalas tawa ringan oleh Bianca.

Bianca terdiam sejenak, mengingat hal apa yang ingin dirinya sampaikan tadi. Hingga detik berikutnya, ia mengingat hal itu.

"Oh iya, Vi tadi Nathan nelpon gue. Nomor lo gak aktif katanya." Ujar Bianca dengan jujur.

Terdengar helaan nafas dari Viola. "Ya udah, gue hubungi dia dulu" pamitnya, kemudian berlalu menjauh dari mereka.

"Nathan, pacar Viola?" tanya Elina.

Bianca mengangguk. "Iya, El. Kalau lo gak lagi amnesia pasti udah gue ajak gosipin mereka. Kayaknya berantem lagi mereka." Jelas Bianca dengan nada julid nya.

***

Morgan yang sudah selesai mengikuti perkuliahan, segera menuju ke rumah Elina. Sudah dua hari ini, ia tak melihat Elina sama sekali karena dilarang oleh Viola.

Ya, Morgan memang jadi meminta bantuan pada Viola. Dan kini dirinya seolah terus mengikuti arahan Viola untuk tak menemui Elina terlebih dahulu. Apalagi kedua orangtua Elina pasti selalu stay di rumah untuk merawat Elina. Sehingga sulit untuk menemui Elina bagi dirinya.

Namun hari ini, Morgan berniat untuk mengunjungi rumah Elina tanpa memberitahu Viola. Karena tak mau, kalau sampai Viola kembali melarangnya seperti kemarin-kemarin.

Cukup sudah perasaan rindunya yang menggebu, ia tak mau menahannya terlalu lama. Sungguh ia merindukan Elina dengan sangat. Toh ia tak akan menunjukkan diri langsung di depan Elina.

Morgan hanya berniat memantau Elina dari kejauhan saja, seperti sebelum-sebelumnya. Ia pun juga sudah membeli bangunan yang berada di samping Elina tepat. Ya, ia melakukannya demi memantau keadaan Elina untuk senantiasa baik-baik saja.

"Gan, gak jadi ikut lo nongkrong?" tanya Ramon, teman satu geng Morgan. "Udah lama lo gak gabung." Lanjutnya berujar.

Biasanya mereka memang kerap nongkrong bersama sebelum kejadian kecelakaan Elina. Karena semenjak kejadian itu, Morgan jadi sering alfa untuk hadir di perkumpulan mereka.

"Sorry bro, gue mau ke rumah cewek gue." Jawab Morgan.

"Oh iya gue tau kecelakaan itu, gue turut prihatin, Gan. Gue gak nyangka kalau cewek lo yang jadi korban kecelakaan itu." Jelas Ramon dengan rasa ibanya.

Morgan hanya membalas dengan senyuman tipis, kemudian menepuk pelan bahu Ramon sebelum berlalu pergi. "Gue duluan" pamit Morgan pada temannya itu.

Morgan menuju parkiran, kemudian membawa kendaraannya meninggalkan area kampusnya. Namun belum sampai menghidupkan mesin kendaraannya, Morgan dihentikan oleh sebuah suara.

"Gan, gue boleh ikut?" tanya Shella yang tiba-tiba muncul entah darimana.

Shella memang sempat mendengar obrolan Morgan dan Ramon. Jadilah ia tahu kalau Morgan akan menemui Elina. Oleh karena itu, Shella juga berniat menemui Elina. Maka datang bersama Morgan juga jadi opsi yang bagus bukan?

Morgan menatap tajam wanita itu. Ada kesan tak suka dalam ekspresinya. Tentu saja, siapa yang akan senang dengan kehadiran wanita yang juga menjadi salah satu orang yang berkontribusi dalam menyakiti hati kekasihnya.

Bahkan sampai saat ini, penyesalan dan rasa bersalah karena telah menyakiti hati Elina masih membuat hatinya sedih dan kecewa pada dirinya sendiri.

Hingga tanpa merespon ucapan Shella, Morgan hendak melajukan kendaraannya. Namun kembali ditahan Shella.

"Gan, jangan bilang lo masih benci sama gue? Please lah Gan, itu udah berlalu. Kita gak perlu mempermasalahkan masa lalu bukan?" ujar Shella dengan entengnya.

Sontak perkataan Shella mengundang kekehan sinis Morgan. "Mau ada masalah antara lo atau enggak, gue gak mungkin mau bareng sama lo." Tegas Morgan dengan penuh penekanan, kemudian berlalu meninggalkan Shella.

Shella terkejut mendengar jawaban Morgan. Ia terkejut karena apa yang Morgan katakan memang fakta. Benar, kalaupun hubungan mereka semua baik-baik saja, antara Morgan, Elina, dan dirinya.

Tentu Morgan dan dirinya juga tak akan mungkin bisa bersama pada kendaraan yang sama. Karena semua orang tau bagaimana dinginnya Morgan pada orang-orang yang tak memiliki hubungan dengannya.

Bahkan pada Elina dulu pun, Morgan sering dingin dan acuh. Apalagi pada orang lain.

Next .......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!