NovelToon NovelToon
Red-Eye Detective Agency

Red-Eye Detective Agency

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:643
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di tahun 70-an, kota ini penuh dengan kejahatan yang berkembang seperti lumut di sudut-sudut gedung tua. Di tengah semua kekacauan, ada sebuah perusahaan detektif swasta kecil tapi terkenal, "Red-Eye Detective Agency," yang dipimpin oleh Bagas Pratama — seorang jenius yang jarang bicara, namun sekali bicara, pasti menampar logika orang yang mendengarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9

Malam semakin larut ketika Bagas dan Siti kembali menyusun rencana di kantor mereka. Nama "Srigala" terus terngiang di kepala mereka; sosok misterius ini mungkin menjadi kunci untuk membuka tabir kelompok yang selama ini memburu orang-orang di sekitar Pak Ramelan. Meski ancaman terus membayangi, Bagas tahu bahwa menunda aksi hanya akan membuat segalanya semakin berbahaya.

“Kita harus cepat menemukan Srigala sebelum dia tahu kita sedang mencarinya,” ucap Bagas sembari menatap peta kota.

Siti menelusuri informasi yang berhasil mereka kumpulkan dari Suryo. “Menurut Suryo, Srigala beberapa kali terlihat di tempat perjudian di pinggir kota. Kalau kita bisa menemukannya di sana, mungkin kita bisa bicara sebelum kelompok itu tahu kita bergerak.”

Bagas mengangguk. “Kita harus menyelinap dan memastikan tidak ada yang mencurigai keberadaan kita. Kali ini, kita harus lebih berhati-hati.”

---

Misi di Tengah Malam

Pukul satu dini hari, Bagas dan Siti tiba di sebuah tempat tersembunyi di pinggiran kota, sebuah gedung kumuh yang tampaknya dijadikan markas para penjudi kelas bawah. Lampu-lampu redup menerangi jalanan sempit di sekitarnya, sementara suara kerumunan dan musik sayup-sayup terdengar dari dalam.

“Kita akan masuk secara terpisah,” bisik Bagas. “Aku akan mencoba mencari Srigala, sementara kamu tetap berjaga-jaga di pintu keluar. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera beri tanda.”

Siti mengangguk, menyesuaikan posisinya dengan hati-hati agar tetap bisa mengamati keadaan sekitar.

Di dalam gedung, Bagas menyelinap masuk di antara kerumunan orang-orang yang sedang berjudi. Dia memasang ekspresi acuh, mencoba menyerap setiap percakapan di sekitarnya tanpa menarik perhatian. Dia tahu, di tempat seperti ini, orang seperti Srigala akan mudah dikenali dari aura dan pengaruh yang ia bawa.

Setelah beberapa menit, pandangan Bagas tertuju pada seorang pria berjanggut tipis yang duduk di ujung ruangan. Pria itu tampak dikelilingi oleh beberapa orang yang terlihat menghormatinya — ciri khas seorang pemimpin di lingkungan yang tak terlihat oleh hukum.

Srigala.

Bagas tahu dia harus bergerak cepat. Dengan tenang, dia mendekati meja di mana Srigala duduk, memasang wajah tenang seolah-olah dia hanya bagian dari kerumunan. Ketika ia semakin dekat, Bagas berbisik pelan.

“Srigala, kita perlu bicara. Ini penting.”

Pria itu menatap Bagas, alisnya terangkat dengan tatapan penuh selidik. Namun, alih-alih marah, dia tersenyum tipis. “Dan siapa kau yang berani memanggilku di tempat ini?”

“Orang yang sedang memburu Bayangan,” jawab Bagas, suaranya rendah namun penuh tekad.

Srigala terdiam sejenak, senyumnya menghilang. Tatapannya berubah tajam, menandakan bahwa dia memahami bahaya di balik percakapan ini. “Kau tahu, orang yang menyebut nama itu biasanya takkan bertahan lama.”

Bagas tak mundur sedikit pun. “Dan kau tahu, orang yang menyembunyikan nama itu juga tak akan bisa selamanya bersembunyi. Aku hanya ingin tahu satu hal: di mana aku bisa menemukannya?”

Srigala terkekeh kecil. “Bayangan bukanlah seseorang yang bisa kau temui begitu saja. Dia adalah seseorang yang bergerak tanpa suara, mengendalikan segala sesuatu dari jarak jauh. Bahkan aku sendiri hanya tahu sedikit.”

Bagas tetap menatapnya penuh ketegasan. “Kau tahu lebih banyak dari sekadar ‘sedikit.’ Jika tidak, kau tak akan duduk di sini dikelilingi pengikut.”

Srigala menyeringai, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau punya nyali besar, Detektif. Tapi ingat ini: semakin dekat kau pada rahasia ini, semakin besar risiko yang akan kau hadapi. Bayangan adalah sesuatu yang lebih dari sekadar orang.”

Bagas menahan diri untuk tak mengungkapkan kegelisahannya. Dia tahu, setiap langkah mendekatkan mereka pada risiko yang semakin nyata, namun kali ini dia tidak akan berhenti.

“Beri aku informasi, dan aku akan melupakan kita pernah bertemu di sini,” ancam Bagas, menatap Srigala dengan penuh intensitas.

Setelah hening beberapa saat, Srigala akhirnya mendesah, menyadari bahwa Bagas tidak akan mundur. “Baiklah. Ada satu tempat yang kadang ia kunjungi. Sebuah vila di luar kota, dekat perkebunan. Jika kau cukup gila untuk mendekat, pergilah ke sana. Tapi jangan salahkan aku kalau kau takkan kembali.”

Bagas mencatat alamat itu dalam ingatannya. “Itu urusanku, bukan urusanmu.”

---

Di Jalan Pulang

Siti, yang menunggu di luar gedung, langsung menghampiri Bagas begitu ia keluar. Wajahnya mencerminkan kecemasan yang sejak tadi ia tahan.

“Bagaimana, Pak Bagas? Kau berhasil?” tanyanya cepat.

Bagas mengangguk. “Kita punya petunjuk baru. Sebuah vila yang mungkin menyimpan lebih banyak jawaban. Ini mungkin saja perangkap, tapi kita tak punya pilihan lain.”

Siti terdiam, mencerna informasi itu. “Kalau begitu, kapan kita akan ke sana?”

“Besok malam,” jawab Bagas tegas. “Kita akan persiapkan segalanya hari ini. Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita menemukan Bayangan sebelum mereka memutuskan untuk memburu kita lebih jauh.”

1
Delita bae
saya mampir 👋jika berkenan mampir juga🙏
Luzor
Keren sekali thor, jarang sekali ada cerita tentang detektif, ditengah gempuran fantasy Timur dan System-system.

Semangat.
خيراة.: terima kasihh banyakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!