Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam menegangkan ! pembasmian di mulai !
Malam itu, setelah pertempuran sengit melawan zombie-zombie mutasi, Tim 7 beristirahat di sebuah gedung tua yang relatif aman. Cahaya bulan memantul di jendela-jendela pecah, menciptakan bayangan menakutkan di sudut ruangan. Suara desahan nafas masih terdengar dari kelelahan setelah berhadapan dengan ancaman yang lebih besar.
Samuel memeriksa bekas luka di tangannya, mencoba mengevaluasi kondisinya. Darius duduk di sampingnya, memandangi sekeliling dengan waspada. “Kau melihat betapa besar zombie itu? Sepertinya mereka semakin banyak dan semakin kuat,” Darius berkata sambil meneguk air dari botolnya. “Kita perlu merencanakan langkah selanjutnya dengan lebih hati-hati.”
“Setidaknya kita masih hidup,” jawab Samuel, matanya berkilau dengan semangat. “Dan aku merasa lebih kuat. Tubuhku mulai beradaptasi dengan semua ini. Aku bisa merasakannya.” Ia berusaha berdiri, mengangkat pedang besarnya. “Lihat, aku bisa mengangkat ini dengan satu tangan!”
Jack yang duduk di sebelah mereka mendengus, “Kau mungkin bisa, tapi kami tidak semua sekuatmu, Samuel. Tadi aku hampir ditangkap oleh zombie itu. Jantungku hampir copot!” Ia menepuk dada dengan ekspresi dramatis. “Untung kau datang tepat waktu.”
“Yah, itu bagian dari menjadi Guardian,” kata Rock, yang sedang memeriksa tamengnya. “Kita saling melindungi. Jika salah satu dari kita jatuh, kita semua bisa terancam.”
Lucas, yang berdiri di dekat jendela, menyipitkan mata dan melihat ke luar. “Kita harus waspada. Aku melihat bayangan zombie di kejauhan. Mereka bergerak lebih banyak dari biasanya.”
Darius mengerutkan dahi, “Apa kau yakin? Kita tidak bisa terus-menerus bersembunyi. Jika kita tidak mengambil tindakan sekarang, tempat perlindungan bisa menjadi target selanjutnya.”
“Samuel, kau bisa memimpin serangan,” Daniel, yang berusaha mengatasi rasa takutnya, bersuara. “Kau sudah menunjukkan kekuatanmu tadi. Kami semua akan mengikuti di belakangmu.”
Samuel mengangguk, merasakan tanggung jawab yang berat di pundaknya. “Baiklah. Kita akan bertindak, tetapi kita harus bekerja sama. Tidak ada yang egois di sini. Kita harus saling mendukung.”
Mereka semua setuju, dan saat itulah Samuel memutuskan untuk memimpin misi berikutnya. Ia mengarahkan timnya untuk mengeksplorasi area sekitar gedung tersebut, memastikan tidak ada zombie yang bersembunyi di sekitar.
Ketika mereka melangkah keluar, suasana malam terasa mencekam. Jalan-jalan dipenuhi puing-puing, dan hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Tiba-tiba, dari balik sudut bangunan, segerombolan zombie mutasi muncul, menggeram rendah dengan tatapan lapar.
“Bersiap!” teriak Samuel. “Kita harus bertarung lagi!”
Darius mengangkat tamengnya dan bersiap-siap. “Ayo! Ini saatnya menunjukkan siapa Guardian sebenarnya!”
Samuel bergerak cepat, mengayunkan pedangnya dengan presisi, memotong kepala zombie yang terdekat. “Darius, lindungi Daniel!” Samuel berteriak. “Dia butuh bantuan!”
Darius melangkah maju, menangkis serangan dari zombie yang mencoba mendekat. “Siapa bilang aku takut? Kita semua berani di sini, kan?” Ia memukul palu gadanya ke arah zombie, namun terjatuh karena salah langkah. “Akh! Kaki-kaki ini!”
“Darius, hati-hati!” seru Jack sambil berlari membantu Darius bangkit. “Zombi ini jauh lebih kuat daripada yang sebelumnya!”
Rock melompat dan menghantam zombie yang hampir berhasil menerjang Darius. “Bertahanlah! Kita bisa mengalahkan mereka bersama!”
Namun, zombie mutasi tidak menyerah begitu saja. Salah satu zombie dengan ukuran yang sangat besar berlari menghampiri Samuel. “Awas!” teriak Samuel, melompat untuk menghindari serangan. Ia mengayunkan pedangnya dengan kekuatan maksimalnya, namun zombie itu hanya terhuyung sedikit.
“Dia terlalu kuat!” seru Daniel, menahan napas sambil melirik ke arah zombie yang kembali berdiri. “Kita harus segera mencari cara untuk menghentikannya!”
“Biarkan aku!” Samuel berteriak, merasakan adrenalinnya memuncak. Ia tahu ia harus mengambil risiko. Dengan gerakan cepat, ia melangkah lebih dekat, menghindari serangan zombie yang mengerikan. Dalam sekejap, ia mengayunkan pedangnya dan melukis sebuah garis tegas di udara, memukul langsung ke arah leher zombie.
Zombie itu terjatuh, terkapar di tanah. Momen itu membuat timnya tertegun, terkejut melihat betapa mudahnya Samuel menghancurkan makhluk itu.
“Lihat! Samuel, kau luar biasa!” teriak Jack, memberi semangat. “Kita bisa melakukannya!”
Namun, tidak ada waktu untuk merayakan kemenangan itu. Sisa zombie lainnya menyerang secara bersamaan, dan Samuel berteriak, “Bersiap! Serangan beruntun!”
Darius dan Rock berjuang melawan beberapa zombie secara bersamaan. Darius dengan palu gadanya, dan Rock menggunakan gada kayunya untuk menghancurkan zombie-zombie yang mendekat. Jack, yang sebelumnya terlihat ceria, kini menunjukkan sisi seriusnya. “Kita tidak bisa terus-menerus melawan! Kita harus mundur!”
Samuel mengangguk setuju. “Kita akan membuat jarak, dan berusaha menarik mereka ke tempat yang lebih sempit. Kita bisa melawan mereka satu per satu.”
“Lakukan!” teriak Daniel dengan keberanian yang baru ditemukan.
Mereka mulai mundur ke area yang lebih kecil, berusaha menarik perhatian zombie-zombie itu. Dengan gerakan cepat, mereka berhasil mengelabui beberapa zombie, menggunakan taktik yang cerdik.
Ketika zombie mulai mendekat, Samuel berteriak, “Sekarang!” dan mereka semua bergegas menyerang. Dalam pertarungan yang kacau ini, Samuel tampak seperti pemimpin sejati, berani dan terampil, memotong zombie dengan akurasi yang menakjubkan.
Mereka berhasil mengalahkan zombie satu per satu hingga akhirnya keheningan kembali menyelimuti mereka. Tubuh mereka terengah-engah, dan pandangan mereka penuh keletihan, namun semangat mereka masih berkobar.
“Bisa kita beristirahat sejenak?” tanya Jack sambil duduk di dinding yang hancur. “Aku rasa, aku butuh napas.”
“Ya, kita semua butuh istirahat,” jawab Samuel, menyandarkan punggungnya ke dinding. “Tapi kita harus tetap waspada. Zombie-zombie ini mungkin tidak sendirian.”
Tim 7 pun duduk di sudut aman, meresapi keheningan. Mereka menghabiskan sisa malam berbagi cerita tentang kehidupan sebelum kiamat zombie, saling berbagi harapan untuk masa depan.
Di tengah pembicaraan, Samuel tiba-tiba teringat, “Kita harus membuat rencana untuk mengurangi populasi zombie di daerah ini. Kita bisa menjadi lebih dari sekadar Guardian. Kita bisa mengubah nasib tempat perlindungan ini.”
Darius mengangguk. “Kau benar, Samuel. Tapi kita harus lebih hati-hati. Kita tidak bisa melakukan semua ini sendirian.”
Sebelum mereka bisa merencanakan langkah selanjutnya, Scrappy menggonggong keras, menarik perhatian semua orang. “Apa yang kau lihat, Scrappy?” tanya Samuel, berdiri dan mengamati sekeliling.
Dengan naluri yang tajam, Scrappy menunjukkan arah, seolah merasakan bahaya yang mendekat. “Kita perlu bersiap!” teriak Rock, mengangkat gada-nya.
Mereka semua bersiap untuk menghadapi ancaman yang baru, dan saat malam berlanjut, Tim 7 tahu bahwa perjuangan mereka belum berakhir. Namun, mereka merasa lebih kuat bersama, sebagai satu kesatuan yang siap menghadapi tantangan di depan mereka.
Mereka pun mengikuti scrappy dengan penuh hati hati seolah tak ingin kehadiran mereka terdeteksi oleh zombie lain yang mungkin akan lebih kuat dari sebelumnya.
Tak lama kemudian scrappy berhenti di suatu reruntuhan yang gelap dengan penuh bongkahan batu bekas reruntuhan tersebut.
Terdengar suara gemersik memekakan telinga dari sana.
"Hei ... Kalian tunggu disini, aku akan mengecek ke tempat itu ...!" Tutur Samuel sambil membungkukkan badannya dan mengatur langkahnya berhati hati agar tidak mencolok.
Sesampainya di sana terlihat satu zombie sedang berdiri membenturkan kepalanya ke tembok seperti orang gila.
Samuel keheranan melihat tingkah zombie yang satu itu karena zombie lain tak akan melakukan hal yang seperti itu .
"Sebentar... Zombie ini sedikit berbeda, namun kurasa tak ada yang perlu di khawatirkan" gumam Samuel sambil memerhatikan zombie tersebut .
Merasa tak ada ancaman yang serius, Samuel memilih untuk kembali dan meninggalkan zombie tersebut tanpa membunuhnya.
Setelah sampai Samuel di tempat tim 7 berada yang lain pun menanyakan perihal suara apa tadi yang memekakkan telinga, namun samuel meyakinkan mereka untuk tidak perlu khawatir dan lebih baik bermalam dulu di tempat itu untuk mengembalikan energi mereka yang terkuras.