Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Dalam Bahaya
"Ayolah, Arneta. Jangan jual mahal begitu. Kamu itu gak dianggap di sini. Bahkan suami kamu sendiri, datang bersama wanita lain. Bukannya sama kamu!"
Arneta menatap tajam pria di depannya. Dia sangat muak mau meladeninya lagi. Arneta mengabaikannya dan berniat pergi dari hadapannya. Melihat pergerakan Arneta, membuat pria itu gegas menahan pergerakan Arneta dengan mencekal lengan Arneta.
"Mau pergi kemana? Apa kamu mau menghampiri suamimu yang sedang bermesraan dengan Cahya?" Pria itu tersenyum sinis. Membuat Arneta semakin jengkel dengan dirinya.
"Lepaskan tanganku atau aku bakalan teriak!!" Arneta sudah mengeluarkan ancaman. Namun, bukannya takut. Pria itu justru tertawa.
"Memangnya siapa yang mau memperdulikan teriakan kamu itu, huh?"
Arneta dibuat geram hingga kedua giginya beradu dan bergemeretak. Dengan sekuat tenaga Arneta menghempaskan tangan pria yang sedang memegang tangannya itu hingga terlepas. "Aku tidak ada urusan denganmu lagi. Jadi jangan pernah lagi menggangguku, Andika!" Tegas Arneta sebelum beranjak pergi meninggalkan sosok yang tak lain adalah Andika itu.
Andika tersenyum sinis. Kali ini dia membiarkan Arneta untuk pergi. Toh acara sudah mulai dimulai dan dia tidak ingin membuat keributan di sana. "Menarik!!" Batin Andika berteriak.
Di tengah acara yang sedang berlangsung meriah, Arneta hanya berdiri diam menikmati acara. Dia bahkan hanya bisa tersenyum miris saat melihat El naik ke atas panggung untuk menceritakan keberhasilannya sebagai pengusaha muda dengan ditemani oleh Cahya.
"Sebenarnya istrinya itu aku atau Cahya?" Batin Arneta bertanya.
Dari atas panggung, Cahya semakin lengket pada El saat melihat tatapan mata Arneta kini tertuju kepada dirinya dan El. Entah apa yang Arneta pikirkan saat ini. Cahya sama sekali tidak memperdulikannya. Dia terus saja lengket dengan El hingga akhirnya turun dari atas panggung.
"El, apa kamu gak mau nyamperin Arneta. Kasihan dari tadi dia sendirian aja loh. Kayaknya teman-teman kita gak ada yang mau bergabung dengan dia."
Pandangan El kini tertuju pada Arneta. Benar jika istrinya itu sendiri di tengah keramaian. Sebenarnya El merasa kasihan. Namun, dia tidak ingin memperlihatkan kedekatannya dengan Arneta di sana.
"Arneta, kasihan sekali sih dirimu. Bukan hanya dicuekin oleh banyak orang. Tapi juga oleh suamimu sendiri." Seseorang yang tiba-tiba saja berbisik di belakang Arneta membuat wanita itu kaget.
Arneta menoleh. Menatap seorang wanita yang berstatus sebagai rivalnya saat kuliah dulu. Arneta menyadari jika meladeni wanita itu hanya akan menguras energinya saja. Maka dari itu dia mengabaikannya.
Wanita itu akhirnya berlalu dari hadapan Arneta. Kembali menikmati acara bersama teman-teman mereka. Sementara Arneta, masih sendiri di tengah keramaian. Dia merasa keberadaannya di sana tidak diharapkan dan dianggap. Arneta pun jadi bosan sendiri hingga akhinya beranjak menuju kamar mandi di saat acara semakin meriah karena kini para undangan reuni saling bernyanyi mengikuti alunan musik yang sedang berputar.
Di dalam kamar mandi, Arneta menatap pantulan wajahnya dari cermin. Dia tersenyum miris membayangkan hidupnya saat ini. Bukan hanya tidak dianggap oleh suaminya sendiri, dia juga tidak dianggap oleh beberapa orang yang dulu dekat dengan dirinya.
"Apa diriku terlalu terlihat hina di mata mereka?" Lirih Arneta. Tadinya dia pikir datang ke acara reuni bisa membuat suasana hatinya jadi senang karena bertemu dengan teman-temannya. Namun, pemikiran Arneta salah. Kehadirannya di sana justru membuat hatinya jadi terluka. Apa lagi tadi Arneta sempat mendengar beberapa teman-temannya mengatakan dirinya adalah wanita murahan.
Tanpa sadar, kini air mata Arneta sudah luruh membasahi kedua pipi. Arneta yang menyadarinya lekas menghapus air mata itu. Ia tidak ingin terlihat lemah. Dia harus memperlihatkan jika dirinya adalah wanita kuat dan tidak seperti yang dikatakan orang-orang.
"Lebih baik aku pergi saja dari sini." Arneta sudah mengambil keputusan. Untuk apa juga dia berdiam diri di tempat yang tidak mengharapkan dirinya.
Saat baru keluar dari dalam kamar mandi, Arneta tersentak melihat Andika yang kini berdiri di depan kamar mandi seakan sedang menunggu dirinya.
"Andika, kamu mau apa di sini?" Perasaan Arneta mulai awas. Dia melirik ke arah kanan dan kiri untuk mencari keberadaan orang lain. Namun, tidak terlihat siapa pun di sana. Hanya ada ia dan Andika.
"Tentu saja aku ingin melepas rindu dengan kamu, Arneta?" Suara Andika terdengar sedikit parau. Tatapan matanya pun seperti hendak memangsa.
Arnetas semakin awas saja. Posisi kamar mandi yang sempit menyulitkan dirinya untuk kabur dari hadapan Andika. Apa lagi pria itu sudah berdiri di tengah ruangan pintu seperti hendak menghambat pergerakannya.
"Menyingkirlah! Aku tidak memiliki urusan dengan dirimu!" Suara Arneta mulai terdengar keras. Pun dengan mimik wajahnya yang mulai nampak takut.
Andika tersenyum sinis. "Aku tidak akan pergi dari sini. Sudah lama aku menantikan saat ini tiba. Apa lagi setelah aku mengetahui kau menikah dengan Elvano." Kata Andika. Dahi Arneta seketika mengekerut mendengarnya. Dia sama sekali tidak paham kenapa Andika berkata seperti itu. Arneta pun tidak memperdulikannya.
"Menyingkir atau aku bakalan teriak!!"
"Teriaklah. Tidak akan ada yang mendengar suara teriakan kamu di sini. Karena di sini hanya ada aku dan kamu, Sayang..." balas Andika dengan tangan yang mulai menyentuh tangan Arneta.
Arneta sangat ketakutan melihat mimik wajah Andika. Sekuat tenaga dia berusaha melepaskan tangan Andika. Namun, kali ini tenaganya kalah jauh dari Andika. Dia tidak bisa melepaskannya lagi.
"Kau tidak bisa pergi dariku, Arneta. Lebih baik kamu menurut dan kita bersenang-senang!" Andika sudah menarik tangan Arneta pergi meninggalkan kamar mandi. Arneta pun sekuat tenaga berteriak meminta tolong. Bahkan kakinya sudah bergerak menendang kaki Andika.
Awalnya Andika masih bisa bersikap lembut pada Arneta. Namun, pemberontakan Arneta membuatnya murka hingga menampar wajah wanita itu. "Jangan sok jual mahal kamu, Arneta. Kamu itu murahan. Lihat saja keberadaan kamu di sini gak dianggap oleh siapa pun. Bahkan suami kamu sendiri mengacuhkan kamu dan bermesraan dengan wanita lain!!"
Arneta tidak peduli dengan perkataan Andika. Dia masih saja berusaha memberontak. Andika yang kesal kembali melakukan kekerasan fisik sampai menarik baju yang Arneta kenakan hingga robek di bagian bahu.
"Tolong, tolong!!" Arneta berteriak keras. Andika dibuat beberapa kali menampar dirinya agar diam. Namun, Arneta masih saja berusaha meminta pertolongan. "Elvano, tolong aku!!" Entah mengapa nama tersebut keluar dari mulut Arneta. Dia sangat ketakutan. Dia sangat membutuhkan bantuan dari siapa pun saat ini.
Teriakan Arneta membuat Andika gegas menarik kuat Arneta pergi dari sana. Seorang pria yang ikut membantu rencana Andika nampak memberikan sapu tangan unduk membekap mulut Arneta.
"Pergilah. Tugasmu sudah selesai!" Andika gegas menggendong tubuh Arneta setelah membekap mulut wanita itu dengan sapu tangan. Namun, di saat langkahnya sudah hampir tiba dengan pintu keluar aula, Andika dikejutkan dengan suara bariton dari belakang tubuhnya yang meminta dirinya untuk melepaskan Arneta.
"Lepaskan Arneta atau kubunuh dirimu!!
***
Teman-teman, boleh bantu kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum lanjut. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen juga, ya🤗
terima kasih Author bagus karyanya.
semangat dalam berkarya.