Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 26
Rangga sedang duduk di kursi teras rumahnya sambil menikmati kopi yang dia buat sendiri.
"Jangan hanya menikmati kopi saja kamu, sini kasih Mama uang buat beli kebutuhan rumah." Ucap Bu Arum yang baru saja tiba di teras.
Rangga menoleh menatap ke arah Mamanya dengan wajah melas.
"Ma, Mama kan tahu aku belum ada penghasilan. Aku juga sedang berusaha melamar kemana-mana, tapi jaman sekarang susah mencari pekerjaan yang layak bagi ku." Jawab Rangga yang sebenarnya sudah merasa jenuh setiap kali Mamanya itu meminta uang padanya.
"Minta dulu saja sama mas Rendi. Lagian sewaktu aku masih bekerja, keluarga Mas Rendi tinggal di sini tanpa membiayai apa-ара." Lanjutnya yang sempat di dengar oleh Mayang yang kini dia berada di ruang tamu bersama dengan Azura.
"Mas mu itu sudah ada keluarga sendiri. Dia pasti lebih banyak kebutuhan. Belum lagi persiapan untuk Azura sekolah." Ucap Bu Arum yang sebenarnya tidak berani meminta kepada Rendi.
Rangga memejamkan matanya karna pusing. Dia harus mencari uang untuk keperluan keluarganya, belum lagi Manda memintanya untuk segera melamar Manda, lalu nanti biaya pernikahan mereka berdua.
"Aku juga banyak kebutuhan Ma. Selama ini uang gajiku aku kasih sama Mama setengahnya, setengah lagi untuk peganganku dan untuk membelanjakan keinginan Manda. Mama kan tahu aku tidak pernah memberi nafkah pada Jia, dan selama ini Jia lah yang membiayai kebutuhan kita." Ucap Rangga lagi.
"Kalau begitu, jangan cerai sama Jia. Mama mengira dia hanya wanita miskin. Ternyata diam-diam dia lebih kaya dari kita." Jawab Bu Arum yang sepertinya mengingat Jia.
Rangga menoleh ke arah Bu Arum.
"Aku juga bingung bagaimana caranya untuk mempertahankan Jia. Kalau aku bisa bertahan sama Jia, aku akan memintanya agar aku saja yang memegang alih cafe itu. Jadi tanpa bekerja keras pun aku bisa mendapat uang walau hanya duduk-duduk santai saja." Jawab Rangga sambil membayangkan dirinya menjadi bos.
"Impian ku sejak dulu itu jadi Bos, Ma, pasti menyenangkan menjadi Bos. Bisa memakai uang untuk apa saja tanpa memikirkan bagaimana caranya untuk bekerja keras." Lanjutnya lagi, membuat Bu Arum menganggukan kepalanya.
Beberapa saat kemudian, saat mereka berbincang, tiba-tiba saja Litta pulang dari kuliahnya. Tapi bukan menggunakan mobil pribadinya melainkan menggunakan ojek online.
"Ta, kok pakai ojek. Mobil kamu kemana?" Tanya Rangga yang heran melihat kedatangan Litta.
"Ck ini semua gara-gara mantan istri mu itu. Masa di tengah jalan aku di hentikan sama asisten Mas Jio dan beberapa bodyguard dan mengambil mobil ku." jawab Litta kesal.
Bu Arum dan Rangga yang mendengar ucapan Litta pun langsung membulatkan matanya, terkejut. Ternyata Jia sudah melangkah lebih dahulu untuk membuat keluarga Rangga malu.
"Kok bisa sih? Bukankah kita sudah mengajukan permintaan harta gono gini untuk di bagi?" Ucap Bu Arum heran.
"Kamu gimana sih, Ga? Bukankah Mama sudah minta kamu untuk menggertak Jia? Kalau kamu tidak mau bercerai dengannya atau tidak kamu meminta hak asuh Amira? Kok bisa jadi seperti ini?" Lanjut Bu Arum yang menyalahkan Rangga.
Litta menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Bu Arum.
"Aku sudah bilang sama Jia, Ma. Aku menginginkan hak asuh Amira, kalau hak asuh Amira gak jatuh ke aku, aku tidak ingin bercerai. Tetapi Jia membalasnya dengan mengancam ku untuk di laporkan ke polisi." Jawab Rangga lemas.
"Ck benar-benar wanita licik." Gumam Bu Arum yang lagi-lagi menghina Jia.
"Kita ke rumah Jia saja. Kamu tau gak alamat rumah Jia?" Ucap Bu Arum.
Rangga menggeleng pelan. "Selama aku kenal Jia sampai sekarang yang aku tau hanya alamat kosan dia, aku tidak bertanya alamat orang tuanya yang asli. Kalian kan juga tahu sewaktu lamaran Jia meminta kita datang ke kosan dia. Bukan alamat orang tuanya." Jawab Rangga jujur.
Bu Arum dan Litta berdecak karna tingkah Rangga yang menurutnya bodoh. Bisa-bisanya dia menikahi anak orang tapi dia tidak tahu alamat rumah mertuanya.
"Lagiankan sejak awal kita kenal Jia, dia tidak memberitahu kita semua tentang dirinya. Kenapa juga aku tidak curiga sama sekali. Padahal kalau dipikir-pikir, aku seharusnya curiga karena dia seperti menyembunyikan sesuatu dari ku." Lanjut Rangga lagi.
"Kamu cari identitasnya atau apa kek, atau apapun itu yang menurut mu bersangkutan dengan alamat rumah Jia." Ucap Bu Arum.
Litta, Rangga terdiam saat mendengar ucapan Bu Arum. Mereka berdua seakan-akan sudah tahu jawaban apa yang harus mereka lakukan.
"Kalau begitu, ayo kita ke tempat kos Jia yang dulu. Siapa tahu pemilik kos masih menyimpan alamat Jia." Ucap Rangga seperti mendapatkan petunjuk.
Litta menganggukkan kepalanya pertanda setuju akan ide dari Rangga.
"Ya sudah kita siap-siap sekarang." Ucap Bu Arum yang langsung di cegah oleh Litta saat Bu Arum hendak memasuki rumah.
"Tapi Ma, bagaimana kita bisa kesana bersama. Mama kan tau sendiri kalau mobil ku sudah tidak ada di sini." Ucap Litta
Mereka berdua sampai menepuk jidat karena tak terpikirkan akan hal itu.
Bu Arum dan Rangga terdiam memikirkan ucapan Litta. Mereka jadi bingung hendak berangkat kesana menggunakan apa.
"Kamu bilang sama Mbak Mayang saja, Ta. Ajak dia, nanti kamu boncengan sama dia, pakai motor miliknya. Sedangkan Mama biar sama aku nanti." Ucap Rangga memberi ide.
"Masa aku harus naik motor sih." Keluh Litta karena dia harus naik motor bukannya mobil seperti biasanya.
"Sudahlah jangan banyak protes. Lakukan saja, toh nanti kalau kita mendapatkan mobilnya lagi, itu mobil kamu yang pakai." Ucap Bu Arum sambil melangkah memasuki rumah diikuti oleh Rangga.
Litta yang mendengar ucapan Bu Arum merasa kesal dan ikut melangkah masuk ke dalam rumah.
"Mbak." Panggil Litta saat dia sampai di kamar Azura.
Mayang yang merasa di panggil pun menoleh dan mendapati Litta dengan wajah di tekuk.
"Kenapa?" Tanya Mayang yang heran melihat Litta.
"Mama bilang, kita akan pergi ke kosan lama tempat Mbak Jia tinggal dulu." Ucapan Litta membuat Mayang semakin penasaran.
"Tapi pakai motor Mbak nanti. Mobil aku di sita sama orang suruhan Mas Jio."Kini ucapan Litta membuat Mayang terkejut.
"Ya sudah kamu siap-siap saja. Nanti Aku nyusul sama Azura." Jawab Mayang dan di angguki oleh Litta.
Setelah Litta pergi, Mayang melangkah kembali ke kamar Azura.
"Gawat, Jia bermain dengan rapi. Kalau begini terus bisa-bisa aku juga yang jadi korban lagi. Apalagi Rangga yang belum dapat pekerjaan. Yang ada Mama malah minta jatah sama Mas Rendi. Kalau Mama minta jatah sama Mas Rendi dan Mas Rendi mengurangi jatahku, aku gak akan bisa berfoya-foya seperti biasa. Bisa malu aku sama temen-temenku nanti kalau ngumpul sama mereka." Mayang begumam sendiri.
"Aku harus bisa bantu Mama untuk mempertahankan Jia agar tetap bisa bersama Rangga. Bagaimana pun caranya." Lanjutnya lagi.
Tok... Tok.. Tok..
"Mbak udah selesai belum. Sudah di tunggu Mama sama Mas Rangga di depan." Teriakan Litta membuyarkan lamunan Mayang.
Dengan cepat Mayang menggendong Azura untuk di ajaknya keluar.
"Sudah, kamu ajak Azura keluar duluan ya. Aku mau ngambil kunci motor di kamar." Jawab Mayang yang di angguki oleh Litta.
"Yuk Azura ikut Tante keluar." Ucap Litta seraya meraih tangan kecil Zura.
********
********