siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAMIL
Semenjak kejadian kemarin siang, aku hanya diam tanpa bicara apapun dengan Mas Rayhan. Dia juga hanya berdiam di kamar, mungkin karena kemarin lagi demam. Entahlah kalau hari ini.
Aku memandang layar ponselku, pukul delapan aku memilih untuk menyudahi permainan ponselku. Dhuha itu yang aku pikirkan saat ini. Aku memilih mengejar surga, karena yang sejatinya yang kekal itu di akhirat bukan?
Ku bentang sajadahku, aku butuh curhat dengan Robb ku. Hanya curhat dengan – Nya selama ini yang selama ini membuatku bisa tenang.
Beberapa lama aku bersujud dan berdoa, setelah selesai ku lipat mukena dan juga sajadahku. Aku nggak sadat ada mas Rayhan yang berdiri di pintu kamarku yang memang tadi tidak aku kunci. Dia menatapku akan tetapi dia kembali menutup pintu kamarku tanpa bicara apapun padaku.
Aku keluar kamar dan berniat untuk menemuinya, barangkali ada yang penting yang ingin dia katakan.
Aku lihat dia sedang duduk berjongkok di dekat pintu, entah apa yang sedang dia kerjakan. Aku menghampirinya dengan langkah santai
“Mas”
Dia menoleh sekilas selayaknya orang yang kaget. Dia lempar asal batang rokok yang masih mengepul. Aku baru tahu kalau Mas Rayhan ternyata merokok. Selama aku bekerja di rumahnya aku tidak pernah melihat dia merokok.
“Kita pulang hari ini!” ucapnya dan langsung melangkah pergi meninggalkanku.
Aku menghela napas pelan. Aku bersiap membereskan barang – barangku dan bersiap untuk pulang. Karena tidak membawa barang yang banyak, aku tidak terlalu lama bersiap. Aku mengganti gamis dan juga kerudungku. Selepas itu aku menunggunya di ruang tamu. Tak berapa lama aku melihat mas Rayhan keluar dari kamarnya dengan membawa tas kecilnya.
Mungkin tas mas rayhan Cuma berisi ponsel dan dompetnya.
Aku mengikutinya keluar dari rumah milik mas rayhan ini dan masuk ke dalam mobil.
Jika orang lain berpikir aku hidup enak dengan Mas Rayhan, karena dia orang kaya. Tapi, nyatanya tidak seindah yang orang pikirkan. Justru aku hanya sekedar alat untuk balas budi atau bahkan alat bayar hutang. Tidak ada kesan istimewa walaupun aku istri sahnya. Aku tidak berharap lebih, apalagi mengharapkan hartanya, tidak sama sekali.
“Mau makan apa?” tanyanya tiba – tiba
“Ha?” aku menoleh ke arah Mas Rayhan yang sedang menyetir di sampingku.
“Kamu mau makan apa?” tanyanya lagi dengan suara yang kedengaran agak kesal.
“Terserah mas saja” jawabku
Tak berapa lama dia menghentikan mobilnya di salah satu rumah makan khas Jawa timuran.
“Aku ke toilet sebentar” ucapku setelah kami berdua turun dari mobil
Tanpa menunggu persetujuannya aku melenggang pergi menuju toilet di samping rumah makan itu. Aku mendadak mual.
Cukup lama aku di dalam toilet memuntahkan isi perutku yang memang sudah kosong karena dari pagi belum sarapan. Hanya cairan berwarna kekuningan yang keluar dan itu rasanya pahit di mulutku.
Ah mungkin penyakit lambungku kambuh pikirku dalam hati.
Aku menjadi lemas dan ulu hatiku terasa sedikit nyeri dan sesak. Aku diam beberapa saat sampai sesak di dadaku hilang. Setelah merasa tenang aku kembali ke mas Rayhan yang ternyata masih menungguku di dekat mobil dan belum masuk ke rumah makan itu.
Kami masuk dan mas Rayhan memesan makanan untuk kami. Mas Rayhan makan dengan lahap mungkin dia juga kelaparan sepertiku.
Gak berapa lama terlihat piring mas Rayhan sudah hampir kosong
“Cepatlah makannya,” ucapnya.
Aku mengangguk tapi tiba – tiba aku kembali mual. Ya Allah aku ini kenapa? Melihat makanan di meja ini rasanya aku mau muntah, aku meraih air mineral di dalam botok kecil, dan aku meminumnya sampai habis.
Mas Rayhan keheranan melihat tingkahku. “Cepatlah makan Shena. Sudah siang ini” titah Mas Rayhan
“Aku nggak makan Mas, aku tunggu di mobil saja” ucapku langsung pergi keluar.
Nafasku memburu, rasa sesak di dadaku kembali muncul. Akhirnya aku kembali ke toilet dan membuang apa yang ada di perutku.
“Shena”
Mas Rayhan memanggilku setelah melihatku keluar dari toilet itu. Mas Rayhan melangkah mendekatiku
“Kamu kenapa?” tanyanya
“Nggak apa -apa Mas. Mungkin aku hanya masuk angin” jawabku
Mas Rayhan memperhatikan wajahku yang mungkin sudah memucat. Aku mencoba mengalihkan pandanganku. Aku tidak mau di kasihaninya.
“Shena”
Mas Rayhan kembali memanggilku. Belum sempat aku menjawab badanku sudah terjatuh. Dia menahan tubuhku setelah itu aku sudah tidak tahu apa – apa lagi.
Ya Allah apa yang terjadi denganku?
...******...
Aku terbangun, di suatu tempat yang aku tidak tahu ini dimana? Aku memperhatikan setiap sudut ruangan ini, kepalaku masih sangat pusing
Tidak ada siapapun di ruangan ini. Akhirnya Mas Rayhan masuk ke ruangan ini. Dia duduk di sebelahku dan menatapku.
“Bagaimana keadaanmu?” tanyanya padaku.
“Aku baik – baik saja” jawabku santai, walaupun aku masih merasa pusing dan lemas.
Aku memalingkan wajahku. Aku sangat risih di tatap seperti ini oleh mas rayhan. Mata elangnya itu sangat menyeramkan bagiku.
“Kamu hamil, Shena” ucapnya
“Ha?”
Aku terperangah, kenapa aku bisa hamil, padahal kamu hanya melakukan itu sekali saja. Aku harus senang atau bagaimana? Ah aku bingung. Aku hanya diam.
Dia memperhatikanku. “Kamu masih mau istirahat di sini apa mau pulang sekarang?” tanya Rayhan
“Pulang!” jawabku singkat
“Ya sudah, kamu tunggu dulu di sini, aku akan menyelesaikan administrasinya terlebih dahulu” jelasnya seraya melangkah pergi meninggalkanku yang masih bingung harus bersikap bagaimana.
Aku menunggunya mengurus semuanya
...******...
Kami duduk di hadapan Ibu. Sepertinya mas rayhan akan mengatakan tentang kehamilanku pada Ibu. Aku yakin pasti Ibu akan sangat senang.
“Bu. Shena hamil, sebentar lagi Ibu akan di panggil Nenek” ucap mas Rayhan lembut sembari menyentuh lengan Ibunya lembut.
“Benarkah?” mata mertuaku itu berkaca -kaca. Kemudian menatapku seakan meminta pembenaran akan ucapan putranya itu.
Aku mengangguk dan tersenyum
“Alhamdulillah” hanya itu yang keluar dari mulut mertuaku. Ibu langsung memelukku.
Bulir bening keluar dari sudut mata tuanya “Ibu sangat bahagia Shena. Terima kasih kamu telah mewujudkan impian ibu untuk memiliki cucu sebelum ibu meninggal”
“Rayhan, kalian sudah mau menjadi orang tua. Jaga istri dan calon anakmu, jangan berhubungan lagi dengan Gea” ucap ibu sambil menatap serius ke arah Mas Rayhan.
“Rayhan sudah tidak berhubungan lagi dengannya Bu, Rayhan tidak pernah menemuinya semenjak ibu menolaknya dulu” jawab Rayhan.
“Ibu menolaknya bukan tanpa alasan Ray, ibu melihat semua kejahatannya, dia itu wanita penggoda, dia bukan wanita yang baik Ray” ibu terlihat tidak suka dengan Gea, itu sangat terlihat jelas dari nada bicara dan sorot matanya ketika lagi membahas Gea. Aku sendiri tidak mengenal Gea, aku hanya sekali bertemu kemarin itu.
“Kamu sudah punya Shena saat ini. Shena wanita yang baik. Bahkan Shena jauh lebih cantik jika di banding dengan Gea. Bukan Cuma parasnya tapi juga hati dan akhlaknya. Bersikap baiklah pada Shena, Ray” sambung ibu.
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua