Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakit Hati
Otak wanita cantik itu mulai berkeliaran memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Matanya seolah terhipnotis dengan ketampanan lelaki yang menyandang status suaminya itu.
Andin menutup matanya di saat tubuhnya telah di turunkan ke atas kasur.
“Sudah hentikan pikiran mesummu itu” ujar Rian sambil memberikan koper Andin yang tadinya berada di ujung lemari ke atas kasur.
“Gantilah pakaianmu, dan aku ingatkan jangan menggunakan pakaian yang menggodaku,” ujar Rian yang hanya di tatap Andin dengan tatapan yang sulit di mengerti.
“Adu... malu banget tahu... Aku kira akan mengulangi adegan seperti di film-film ternyata dia menggendongku hanya untuk membantuku, dasar bodoh...” batin Andin merasa malu atas perilakunya sendiri.
Sebelum keluar kamar Rian menoleh ke arah Andin yang masih mematung.
“Kamu mau makan apa? Aku mau turun dulu ke dapur” tanya Rian.
“Mau makan yang gurih-gurih” ujar Andin lalu di tinggalkan Rian.
“Adu... Andin... Andin... Kenapa harus terlalu berharap sih... anggap saja adegan beberapa jam yang lalu itu kecelakaan. Jadi otakmu ini jangan terlalu banyak traveling.” Ujar Andin sambil mengetuk kepalanya sendiri.
Setelah menyesali perbuatannya Andin langsung mengambil daster tidur favoritnya. Daster berukuran besar dengan panjang di atas lutut bergambar doraemon.
Andin sangat menyukai kartun doraemon sehingga dirinya selalu menggunakan atribut yang mengarah ke kartun kesukaannya itu.
Setelah memakai pakaian daster yang sangat cocok di tubuhnya itu Andin menyisir rambutnya yang mulai mengering dan mengambil berapa skin cere yang ia miliki. Andin mengoleskan pelembab dan serum ke kulit wajahnya yang sedikit chubby.
Setelah mengoles-oles kosmetik pelembab wajah dan hand body lotion Andin di kejutkan dengan kedatangan Rian yang membawakannya mie goreng.
“Kamu yang masak ini?” tanya Andin.
“Iya” jawab Rian singkat lalu melahap makanan yang ada di piringnya.
Andin hanya bisa mengikuti sang suami untuk melahap mie yang sepertinya begitu menggiurkan di lidahnya.
Andin melirik jam yang ada di dinding ternyata hari masih menunjukkan pukul 2 dini hari.
Setelah makanan mereka selesai Andin berinisiatif berjalan ke arah Rian untuk mengambil piring kotor, meski dirinya berjalan begitu pelan namun begitu mengganggu penglihatan Rian.
“Sini aku saja yang bawa piring kotor ke dapur, kamu tidur lagi saja. Aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaanku di ruang kerja” uca0 Rian sambil mengambil piring yang ada di tangan Andin.
Andin hanya diam di tempat tanpa membantah. Andin tersenyum singkat lalu kembali ke tempat tidur.
...****************...
Detik demi detik kini berjalan lebih lambat bagi Andin. Seperti pagi ini, setelah drama pasangan yang ia alamin semalam. Andin hanya menghabiskan waktunya di kamar pasalnya beberapa jam yang lalu Rian tidak masuk ke dalam kamar setelah kejadian semalam.
Andin dikejutkan dengan kehadiran Rian yang telah rapi menggunakan setelan jas. Andin tampak bingung kapan lelaki itu berganti pakaian.
“Kamu tidak perlu melakukan kewajibanmu sebagai seorang istri, karena kita menikah bukan karena cinta. Kamu simpan saja perhatianmu untuk dirimu sendiri” ucap Rian melihat pakaian kerjanya lengkap berada di atas tempat tidur.
Andin masih diam berdiri beberapa meter di hadapan Rian yang baru saja masuk ke kamar setelah beberapa jam di tinggalkannya. Mungkin lelaki itu tidur di ruang kerjanya, karena setelah kejadian semalam Rian tidak kembali ke dalam kamar. Pagi ini Rian terpaksa masuk kedalam kamar karena ia ingin mengambil jam tangan yang berada diatas naska. Di lihatnya baju kerja yang telah disiapkan oleh Andin di atas kasur. Sehingga dirinya sadar bahwa dia telah memberikan harapan palsu untuk wanita yang telah ia rebut kesuciannya semalam.
"Apa kamu yang menyiapkan pakaian dalamku?" tanya Rian yang mulai berjalan mendekat kearah Andin. Posisi mereka sekarang sangat dekat.
Deg... Deg... Jangan di tanya lagi, bagaimana keadaan jantung Andin. Debaran jantung Andin menyebabkan wajah Andin memerah.
Rian merasa gemas melihat wajah wanita yang berada di hadapannya. Dirinya tidak lupa akan rasa bibir merah milik Andin. Bibir merah tanpa lipstik itu sedang berada di hadapannya. Bibir ranum yang terasa manis.
Rian memiringkan kepalanya mendekat kearah bibir Andin. Hembusan nafas Rian begitu terasa di wajah Andin. Si empu pemilik bibir pun bisa merasakan hembusan nafas berbau mint itu sehingga refleks Andin memejamkan matanya menikmati rasa berdebar menunggu adegan ciuman seperti film korea yang sering di tontonnya itu. Masih dengan mata tertutup Andin mendengar Rian mengatakan sesuatu yang terdengar begitu dingin kepadanya.
"Aku ingatkan, jangan sentuh barang pribadiku. Jika tidak aku akan menghukummu" ujar Rian yang terdengar dingin sehingga mampu membuat tubuh Andin merinding.
"Dan kamu harus ingat... Kejadian semalam itu karena kecelakaan jadi jangan di masukan ke hati. Lagian semalam rasanya sama saja dengan wanita liar di luar sana. Tapi tenang saja karena aku puas maka akan aku berikan kompensasi atas pelayananmu semalam." Setelah mengatakannya Rian mengeluarkan kartu hitam miliknya.
"Ada 100 m di dalamnya, kamu bisa gunakan terserah kamu. Itu milik kamu. Ambil saja karena itu adalah bayaran untuk kesucianmu semalam. Dan kamu jangan berharap aku akan melakukannya lagi" ujar Rian lalu berbalik meninggalkan Andin.
Andin terduduk lemas mendengar ucapan Rian. Hati istri mana yang tidak sakit mendengarnya? Andin merasa seperti pekerja seks yang di bayar. Perasaan di hina oleh Rian menjalar ke dalam hatinya. Andin merasa pengorbanan dirinya untuk menjadi istri sesungguhnya tidak di pedulikan oleh Rian. Rasa pedih di bawahnya tidak sepedih rasa sakit di hatinya.
"Aku berjanji pada diriku sendiri. Suatu saat engkau akan mengejar cintaku Rian. Aku janji itu." ucap Andin di sela tangisannya.
Andin mengambil kartu hitam yang tergeletak di lantai dan menyimpannya di meja rias yang berada di sebalah kanan dari tempat tidurnya.
Andin menyusun kembali pakaian Rian ke lemari lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
Pikirannya melayang akan kejadian semalam. Keganasan yang di lakukan Rian menunjukan bahwa dia normal dan dalam kondisi sadar. Andin menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan ingatan yang ada di kepalanya.
Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan telepon masuk. Andin mengangkat ponselnya dalam posisi masih terbaring.
"Benar ini dengan Andin? Tanya seseorang di dalam telepon.
"iya" Jawab singkat Andin.
"Cv anda di terima, Anda bisa datang keperusahaan kami" ujar penelpon yang langsung di iyakan Andin.
Andin segera duduk dan menghapus air matanya dengan kasar lalu menatap dirinya di depan meja rias.
"Aku tidak butuh kamu bahagiakan aku, aku tidak ngatur kamu maka kamu jangan atur Aku" ujar Andin bermonolog.
Andin mengambil beberapa setelan kerja yang ada di kopernya. Dirinya memakai baju kemeja berwarna putih dengan rok span berwarna hitam selutut. Rambutnya di sanggul ala pramugari dengan polesan mace up yang tipis, memperlihatkan keanggunan dan kecantikan.
Dengan sepatu berhak 5 cm Andin terlihat seperti wanita berkelas. Andin memasan taksi online. Andin sebenarnya ingin meminta no handphone Rian namun dia urungkan niatnya karena ia tidak ingin seolah-olah dirinya begitu tergila-gila dengan pria itu.
Mata beberapa karyawan memandang Andin yang terlihat cantik bagaikan model. Andin bertanya dengan resepsionis dan di arahkan ke ruangan HRD.