Niat baik salsa untuk membantu sang bos yang sedang hangover ternyata membawa petaka untuknya. bagaimana tidak, malam ini kesuciannya di rengut oleh Azka Aditama dengan paksa.
sementara Azka sendiri bingung, sudah hampir tiga puluh tahun dia tahu dirinya impoten, tapi malam ini, kamar apartemennya menjadi saksi bisu,bagaimana keperkasaan alatnya saat menggagahi gadis di bawah kungkungannya.
Azka-Salsa here
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hubungan kita selesai disini~ Salsa
saat Revan, Rara dan Kenzo tengah di landa kebingungan tetang keberadaan Salsa saat ini, suara dering ponsel Revan mengalihkan mereka.
dengan cepat pria itu mengambil ponselnya, dia sangat berharap bahwa yang menghubunginya adalah salsa sang pujaan hati,, dan benar saja orang yang tengah mereka cari yang menghubungi Revan saat ini.
tanpa basa basi, pria itu langsung menggeser icon hijau,
"hallo sayang,, kamu dimana sekarang? aku ada di kontrakan kamu loh? sekarang beritahu aku, lokasi kamu sekarang! aku akan menjemputmu!!" tidak ada kalimat pembuka seperti biasanya, saking panik, Revan bertanya panjang lebar.
"Rev, ayok temui aku di rumah pohon!" suara lembut Salsa terdengar berbeda dari seberang sana. bukan hanya suaranya, cara gadis itu memanggilnya juga menciptakan pertanyaan besar di benak Revan.
biasanya Salsa akan memanggil dia sayang, sangat jarang bahkan terhitung tidak pernah Salsa memanggil namanya dengan nama asli Revan.
tidak mau lagi memusingkan perkara nama panggilan, Revan langsung mengiyakan permintaan sang pujaan hati, dengan gerakan cepat dia berlalu dari sana meninggalkan Kenzo dan Rara yang menatapnya kaget.
"kak, kak Revan, tadi yang telfon kak Salsa kan?" mendengar panggilan Rara, Revan menoleh. dia menganggukan kepalanya sekilas.
"ya udah, kami berdua dengan Kenzo ikut kak Revan ya, janji nanti kami tidak akan mengacau disana!" tidak melarang, Revan membawa kedua orang itu untuk ikut bersamanya.
.
.
.
mobil Revan berhenti di sebuah rumah pohon yang sangat terawat. dia berjalan dengan langkah tegapnya, mata pria itu tak berhentinya mencari keberadaan Salsa disana. masih belum terlihat, hingga dia duduk diam .
sementara Rara dan kenzo berdiam di mobil, mereka akan turun setelah Salsa dan Revan usai berpacaran.
lima menit menunggu, hingga terlihat Salsa datang sendirian, dia berjalan pelan ke arah rumah pohon. senyum lembut Revan menyambut kedatangannya,, pria itu bahkan tidak marah sama sekali walau waktunya terbuang sia sia hanya karena menunggu gadis itu.
melihat senyum manis itu, Salsa menjadi merasa bersalah sendiri.
"sayang,, dari mana? hmm" tanay Revan dengan lembut, hendak menarik Salsa ke dalam pelukannya tapi gadis itu dengan cepat menepis, hal itu menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak Revan.
sudah pacaran empat tahun lebih, mereka jika ketemuan harusnya saling berpelukan, ini pertama kalinya Salsa menolak dalam dekapan pria itu.
"kenapa??" tanya Revan heran sendiri. Salsa hanya menggeleng, perlahan dia mendudukan bokongnya di bawa pohon rindang.
berada disini, kembali mengingatkan Salsa saat pertama kali di tembak oleh pria tampan di sampingnya. ya, tempat ini memiliki kenangan tersendiri untuk Salsa. dimana kala itu, kedua insan tersebut saling mengungkapkan perasaan cinta dan berjanji untuk setia satu sama lain.
di bawa ke masa lalu seperti ini, membuat salsa tanpa sadar mengeluarkan air matanya kembali.
"Sayang, kenapa malah menangis? kamu nggak enak badan?" dengan perhatian yang sangat lembut, Revan mengusap pelan air mata Salsa lalu tangannya beralih menempel di kening gadis itu.
"aku mau berbicara sesuatu Rev" ujar Salsa pelan.
"aku juga!" balas Revan masih dengan wajah antusiasnya.
"katakanlah!!" perintah Salsa mempersilahkan pria itu untuk memulai pembicaraannya.
...----------------...
sebelum berbicara, Revan menghembuskan nafasnya kasar. kegugupan melanda pria itu. dia mengambil sesuatu di saku celananya, sebuah kotak cincin yang sudah dia persiapkan beberapa hari lalu untuk melamar kekasihnya.
"sayang,, lihat kesini!" ujar Revan sembari membuka kotak cincin itu. melihat itu Salsa menutup mulutnya. tidak bisa dia pungkiri, saat ini dia bahagia sekaligus sedih. bahagia karena sudah hampir lima tahun pacaran akhirnya pria itu mau melamarnya,, sedihnya karena situasi saat ini berbeda, jika dulu mungkin Salsa akan menjadi wanita paling bahagia, lain halnya sekarang.
"sayang, hari ini aku mau menempati janjiku untuk melamarmu, seperti halnya saat pertama kali kita memulai kisah,, aku ingin melamarmu di tempat spesial ini,, tidak perlu memikirkan restu mama, karena aku sudah mengantongi restu darinya" perlahan Revan berujar lembut, selembut air mata Salsa yang keluar tiada hentinya.
dia menggeleng pelan, menolak cincin itu. hal tersebut kembali membuat Revan bingung, bukankan seharusnya Salsa menerima? apalagi alasan gadis itu sekarang? jika tentang mamanya, Revan bahkan sudah berhasil meyakinkan wanita paruh baya itu.
"kenapa sayang? kamu tidak suka cincinnya? bukankah ini cincin kesukaan kamu saat itu?" banyak pertanyaan Devan yang tidak bisa di jawab oleh salsa.hanya air mata yang sejak tadi tak berhentinya keluar, dia bangkit berdiri,
"aku tidak bisa Rev, aku tidak bisa menerima lamaranmu hikss..." suara lirih yang menyayat hati itu terdengar. bagai hantaman batu, dada Revan begitu sesak. angannya untuk menikahi salsa dalam waktu dekat seolah hancur begitu saja.
"kenapa sa? kenapa kamu menolakku? aku butuh alasan yang jelas, tolong jangan seperti ini Salsa.." pria itu hendak memeluk salsa dari belakang, tapi lagi dan lagi gadis itu dengan cepat menghindar.
"aku yang tidak pantas bersanding denganmu,,, kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik Revan, aku kotor,, aku bukan wanita yang tepat untukmu!! jadi mulai sekarang hubungan kita selesai disini!!" dengan suara bergetar, Salsa berhasil meloloskan kalimat itu. jujur dia juga sakit, hatinya begitu sakit kala mengeluarkan satu persatu kata tersebut.
Revan bahkan tidak pernah menyakitinya,, tapi hari ini dia menghancurkan pria baik itu.
tidak mau berada dalam kondisi seperti ini, Salsa dengan cepat meninggalkan tempat itu masih dengan air mata yang tak terbendung. begitupun dengan Revan, pria itu bungkam tapi air matanya berhasil lolos kala mendengar kalimat panjang Salsa.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...