Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Lamaran Mewah dan Megah
Malam itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi semua yang hadir. Hotel mewah di pusat kota telah disulap menjadi tempat megah dengan dekorasi yang luar biasa indah. Lampu kristal besar menghiasi ruangan, meja-meja penuh dengan bunga mawar putih dan merah, menambah suasana romantis. Para undangan yang datang dari berbagai kalangan, termasuk para tetangga dari kampung halaman Aisha, tampak terpesona dengan kemewahan yang disuguhkan.
Dani, Dahlia, dan Vicky berdiri di salah satu sudut ruangan. Mereka memperhatikan suasana penuh kemewahan dengan campuran perasaan takjub dan penasaran.
"Ini luar biasa," ujar Dahlia sambil mengagumi hiasan di ruangan. "Aku bahkan belum pernah menghadiri acara lamaran semegah ini. Aisha benar-benar berubah banyak sejak terakhir kali kita bertemu."
Dani mengangguk pelan. "Aku juga penasaran, dia bekerja di mana sekarang? Dengan semua ini, pasti dia memiliki posisi tinggi di perusahaan besar."
Vicky menimpali, "Apa pun itu, dia tampak bahagia. Tapi ya, aku tidak bisa tidak iri. Pria seperti Arya itu langka."
Dahlia melirik Vicky dengan tatapan tajam. "Kamu ini bicara apa? Jangan buat masalah. Biarkan Aisha bahagia dengan pilihannya."
Dani ikut menegur Vicky. "Aku setuju. Vic, fokus saja menikmati acara ini. Jangan merusak suasana."
Sementara itu, di meja lain, Naina dan Ifa sibuk berbincang. Ifa, yang mengenakan gaun mewah pemberian Aisha, tampak gelisah.
"Bu, lihat Arya. Ganteng, kaya, sopan. Kok Aisha yang bisa dapetin dia?" bisik Ifa dengan nada iri.
Naina mendesah, mencoba menenangkan putrinya. "Ifa, hidup itu sudah ada jalannya masing-masing. Jangan iri. Syukuri saja apa yang kita punya."
Namun, Ifa tidak menyerah. "Tapi, Bu, aku juga mau hidup seperti dia. Mungkin kalau aku bisa dekat sama Arya, siapa tahu aku bisa mendapatkan perhatiannya. Lagian aku lebih muda dari Aisha, kan?"
Naina terdiam. Ia tidak menjawab iya atau tidak, hanya menatap Ifa dengan kebingungan. Ia tahu keinginan putrinya terlalu tinggi, tapi ia juga tidak ingin menghancurkan impiannya.
Ketika jam menunjukkan pukul delapan malam, Arya naik ke atas panggung kecil bersama Aisha. Semua mata tertuju pada mereka. Arya terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitamnya, sementara Aisha tampak anggun dalam gaun biru pastel dengan aksen berlian di beberapa bagiannya.
Arya memegang mikrofon dan berbicara dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan.
"Hari ini, saya ingin berterima kasih kepada keluarga Aisha yang telah menerima saya. Saya berjanji akan menjaga Aisha dengan sepenuh hati, membuatnya bahagia, dan memastikan bahwa dia tidak pernah merasa sendiri."
Ruangan menjadi hening, hanya terdengar suara napas para undangan yang menunggu kelanjutan ucapannya.
"Aisha, aku berjanji akan selalu mencintaimu, menghormatimu, dan melindungimu. Aku akan menjadi pasangan yang setia, teman yang selalu ada, dan pendamping yang tidak pernah lelah mendukungmu. Apa pun yang terjadi, kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku."
Aisha menatap Arya dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak menyangka Arya akan mengungkapkan perasaannya dengan begitu terbuka di depan semua orang. Para undangan bertepuk tangan, beberapa bahkan menitikkan air mata karena tersentuh oleh janji Arya.
Ibra, paman Aisha, kemudian naik ke panggung. Dengan suara bergetar, ia berbicara di depan Arya dan semua yang hadir.
"Aisha adalah keponakan yang sangat saya sayangi. Sejak orang tuanya meninggal, saya mencoba menggantikan peran mereka, meskipun saya tahu saya tidak bisa sepenuhnya melakukannya. Tapi malam ini, saya merasa lega. Arya, saya titipkan Aisha padamu. Jaga dia, sayangi dia, dan pastikan dia selalu bahagia."
Kata-kata Ibra membuat suasana menjadi haru. Aisha tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia memeluk pamannya erat-erat, sambil berbisik, "Terima kasih, Paman. Saya sangat bersyukur masih punya keluarga seperti Paman."
***
Setelah semua acara selesai, Aisha duduk di sudut ruangan, menatap keramaian. Wajahnya terlihat bahagia, tetapi ada sedikit kesedihan di matanya. Ia mengingat kedua orang tuanya yang sudah tiada.
"Ibu, Ayah, kalian pasti bangga melihat ini semua. Aku hanya berharap kalian ada di sini, menyaksikan momen terindah dalam hidupku," bisik Aisha pada dirinya sendiri.
Arya yang menyadari perubahan ekspresi Aisha segera mendekat. "Aisha, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.
Aisha tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kesedihannya. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit teringat pada orang tuaku."
Arya menggenggam tangan Aisha, menatapnya dengan penuh cinta. "Aku tahu mereka pasti bangga padamu. Dan mulai sekarang, aku akan menjadi keluargamu. Kamu tidak akan pernah merasa sendirian lagi."
Kata-kata Arya membuat hati Aisha hangat. Ia tahu bahwa ia telah menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya. Malam itu, ia merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia, meskipun ada sedikit kesedihan yang masih menyelimuti hatinya.
Setelah prosesi lamaran berakhir, suasana di ruangan itu masih penuh dengan kehangatan dan kegembiraan. Para tamu berkumpul dalam kelompok kecil, membicarakan acara megah yang baru saja mereka saksikan. Hampir semua percakapan mengarah pada satu topik: betapa beruntungnya Aisha.
Di salah satu sudut ruangan, dua ibu-ibu dari kampung Aisha berbicara dengan semangat.
"Aku benar-benar takjub! Aisha itu anak yatim, dulu tinggal di rumah yang sederhana, tapi lihat sekarang. Calonnya seperti pangeran, kaya, tampan, dan sopan lagi," ujar salah satu ibu dengan mata berbinar.
"Iya, ya! Kalau aku jadi dia, mungkin aku sudah pingsan bahagia. Semua yang diimpikan perempuan ada di Arya itu. Untung sekali Aisha!" balas yang lain sambil terkekeh.
Di meja lain, seorang bapak-bapak berbisik kepada temannya sambil menyeruput kopinya. "Ini baru namanya acara lamaran. Bahkan lebih mewah dari pernikahan kebanyakan. Saya dengar keluarga Arya itu pemilik perusahaan besar di Jakarta."
Temannya mengangguk. "Betul. Tapi yang paling penting adalah Arya kelihatan benar-benar mencintai Aisha. Tadi aku dengar dia janji setia di depan semua orang. Laki-laki seperti itu sekarang susah dicari."
Di dekat pintu masuk, sekelompok remaja perempuan dari kampung berdiri sambil berbisik-bisik.
"Kak Aisha cantik banget, ya. Gaunnya kayak putri raja!" kata seorang remaja dengan nada iri.
Temannya menimpali, "Bukan cuma cantik, calonnya juga ganteng banget. Kayaknya mereka pasangan sempurna."
"Aku jadi penasaran, apa rahasia Kak Aisha bisa dapat cowok seperti Mas Arya?" ujar yang lain, sambil menatap iri ke arah panggung.
***
Di atas panggung, Aisha duduk sendirian setelah sesi foto selesai. Ia memandang ke arah dekorasi mewah di sekitarnya. Lampu kristal yang menggantung di langit-langit, bunga-bunga mahal yang menghiasi setiap sudut, dan para tamu yang tersenyum bahagia untuknya. Namun di tengah semua itu, pikirannya melayang ke masa lalu.
Ia teringat rumah kecil tempat ia dibesarkan. Ia membayangkan wajah ibunya yang lembut dan senyum ayahnya yang hangat. Mereka selalu memberinya semangat untuk bermimpi besar, meskipun hidup mereka sederhana. Air mata mulai menggenang di sudut matanya.
"Ibu, Ayah, apakah kalian melihat ini? Aku berharap kalian ada di sini. Aku ingin kalian tahu bahwa semua yang aku capai ini adalah berkat doa kalian," bisik Aisha dalam hati.
Arya yang melihat Aisha termenung segera menghampirinya. "Aisha, kamu kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya lembut.
Aisha tersenyum kecil, meski air mata masih mengalir di pipinya. "Aku hanya sedang mengingat kedua orang tuaku, Arya. Aku berharap mereka bisa menyaksikan semua ini. Aku ingin mereka tahu bahwa aku baik-baik saja dan bahagia."
Arya menggenggam tangan Aisha erat. "Aku yakin mereka melihatmu dari surga, Aisha. Mereka pasti bangga denganmu. Dan mulai sekarang, kamu tidak akan merasa sendirian lagi. Aku akan selalu ada untukmu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.