NovelToon NovelToon
Turun Ranjang

Turun Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Beda Usia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lin_iin

Geya dipaksa menikahi kakak iparnya sendiri karena sang kakak meninggal karena sakit. Dunia Geya seketika berubah karena perannya tidak hanya berubah menjadi istri melainkan seorang ibu dengan dua anak, yang notabenenya dia adalah keponakannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin_iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berantem?

***

"Geya, tadi Alin kamu ajak ke mana?"

Aku yang sedang menemani Javas belajar reflek menoleh ke arah Mas Yaksa, saat mendengarnya bertanya.

"Main ke rumah temen aku, Mas, namanya Yasmin. Temen SMP sampai kuliah, cuma beda fakultas, dulu pas kita dah sama-sama kerja dan dianya belum nikah, kita sering main bareng kok. Mas Yaksa juga dulu pernah ketemu beberapa kali sama dia, cuma kemungkinan Mas Yaksa udah lupa sih."

"Mas masih inget, dulu yang suka main ke rumah kan? Yang nggak bisa bawa motor itu?"

Aku menyengir lalu mengangguk dan mengiyakan.

"Makan apa aja di sana?"

"Siapa?"

Mas Yaksa menatapku datar. "Alin dong, Geya."

"Oh, Alin, enggak kok, dia nggak makan apa-apa di sana, cuma minum asi aku doang. Kenapa emang, Mas?"

"Enggak, ini loh, kamu ngerasa nggak sih kalau badan Alin kayak kemerah-merahan begini?"

Cepat-cepat aku langsung menghampiri Alin yang kini berada di pangkuan Mas Yaksa, untuk mengecek kondisinya. Dan benar saja, beberapa bagian tubuhnya terdapat ruam kemerahan. Aku yang seharian ini bersamanya, tapi bagaimana bisa tidak menyadarinya?

"Ya ampun, Mas, iya loh, kok bisa sampai merah-merah begini?"

Agaknya memang bodoh aku ini, yang seharian ini bersama Alin itu aku, tapi bisa-bisanya yang bertanya juga aku.

"Geya, kan Alin sama kamu seharian ini, Mas baru pulang mana tahu. Tadi kamu makan apa aja di sana?"

Aku menggeleng cepat. "Aku nggak ada makan yang aneh-aneh kok, Mas, serius, demi Allah. Tadi di rumah Yasmin juga cuma makan anggur beberapa biji doang, minum juga jus mangga. Tadi juga menu MPASI-nya yang biasa, nasi, brokoli, sama wortel doang, Mas. Aku nggak kasih yang aneh-aneh, Mas." aku mencoba mengingat-ingat kali saja aku melewatkan sesuatu, "seingetku juga Alin nggak ada alergi makanan juga kan, Mas?"

"Tadi kamu ke rumah temen kamu itu naik apa?"

Aku langsung melongo. "Hah?"

"Kalian tadi ke rumah Yasmin naik apa, Geya?" ulang Mas Yaksa. Nada bicara dan ekspresinya terlihat sedikit menyeramkan, menurutku.

Ragu-ragu aku kemudian menjawab. "Naik ojek."

"Astagfirullah, Geya," respon Mas Yaksa membuatku semakin gugup.

Mas Yaksa menatapku sebentar lalu menghela napas kasar. "Geya, Mas tahu mungkin selama kamu belum nikah sama Mas, kamu sering berpergian pake motor atau pun menggunakan jasa ojek. Tapi perlu kamu ingat, sekarang kamu istri, Mas, Ibunya Alin. Bisa nggak kamu lebih peduli lagi sama dia. Jangan mentang-mentang dia anak sambung kamu--"

Kali ini aku tidak terima, emosiku ikut meradang.

"Mas," potongku dengan nada bicara tersinggung, "aku tahu di sini aku yang salah, karena kurang hati-hati tapi bisa nggak, nggak usah bilang kalau aku cuma ibu sambung Alin. Asal Mas Yaksa tahu, meski pun aku nggak nikah sama Mas, aku ini tetap Tante-nya Alin. Dan emang selama ini aku sayang ke Alin cuma buat caper doang? Enggak, Mas, aku tulus beneran sayang sama dia."

"Ayah sama Mama lagi berantem?" lirih Javas sambil menundukkan kepalanya seperti orang yang sedang menahan kesedihan. Melihat itu, aku pun jadi merasa tidak tega. Cepat-cepat aku menghampiri putra sulungku ini.

"Enggak, sayang, Mama sama Ayah cuma ngobrol kok. Kakak lanjut belajarnya sendiri dulu ya, Mama mau pakein salep buat adek dulu ya, soalnya badan adek merah. Nggak papa kan?"

Awalnya Javas terlihat ragu-ragu, namun, saat mendapat anggukan dari sang Ayah. Javas yang awalnya terlihat ragu, mau tidak mau tetap mengangguk pada akhirnya.

"Anak pinter," pujiku sambil mengelus rambutnya gemas, tak lupa kububuhkan kecupan ringan pada rambut hitam tebalnya.

Setelahnya aku langsung berdiri dan menghampiri Mas Yaksa kembali, sambil meliriknya agak sinis, aku kemudian mengambil alih Alin dari gendongannya, lalu membawanya naik ke lantai atas yang ada di kamar kami.

Ternyata tak berapa lama Mas Yaksa menyusulku. Aku yang masih kesal pun memilih langsung membelakanginya.

"Geya," panggil Mas Yaksa.

"Malam ini aku sama Alin tidur sama Javas," balasku dengan nada dingin.

Terdengar helaan napas berat keluar dari mulut Mas Yaksa. "Geya, tolong jangan seperti ini, jangan kayak kecil bisa?"

Emosiku yang awalnya mulai sedikit mereda kini kembali naik tiba-tiba. "Apa Mas bilang? Aku kayak anak kecil?" aku tersenyum tidak percaya, "oh ya maaf kalau gitu, Mas. Maaf karena bikin Mas berada di situasi nikah sama anak kecil. Tapi perlu Mas Yaksa ingat, umur kita terpaut lumayan jauh, Mas, jadi ya maaf kalau aku sesulit itu ngejar kedewasaan Mas Yaksa."

Mas Yaksa terlihat semakin frustasi. "Geya, maksud Mas bukan begitu."

Aku memilih tidak merespon dan menggantikan pakaian yang lebih tipis pada Alin daripada menggubrisnya.

"Oke, kamu boleh tidur sama Javas dan Alin tapi hanya malam ini, besok kamu harus tidur sama Mas lagi. Oh ya, sama satu lagi, jangan tidur di kamar Javas, tapi di sini saja soalnya kasur Javas sempit kalau buat bertiga."

Aku menatapnya datar.

"Biar Mas tidur di kamar tamu," balasnya seolah sedang menjawab pertanyaanku. Padahal aku sih tidak peduli dia mau tidur di mana, karena aku benar-benar masih kesal dengannya.

"Ngomong-ngomong Mas laper."

Kalimat Mas Yaksa membuatku langsung menatapnya datar. Mas Yaksa terlihat salah tingkah.

"Anu, maksudnya Mas mau izin pesen makanan boleh?" tanyanya terlihat ragu-ragu.

"Terserah," responku cuek.

"Javas boleh aku pesenin sekalian?" tanya Mas Yaksa terlihat ragu-ragu.

Aku langsung menatapnya dengan pelototan mata tajam. Yang untungnya langsung ditangkap oleh Mas Yaksa.

Pria itu langsung mengangguk paham. "Oke, Mas nggak jadi pesen."

Lagian heran banget, padahal juga ART-nya masak kok hobi banget pesen makanan dari luar.

"Nggak suka sama masakan Mbok Ru?" tanyaku dengan nada bicara yang masih terdengar kesal.

"Suka kok, cuma kan masakannya udah dingin. Tapi bisa kok Mas angetin sendiri, kamu bisa nemenin Alin sama Javas," sambungnya cepat-cepat.

Aku mengangguk paham. Perasaanku bimbang, aku ingin tetap melayani Mas Yaksa meski sedang kesal, tapi di sisi lain aku gengsi untuk melakukannya.

"Mas turun ke bawah dulu, nanti Javas Mas suruh langsung naik ke sini kalau udah selesai."

Aku masih diam saja. Membiarkan Mas Yaksa pergi begitu saja dengan perasaan kecewanya.

"Sayang, Mama keterlaluan nggak sih sama Ayah kamu?" tanyaku pada Alin. Balita yang belum mengerti apa-apa itu hanya menatapku bingung.

Aku menghela napas berat. Ya sudah lah, masa bodo. Salah sendiri dia yang mulai duluan bikin aku kesal.

To be continue,

1
Reni Anjarwani
lanjut thor , doubel. up thor
LISA
Luar biasa
LISA
Awal yg bagus
LISA
Aku mampir Kak
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ita Putri
eh......beneran udah di unboxing ya
Ita Putri
kapan ....apa ada yg kulewatkan ya part mana sih yg ada unboxingnya geya sm yaksa
Ita Putri
harusnya yaksa gk egois sm geya
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Quinn Cahyatishine
semangaaat nulisnyaaaa, aku udah tenggelam nih di kehidupan yaksa geya, 😂
Quinn Cahyatishine
baru baca bab satu aja udah langsung cinta, lanjuuuut
Lin_iin: mksh dukungannya, jadi semangat ngedraf ini🥰🥰🥰
total 1 replies
Quinn Cahyatishine
kebawa suasana banget dooong
Pecinta_Oppa
seru jg, uwu gemes😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!