Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aparteman
Hari yang melelahkan, Nica merasakan tubuhnya terasa begitu segar dihempas air dari pancuran shower, pikiran dan perasaannya terus bersitegang terkait peristiwa yang terjadi hari ini. Seharusnya, libur ini merupakan momen bahagia baginya, tetapi yang dirasakan justru kejengkelan. Pasalnya, dia harus bertemu dan bersaing dengan seorang pria di sirkuit balap. Nica bahkan tidak tahu bahwa joki yang selama ini menjadi topik perbincangan dan kebanggaan tim Iman adalah pria yang akhir-akhir ini menghantui benaknya. Pria yang ternyata dikenal sebagai seorang drifter terkenal dengan berbagai prestasi yang gemilang ternyata tak lain adalah Dave.
Nica ingin mengumpati dirinya, tetapi ia sadar bahwa semuanya takkan merubah apapun. jika saja malam itu ia tak memaksa Dave untuk bersentuhan dengannya, ya kata itu yang selalu ada dibenaknya. Setiap kali rasa marah muncul pada Dave, Nica selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya dia lah yang salah dan membuat pria itu terjebak dalam kehidupannya. Nica lantas mematikan keran air, segera mengenakan handuk dan dililitkan di tubuhnya serta menutupi rambutnya yang basah.
Setelah itu, Nica mengganti pakaiannya dengan hot pant jeans berwarna putih dan kaos longgar berwarna hitam, kemudian duduk di depan cermin sambil mengeringkan rambut basahnya. Tak lama kemudian, terdengar suara bel berbunyi. Nica teringat bahwa sebelumnya Leon mengatakan akan datang ke apartemennya, jadi ia pun membuka pintu tanpa melirik dulu siapa yang datang menemuinya.
"Heh, apa dunia ini terlalu sempit sampai tak ada tempat lain yang bisa kamu kunjungi?" Sindir Nica, wajahnya kesal melihat pria yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Namun, pria itu tidak menjawab, ia justru menyelinap masuk ke dalam apartemen tersebut. Nica segera mengejar dan menarik tangan pria itu untuk menghentikannya. Pria tersebut kemudian menutup pintu dengan kencang dan menggenggam erat kunci milik Nica.
"Apa lagi yang kamu inginkan, hah?" Nica bertanya dengan kesal, sementara pria itu acuh tak acuh. Pria itu terus diam dan justru malah duduk dengan santai di sofa milik Nica. Wajah Nica memerah kesal, situasi ini sungguh tak bisa diprediksi dan menguras emosinya.
"Kembalikan kunciku dan keluar sekarang juga."
"Kenapa, mau kencan malam ini?" tanyanya dengan nada datar.
"Bukan urusanmu, kamu tahu itu," jawab Nica dengan tegas, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Tanpa diduga, pria itu menarik tangan Nica hingga terjerembab dan jatuh ke dalam pelukannya.
"Dengar baik-baik, kamu sekarang milik ku dan jangan pernah berpikir untuk berhubungan dengan pria lain, mengerti itu?" ucap Dave dengan suara dingin, berbisik di telinga Nica yang kini berada dalam pelukannya.
"Lepaskan! Jangan pernah berfikir aku mau mengikuti semua perintahmu!" Nica meronta, berusaha melepaskan diri.
"Fine, jika tidak mau, bersiaplah kembali masuk rumah sakit. Tapi kali ini bukan untuk memeriksa memar, melainkan kehamilan," balas Dave dengan santai, wajahnya tak jauh dari Nica, membuatnya merasa bergidik ngeri.
"Kamu benar-benar gila, tahu nggak?!" teriak Nica pada Dave, yang hanya merespon dengan senyum sinis. Nica mencoba keras mengendalikan emosinya, namun tak mampu menghalau rasa ketakutan yang melanda hatinya. Nica mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria itu, namun dalam sekejap tubuhnya terangkat dan terjatuh di sofa. "Apa yang kamu inginkan? Lepaskan aku!" pekik Nica ketakutan, sementara Dave menindih tubuhnya.
"Aku akan melepaskanmu, tapi kamu harus ingat satu hal, kamu milikku," ucap Dave sambil menatap Nica tajam. Veronica menelan ludahnya kasar, tangan gemetar dan rasa takut menyergapnya. Pikiran untuk melawan terlintas, tetapi ia tahu resikonya - ia bisa saja jatuh ke dalam cengkraman pria itu lagi.
Bayangan malam yang lalu membuat Nica merinding. Terbayang jelas betapa sakitnya rasa yang dirasakannya ketika pria itu menggaulinya dengan ganas. Rasa perih di bagian intimnya, begitu nyeri dan memar akibat perlakuan kasar yang diterimanya, terasa bagai tiada akhir.
Ketakutan, Nica menutup wajahnya, sementara pria itu hanya tersenyum lebar, seperti mengejek. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, sampai kapan ia mesti terbelenggu. Ia hanya bisa pasrah, berharap segalanya segera berakhir, dan merasakan kebebasan yang nyaris hilang dari genggaman.
"Tentunya kamu tidak mau sakit lagi bukan?. Bisik Dave dengan sengaja di telinga Veronica, Nica pun menggelengkan kan kepala nya.
"Kalau begitu kamu tau mesti apa saat Leon nanti kemari.” Jawab Dave yang dibalas anggukan oleh Nica.
"Good.” jawab Dave kemudian seraya melepaskan pelukan nya pada tubuh Nica, kemudian berjalan menuju balkon, di mana di sana terdapat kursi untuk duduk dan melihat pemandangan di luar. Nica menarik nafas nya panjang kemudian merapikan baju nya yang berantakan.
^ting tong.^
Bel apartemen nya kembali berbunyi Nica Pun kemudian mengintip siapa yang datang, dan benar saja yang datang adalah Leon, Nica menggerutu lantaran ia tak dapat berbasa basi menolak kehadiran Leon, karena kunci apartemen milik nya di ambil paksa oleh Dave. Nica pun kemudian memilih pergi ke dapur dan pura pura tak mendengar bunyi bel, ia mengambil air putih di gelas dan segera meneguk nya, rasa nya tenggorokan nya itu begitu kering lantaran Dave tak kunjung pergi, melainkan justru duduk santai di teras milik nya. Leon yang tak mendapati jawaban lantas pergi, ia berfikir mungkin Veronica tengah pergi dan tidak sedang di kamar nya.
Nica memberanikan diri duduk di samping Pria yang tengah asik memainkan game di ponsel nya.
"Bisa kita bicara baik baik. Ucapnya pada Pria yang acuh dengan kedatangan nya.
"Hmm katakan.”
"Aku ingin minta maaf.”
"Untuk?”
"Malam itu.
"Fine.”
"Saat kamu sudah bisa memaafkanku, aku harap semua selesai sampai disini.” ucap Nica penuh harap pada pria yang ada di sampingnya itu.
"Heh..lo kenapa jadi atur atur gue.” Balas Dave dengan acuh tanpa menoleh dan fokus pada ponsel nya.
"Dave please, bisa gak semua selesai sampai di sini, please anggap semua kejadian itu gak pernah ada, gue minta maaf jika gue pernah hadir dan maksa lo bahkan mungkin lo merasa diri lo ternodai, tapi please..gue cuma pengen bisa lepas dari kegilaan ini.” Ucap Nica yang muak dengan semuanya.
"Maaf sekali Nona Veronica, tapi gue gak akan pernah melepaskan lo.” Balas Dave kemudian bangkit berdiri dan hendak pergi, namun Nica menahan langkah Pria itu. Ia menarik tangan Dave, membuat tubuh Pria oleng dan jatuh menimpanya.
^brak!!!!^ kursi yang Nica duduki tak mampu menahan tubuh mereka dan oleng. Hingga membuat kedua nya jatuh.
"Awwww!!!” pekik Nica seraya memegangi siku nya yang sakit terkantuk dengan lantai.
Sedang Dave pun meringis lantaran kaki nya tertimpa kursi dan tubuh Veronica.
"Sorry.” ucap Nica yang melihat kondisi Dave tertimpa kursi dan badan nya, ia kemudian bangkit dan membantu Pria itu untuk bangun, Dave pun bangun dengan tertatih, kaki nya begitu sakit hingga membuat nya pincang, Nica membantu Dave jalan dan kemudian duduk di sofa. Nica memeriksa kaki Dave yang kebetulan mengenakan celana pendek, kaki Pria itu tampak begitu memar. Nica menggigit bibir nya dan melihat ke arah Dave yang acuh dan pura pura tak melihat kepanikannya.
"Hei..aku minta maaf, bagaimana jika aku mengompresnya.” Ucap Nica dengan panik dan merasa bersalah. Dave pun hanya diam kemudian merebahkan kepalanya di sandaran sofa, sambil tersenyum smirk saat melihat Nica pergi ke dapur, ia mulai mencari ide untuk menjahili gadis itu malam ini, sekaligus mencari kesempatan untuk bisa bermanja manja dengan Nica malam ini. Ia akan membuat Nica semakin merasa bersalah karena telah memaksa tidur dengan nya dan juga telah melukai kaki nya hingga memar.
***
Nica membawa alat kompres dari dapur, lalu duduk di lantai sambil mengompres kaki Dave yang memar. Sementara itu, pria tersebut pura-pura memejamkan matanya agar Nica tak mengusirnya untuk pulang malam ini. Malam ini, ia ingin menginap di apartemen milik Nica sekaligus berjaga-jaga jangan sampai Leon kembali kemari saat ia pergi. Itulah sebabnya ia pura-pura tidur dan kesakitan agar Nica semakin merasa bersalah padanya.
Nica menghembuskan nafas panjang, merasa kesal saat melihat Dave terpejam. "Bisa-bisanya dia tidur, bukan pulang," gumamnya lirih sambil menekan kain kompres di tangannya, menggigit bibirnya untuk menahan rasa jengkel dan prihatin yang bercampur menjadi satu di dalam hatinya. Di balik kepura-puraan pria tersebut, Nica mulai merasakan kekhawatiran dan pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut di benaknya, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.
"Aw... pekik Dave.”
"Ups Sorry apa itu sakit.”
"Lo gak liat kaki gue terluka gara gara lo.”
"Iya gue tau, tapi ini kan cuma memar biasa.”
"Apa?!!!! Lo bilang ini memar biasa ?.!!
"Iya ini kan cuma memar biasa, lo bisa pulang setelah gue kompres ngerti!” Ketus Nica yang merasa kesal.
"O jadi setelah lo paksa gue terus lo bikin memar kaki gue sekarang lo usir gue gitu?”
"Please, gak usah lebay dan bawa bawa permasalahan yang lain, ini cuma memar biasa bukan patah tulang.”
"Emang lo udah periksa? Kalau ternyata tulang kering gue retak gimana? Lo mau gantiin pakai tulang kering lo?”
"Ya kalau mau gue ganti tulang igai.” jawab Nica kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"Iga sapi gitu maksud lo, gue gak mau tau lo mesti tanggung jawab. Malam ini lo kompres kaki gue, dan jangan lupa gue mau cemilan karna gue mau nonton bola dan lo musti temani gue.”
"Ha???”
"Gak hahehoh.”
"Lo tu emang saraf tau gak!!
"Oh jadi lo gak mau nih?” ucap Dave sambil mendekatkan wajahnya.
Nica tak menjawab ia kemudian bangkit mengambil cemilan untuk Dave, pria itu tersenyum bahagia dalam hati nya karena Nica pada akhir nya mengalah dan menuruti permintaan nya. Pria itu pun bangkit dari rebahan nya.
"Remote tv dong.” Ucap nya pada Nica, Nica yang tak ingin mengganggu penghuni apartemen lain, akhirnya mengalah. Ia kembali bangkit dan mengambil remote TV untuk pria tersebut. Pria itu pun tersenyum penuh kemenangan dan menyalakan TV. Sementara Nica memilih untuk mengambil laptop miliknya dan mulai memeriksa beberapa email pekerjaan kantor yang belum sempat ia buka sejak pagi tadi. Dave asyik menonton bola di sofa, sedangkan Nica duduk di bawah sambil meletakkan laptop miliknya di meja.
Sesekali, pria itu berteriak hingga memekakan telinga saat tim kesayangannya gagal memasukkan bola ke gawang lawan. Nica hanya menarik nafas panjang, berusaha menahan emosi yang mendalam. Sebenarnya, ia ingin sekali marah dan mengumpati Dave, namun entah mengapa logikanya terus berusaha menahan diri, karena ia tahu sejak awal dialah yang salah. Telah memaksa Dave menyetubuhinya malam itu. Nica melirik ke arah Dave, tiba-tiba hatinya bergumam, "Harusnya suamiku lah yang merenggut mahkotaku dan berbangga saat aku mampu menjaga dan memberikan segala yang terbaik hanya untuk dia.”
Dave melihat ke arah Nica yang memperhatikan nya, kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Nica, membuat Nica memundurkan wajah nya.
"Apa si!” Kesal Nica.
"Mau kopi dong.” Balas Dave dengan tengilnya.
"Yaudah sih ngomong aja, gak perlu bisik bisik.”
"Kenapa? lo udah kepedean dulu ngira gue mau nyium gitu?”
"Heh otak lo yang terlalu mesum. Ketus Veronica kemudian bangkit menuju dapur dan membuat kopi untuk Dave. Dave sendiri mengulum senyum nya mendengar jawaban Nica..
"Thank you.” Ucap Pria itu pada Nica yang kembali membawa kopi. Nica pun mengangguk dan kembali fokus pada laptop milik nya hingga tak terasa jam telah menunjukan pukul sebelas malam, mata nya begitu mengantuk sedang Dave Masih saja berteriak teriak. Nica mencoba menahan kantuk nya, ia begitu takut jika sampai dirinya nanti tertidur dan Dave berbuat sesuatu pada nya. Namun semakin ia mencoba menahan kantuk nya, mata nya terasa semakin berat dan sedetik kemudian ia pun tertidur dengan kepala menyender di atas meja. Dave melirik ke arah nya dan tersenyum, “pada akhir nya dia pun menyerah dan tak kuat menahan kantuk nya.” batin Dave dalam hati.
Pria itu mendekatkan dirinya, menatap wajah cantik Nica dengan penuh perasaan. Tiba-tiba, ia merasa ada yang berubah dalam hatinya. Seolah tak rela melihat Nica dimiliki oleh laki-laki lain. Ia sadar, daya tarik Nica bukan hanya pada parasnya yang cantik, tetapi juga karena hobi mereka yang sama di dunia otomotif. Ditambah lagi, kenyataan bahwa kesuciannya telah ia renggut dan membuat hatinya terpanggil untuk melindungi wanita ini.
Dengan kasih sayang, pria itu mengangkat tubuh Nica, membawanya ke ranjang dan menyelimutinya dengan lembut. Setelah itu, ia kembali ke sofa dan menonton pertandingan sepak bola, meski perasaan tak menentu kian menggelayutinya. Pada pukul dua pagi, akhirnya ia tak mampu lagi menahan kantuk dan tertidur dengan kepala penuh pertanyaan serta perasaan yang berkecamuk.
**
Pagi pagi sekali Nica bangun dari tidur nya dan mengerjapkan mata nya, ia begitu kaget lantaran ia telah berada di ranjang. Nica merabai tubuh nya yang masih utuh mengenakan pakaian, setelah itu ia pun bangun dan pergi ke ruang tamu .
Di sana ia mendapati Dave yang tertidur dengan lelap dengan posisi tubuh melingkar kedinginan di sofa. Nica kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, hari ini ada meeting pagi, itu sebab nya ia buru buru dan tak memperdulikan Pria yang tengah tertidur dengan lelap di sofa.
Selesai dengan ritual mandi Nica pun merias wajah nya tipis tipis, baru setelah semua di rasa siap ia pun bangkit dari kursi dan menuju ruang tamu. Nica membereskan cemilan serta gelas bekas kopi milik Dave. Kemudian menyapu lantai nya dengan menggunakan vacum cleaner, bunyi vacuum cleaner yang begitu bising tak mempengaruhi telinga Pria yang tengah tertidur dengan lelap.
"Huft...bagaimana bisa dia gak bangun padahal jelas meeting pagi ini bersama perusahaan nya, dia benar benar membuat kesal.” Gerutu Veronica sambil merapikan tempat. Dave sendiri masih begitu lelap lantaran semalam ia menonton bola hingga pukul dua pagi. Nica tidak peduli, hari ini ia mesti cepat cepat pergi ke kantor. Nica pun kemudian membuat sarapan roti agar cepat dan kenyang. Dengan buru buru menyiapkan keperluan meeting dan kemudian ia memakai sepatu nya dan bergegas pergi ke kantor. Dave masih saja tak bergeming, Nica Kemudian menuliskan surat di secarik kertas kosong yang ada di meja.
^kalau mau pulang tolong nanti di kunci dengan benar dan bawa saja kartu akses nya, berikan padaku saat nanti kita bertemu di kantor.^
Nica kemudian buru buru keluar dari apartemen nya, ia tak mau jika sampai hari ini ia telat pergi ke kantor apa lagi hari ini akan ada meeting. Nica dengan cepat mengendarai mobil nya menuju kantor.