Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah tantangan.
"Dasar, pasti kamu ingin menggoda Pak Radit bukan? agar kamu bisa bekerja dikantornya lagi. iya kan?" ucap Nurmala, yang sangat yakin jika kedatangan Julya ketempatnya bekerja untuk hal itu, dan ucapan tersebut membuat Julya tersenyum.
"Tebakanmu benar, dan aku sudah mendapatkannya, jadi bersiaplah untuk mencari pekerjaan baru. Di tempat lain" ucap Julya yang ingin menakut-nakuti Nurmala, ya hanya menakut-nakuti karena dia tidak sekejam itu, dan lagi dia hanya jenuh dengan hidupnya jadi tak ada salahnya untuk mengerjai Nurmala.
"Coba saja, lagi pula aku tidak yakin jika kamu bisa mendapatkannya." ucap Nurmala yang tidak takut akan ancaman Julya, karena setahu Nurmala, Radit seperti membentengi dirinya, dari yang namanya wanita.
Terbukti saat ada beberapa wanita yang gila harta juga tahta, mengantri untuk mencuri perhatian Radit, Radit tidak sedikit pun mau melihat mereka.
Pesona uang mengalahkan segalanya, fisik tak seberapa atau mungkin bisa dibilang dibawah, tapi isi dompet tebal, akan tetap dikejar para wanita cantik penggila harta.
"Dasar, katakan apa yang harus aku lakukan agar kau percaya, jika kami sudah bersama." tantangan Julya yang entah mengapa ingin membuat Nurmala tahu hubungannya dengan Radit.
"Ci*m dia dihadapanku, ingat Ci*m bukan kecup." ucap Nurmala yang yakin jika Julya tidak mungkin melakukannya.
"Gampang" ucap Julya yang memang menurutnya hal yamg diinginkan Nurmala adalah hal yang mudah dilakukan.
Dan tepat saat Radit keluar dari toilet Julya langsung menghampiri Radit dan menci*um Radit dihadapan Nurmala.
Nurmala yang melihat hal itu langsung membolakan matanya, kaget sangat kaget, dia benar-benar tidak percaya jika Julya benar-benar mencium bosnya, dan itu artinya ancaman Julya mungkin akan terjadi.
Nurmala yang tidak mau menyaksikan pergulatan lidah itu lebih lama lagi. Langsung memilih untuk keluar dari ruangan Radit, dan memberikan dokumen yang dia bawa pada Jai, asisten Radit.
Sementara Julya yang mendengar pintu ruangan Radit sudah kembali ditutup, langsung melepaskan ci*mannya, dan saat melihat raut wajah Radit yang mendadak dingin, Julya langsung meminta maaf.
Dan jawaban Radit hanya kata "Hem" dan setelah itu "Ayo kita makan!"
Sungguh apa yang terjadi pada Radit membuat banyak pertanyaan berkeliaran di benak Julya.
Selama mereka makan Julya terus memandang Radit dengan rasa bingung, bingung kenapa Radit tidak membalas ci*mannya.
"Ada apa?" Tanya Radit yang baru menyadari jika sejak tadi Julya terus memperhatikannya.
"Em, tidak, tidak ada apa-apa. " ucap Julya yang enggan memberitahu kebingungannya.
"Kamu yakin?"
"Ya." ucap Julya dan kini Julya mulai memakan makanannya, dengan isi kepala yang terus mempertanyakan kenapa saat dia menci*m Radit, Radit tidak membalasnya, padahal jika laki-laki Normal pasti akan membalas ci*mannya itu.
"Katakan apa yang mengganggu pikiranmu!" ucap Radit yang memang yakin jika ada hal yang mengganggu pikiran Julya.
Julya yang ditanya seperti itu tentu saja tidak mungkin mengelak, karena pasti kebingungannya itu sangat terlihat jelas oleh Radit.
"Maaf, tapi kenapa Bapak tidak membalas apa yang aku lakukan tadi?" Akhirnya keluar juga pertanyan yang sejak tadi bersarang dibenak Julya.
"Yang mana?" ucap Radit yang takut salah mengartikan ucapan Julya, dan Julya tentu saja memutar bola matanya malas.
"Katakan, aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu maksud, atau lebih tepatnya takut salah mengartikan ucapan kamu."
"Oh... yang tadi, yang aku lakukan setelah bapak keluar dari toilet." ucap Julya yang entah mengapa risih jika harus mengatakan kata ci*man.
"Ci*man maksudnya?" dan Julya mengangguk.
"Dasar," ucap Radit yang tidak habis pikir dengan Julya yang terlihat enggan mengatakan kata Ci*uman dihadapannya.
"Jadi kenapa?" tanya Julya yang masih penasaran alasan apa dibalik sikap radit tadi.
"Rahasia..." ucap Radit sambil tersenyum.
"Pak!! aku serius, jika alasan bapak tidak masuk akal, kemungkinan besar aku akan berpikir jika bapak tidak normal."
"Heh, tidak normal? ada-ada saja." ucap Radit tidak percaya jika hal itu akan terlintas dibenak Julya.
"Jujur saja pak, aku tidak akan memberitahu orang lain." ucap Julya yakin akan dugaannya.
"Julya aku masih Normal tenang saja."
"Baik kalau begitu, coba beri tahu aku kenapa tadi bapak tidak membalas Ci*uman ku." dan Radit yang engan memberitahu alasan kenapa dia tidak membalas Ci*man Julya memilih untuk beranjak dari tempat duduknya, menuju toilet untuk mencuci tangannya, karena kebetulan dia sudah selesai makan, dan hal itu semakin membuat Julya yakin jika dugaannya tidak salah.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏