Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru
_____________________________
Arta Malik seorang pengusaha sukses di bidang fashion di Korea, usianya yang sudah tak muda lagi ia ingin anaknya melanjutkan bisnisnya.
"Aku belum siap menikah, yah."
"Usia kamu sudah hampir 30 tahun, coba kamu pikir masa depan kamu, sudah saatnya kamu gantiin posisi ayah."
Bian Malik, ia sangat tidak minat untuk terjun di dunia bisnis. Usianya yang sudah hampir kepala tiga ini ia sama sekali belum memiliki niat untuk menikah. Setelah Bian menikah Arta akan memberikan semua tanggungjawab perusahaan pada Bian.
___________________________________________
"Tis, nanti malam kamu dandan yang cantik ya ada tamu penting yang mau datang."
Latisya Andini, di usianya yang masih 18 tahun ia harus menanggung perbuatan kakeknya. Ia harus menyerahkan dirinya untuk diperistri seseorang yang usianya jauh lebih tua dibanding dirinya.
"Loh bapak kok di sini?"
"Ya? ada masalah?"
Siapakah pria itu? Simak kelanjutannya di cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tubuh yang Indah
"Laki-laki yang nolongin Tisya itu Mas Bian?" Tanya Tisya dan dijawab dengan anggukan kepala.
Sejak kejadian itu Bian kagum dengan Tisya kecil. Sering kali saat ia berangkat sekolah ia lewat di depan SD Tisya hanya karena ingin melihat Tisya.
Setelah Bian lulus kuliah di Jepang, Bian langsung kembali ke Indonesia.
Tak sengaja saat Bian melewati depan SMA Tisya ia melihat Tisya keluar dari halaman sekolaha.
Wajah Tisya yang masih sama seperti Tisya kecil membuat Bian mudah mengenalinya.
Bian kemudian mampir ke sekolahan itu yang mana sekolahan itu berada di bawah yayasan orang tuanya.
Bian berbincang-bincang dengan kepala sekolah dan beliau mengatakan kalau di sekolah itu kurang tenaga pendidik.
Kepala sekolah juga menawari Bian untuk menjadi guru di sana, dan tanpa pikir Bian langsung menerimanya.
Hari pertama Bian mengajar ia langsung mencari informasi tentang Tisya. Mulai dari dia kelas apa, prestasinya bagaimana dan lain-lain.
Tujuan Bian mengajar di sekolah itu tak lain dan tak bukan hanya untuk mengenal Tisya lebih jauh.
Sifat killer Bian hanya ia perlihatkan di sekolah, sebab itu bukan sifat aslinya. Ia sengaja agar ia memiliki wibawa di sekolah.
Setelah beberapa bulan mengajar Bian merasa semakin tertarik dengan Tisya. Baginya Tisya memiliki daya tarik tersendiri dibanding perempuan di luaran sana.
Bian suka dengan Tisya, namun ia tidak menunjukkan rasanya itu kepada siapapun.
Bian senang memanggil Tisya untuk menemuinya dengan alasan hukuman atau apapun padahal aslinya ia hanya ingin dekat dengan Tisya.
Tak selang lama Arta mengabarkan kalau dirinya akan pulang, dan saat itu Arta mendesak Bian agar segera menikah.
Saat itu Bian menolak untuk menikah sekarang sebab ia mengharapkan Tisya.
Saat Arta sedang pergi Bian masuk ke ruangan Arta untuk numpang fotocopy. Namun tak sengaja ia melihat selembar kertas di atas meja.
Bian penasaran dengan isi surat itu sebab di sana juga tertulis namanya. Bian mengambil surat itu dan membacanya dengan seksama.
Bian syok karena sejak kecil ia sudah dijodohkan oleh papanya. Bian mengembalikan surat itu ke tempat semula.
"Anak dari pasangan Prasetya dan Nia"
Bian kemudian mencari informasi itu. Siapakah perempuan yang akan dijodohkan dengannya.
Hingga akhirnya tak sengaja saat Bian menginput data peserta didik ia menulis nama Prasetya dan Nia. Bian langsung menghentikan aktivitasnya dan memeriksa siapa murid itu.
"Latisya Andini"
Bibir Bian tersenyum lebar, dan sesampainya di rumah Bian langsung menemui papanya.
Saat itu Arta menyampaikan perihal perjodohan Bian dengan cucu rekan kerjanya. Bian tidak kaget sebab ia sudah tahu semua.
Singkat cerita Arta dan Pras mengatur pertemuan mereka beserta keluarga. Namun sayangnya saat itu Bian sedang ada acara dan akhirnya dia datang telat.
Setibanya ia di rumah Pras ia disambut oleh Tisya. Ia melihat Tisya sangat syok dengan kehadiran Bian. Bian tak menjelaskan apapun hingga akhirnya para orang tua yang menjelaskannya.
Bian senang akhirnya perempuan yang selama ini dia idam-idamkan sebentar lagi menjadi istrinya.
Namun Bian tidak mengungkapkan rasa senangnya, Ia malah terlihat dingin di depan Tisya.
...----------------...
"Jadi dari dulu Mas Bian udah suka sama Tisya?" Tanya Tisya.
Bian malu lalu ia menyembunyikan wajahnya di dada Tisya yang masih terbuka.
"Maaaasssss" Teriak Tisya sebab Bian tiba-tiba menggigit choco chip miliknya.
Tisya mendorong kepala Bian agar menjauh dari dirinya.
Tisya mengancingkan bajunya lalu Bian kembali memeluk dirinya.
"Kenapa ga bilang dari dulu?" Tanya Tisya.
"Gengsi" Jawab Bian.
Bian kembali menenggelamkan kepalanya ke dada Tisya sambil memainkan tangannya di sana.
"Ahhhh" Desah Tisya saat Bian merem** pa****** Tisya.
Bian tersenyum senang. Ia kemudian membuka kembali kancing baju Tisya dan membuang baju Tisya ke sembarang arah.
"Ternyata di balik jilbab kamu ada tubuh yang seindah ini" Puji Bian.
Bian menindih tubuh Tisya lalu Tisya mengalungkan tangannya di leher Bian.
Bian mulai bermain-main di sana dan Tisya tidak melarangnya sebab itu Hak Bian.
Setelah puas bermain di atas, kini tangan Bian mulai turun ke bawah perut.
"Mas" Tisya menahan tangan Bian.
"Kenapa?"
"Tisya belum siap" Jawab Tisya.
Bian kemudian menghentikan aktivitasnya.
Bian bangkit dari atas tubuh Tisya lalu pergi ke kamar mandi. Di sana Bian menuntaskan hasratnya.
Di dalam kamar Tisya merasa bersalah, namun mau bagaimana lagi. Ia takut dan belum siap.
Tisya kemudian memunguti bajunya dan memakainya kembali.
'Ceklek'
Bian keluar dari kamar mandi dengan kepala basah.
Tisya langsung menyiapkan pakaian untuk suaminya lalu ia gantian masuk ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi Tisya melihat Bian sedang mengeringkan rambutnya.
"Apa dia marah ya?" Batin Tisya
Tisya tak berani menatap Bian. Ia kemudian keluar dan membantu Sumi memasak.
"Masak apa mbok?" Tanya Tisya.
"Masak nasi goreng non, soalnya nasi semalam masih banyak." Jawab Sumi.
"Iya mbok semalam kita makan mie" Jawab Tisya.
Tisya kemudian mengambil beberapa butir telur lalu menggorengnya satu persatu.
Setelah semua masakannya sudah selesai Sumi menghidangkannya di atas meja makan sedangkan Tisya kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya.
'Klek' Pintu kamar terbuka.
Bian yang tengah memainkan ponselnya menatap ke arah Tisya, namun Tisya malah menundukkan kepala.
"Dia kenapa? " Batin Bian.
Bian takut kalau Tisya marah karena apa yang sudah ia lakukan tadi.
Tisya langsung masuk ke kamar mandi untuk memakai seragam. Tak lama kemudian Tisya keluar dengan seragam lengkap.
Saat lewat di depan Bian, Tisya hanya diam saja dan terus menunduk. Bian merasa ada yang aneh dari Tisya.
Saat Tisya tengah duduk di depan cermin Bian berdiri di belakangnya.
"Ada apa?" Tanya Bian.
Tisya tidak menjawabnya. Bian kemudian memutar kursi rias Tisya ke arahnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Bian.
Tisya masih menunduk, Bian kemudian memegang kepala Tisya dengan lembut dan menariknya agar menatap matanya.
Tisya mengangkat kepalanya menatap mata Bian.
"Kenapa hemm?" Tanya Bian dengan lembut.
"Mas marah sama Tisya?" Tanya Tisya.
Bian mengerutkan keningnya.
"Marah kenapa?" Tanya Bian balik.
Tisya hanya diam saja, Bian kemudian mengecup bibir Tisya singkat.
"Mas ga marah sama kamu" Jawab Bian.
"Beneran?" Tanya Tisya dan Bian menganggukkan kepalanya.
"Tapi kok tadi mas langsung pergi?" Tanya Tisya.
"Kapan?" Tanya Bian.
"Tadi, setelah Tisya bilang kalau Tisya belum siap" Jawab Tisya.
"Tisya takut kalau mas marah sama Tisya" Jawab Tisya.
"Haha engga" Jawab Bian.
"Beneran?" Tanya Tisya.
"Iya beneran" Jawab Bian.
Bian menarik tubuh Tisya dan membawanya ke pelukannya.
"Mas tunggu sampai kamu siap" Bisik Bian.
TBC