"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Danu langsung mengajak Fira untuk bicara berdua. Beruntung, tidak ada pembeli disana. Dan Asma juga bisa mengantikan Fira untuk menjaga kedai tersebut.
"Kenapa kamu memberitahu Raya?" tanya Danu mencoba bicara selembut mungkin.
"Aku lelah Paman, aku lelah. Bahkan Raya datang kesini, menuduhku menggoda suaminya. Aku lelah." sahut Fira.
"Tapi, kamu tidak berkewajiban membuatnya tahu yang sebenarnya terjadi Fira. Tahu gak? Gara-gara kamu Raya jadi uring-uringan di rumah. Kasihan dia." ungkap Danu membuat Fira memutar mata malas.
"Terus Paman tidak kasihan padaku? Bahkan kemarin menantu mu datang kesini dan memelukku Paman. Dan masih juga Raya menuduhku?" jelas Fira.
"Makanya Paman sudah memberitahu jangan membuka kedai disini, karena bisa saja Alvin menemuimu. Lagian Paman heran sama suamimu, kenapa kamu harus ikut-ikutan mencari uang, bukannya ini tanggung jawabnya?"
"Ini rumah tanggaku Paman, jadi apa yang terjadi disini, adalah urusanku dan tanggung jawabku. Jadi, Paman tidak berhak ikut campur." tekan Fira.
"Kamu keras kepala Fira. Sudah berubah, bukan lagi Fira yang Paman kenal."
"Dan ingatlah, Paman yang mengubahku. Dengan Paman menyuruhku menolak menantu mu dan malah Paman nikahi dengan Raya. Maka disitulah, Paman telah mengubahku. Menghilangkan respek terhadap Paman." ungkap Fira.
"Kalian itu tidak berjodoh Fira, Alvin berjodoh dengan Raya, dan dan perantara melewati dirimu. Dan coba kamu bayangkan, jika Paman menikahkan mu dengan Alvin, tentu saja kamu gak bisa menikah dengan suamimu yang sekarang. Seharusnya kamu berterimakasih padaku." cibir Paman. "Paman pamit dulu, karena percuma saja bicara sama kamu. Sekarang hatimu sekeras batu." ujar Danu meninggalkan Fira yang meraup mukanya.
Fira memasuki kedai, kemudian menceritakan apa yang Danu katakan padanya. Dan Asma hanya menyuruh Fira untuk bersabar dan jangan terlalu keras dalam menjawab.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Alvin sampai di rumah, kala memasuki kamarnya, dia langsung di lempari bantal oleh Raya, beruntung Alvin dengan sigap menangkapnya.
"Kenapa sih?" cetus Alvin.
"Dari mana aja hah? Kenapa pulang terlambat? Apa mampir ke tempat mantanmu dulu?" beruntun Raya.
"Oo, cuma gara-gara itu?" ucap Alvin mengambil bantal dan menaruh ke tempat semula.
"Dan apa yang kamu lakukan pada Fira, pada saat malam ke tiga setelah pernikahan kita?" tanya Raya penuh penekanan.
Alvin langsung menelan ludah kasar, kala mendengar pertanyaan dari Raya. "Maksud kamu?" Alvin pura-pura bingung.
"Jangan pura-pura gak tahu Bang, Fira sudah menceritakan semuanya." ungkap Raya.
"Sialan ..." umpat Alvin.
"Apa yang Fira katakan? Dan kamu lebih percaya padanya?" tanya Alvin mendekati Raya yang sedang berada di ujung kasur. "Dengar, memang malam ke tiga, sebelum aku keluar kota. Fira sempat memanggilku. Saat itu, kebetulan aku lewat di depan toko kelontong tempat dia bekerja dulu. Aku pikir, mungkin dengan menemuinya sejenak itu bisa menyelesaikan masalah antara kami berdua. Akan tetapi, itu semua diluar prediksiku. Fira langsung memeluk tubuhku, dan memohon agar aku menceraikan mu. Karena saat itu, kebetulan toko lagi sepi. Kamu tahu apa ynag lebih parah, dia bahkan sempat mencium bib*rku. Aku yang diperlakukan begitu langsung tergoda." jelas Alvin.
"Terus kenapa dia sampai tahu, jika Abang belum juga menyentuhku sampai malam itu?" tanya Raya lagi.
"I-itu karena, aku keceplosan. Ya, aku keceplosan. Maafkan aku Raya. Sungguh, aku sedang mencoba untuk melupakannya, tolong bantu aku ya." ucap Alvin mengecup kedua tangan Raya.
"Awas saja kamu Fira." batin Alvin.
"Oya, aku bawa sesuatu untukmu, semoga kamu suka ya." kata Alvin kemudian mengambil tasnya yang berada diatas kasur.
"Ini," Alvin menyerahkan sebuah kotak berisi kalung untuk Raya. "Ini sengaja aku beli untuk mu, sebagai bentuk terimakasih ku, karena kamu telah berusaha menjadi istri yang baik untukku." puji Alvin membuat muka Raya memerah.
"Tapi, kata Fira kemarin kamu ke kedainya, dan memeluknya." ujar Raya memanyunkan bibirnya.
"Iya, kan aku sudah katakan, jika Fira tersenyum genit padaku. Aku memang memasuki kedainya. Tujuannya ya ingin memperingatinya kalo kami berdua sama-sama sudah berumah tangga. Tapi, suaminya datang dan malah memukulku." bohong Alvin mengarang cerita.
"Jadi, semua yang Fira katakan itu bohong?" tanya Raya.
"Iya, aku memang belum mencintaimu, tapi aku akan terus berusaha membuka hatiku untuk mencintaimu dan melupakan Fira. Aku akan setia padamu Raya, karena kamu pun, telah mengorbankan banyak hal padaku." ujar Alvin menyatukan napasnya.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Farhan pulang ke rumah orang tuanya. Dia memang tidak ke pom bensin hari ini. Karena Miranti hampir setiap hari menyuruhnya untuk kembali.
Begitu sampai, Farhan langsung di peluk erat oleh Miranti, dan itu berhasil membuat Alan mencibir ke arah Farhan.
"Kenapa tidak membawa menantu Mama?" rajuk Miranti.
"Sabar Ma, sebentar lagi." sahut Farhan.
"Jangan terlalu lama, karena Mamamu terlalu cerewet dan menyuruhku untuk menekan mu." ungkap Alan yang berada di sofa yang sama dengan mereka berdua.
"Sabar Mama. Aku harus menjelaskan semuanya dulu sama Fira. Lagi pula, sepertinya dia bukan cewek yang gila akan harta. Buktinya Fira bahkan tidak mengeluh saat aku hanya membawakan uang seratus ribu." ujar Farhan.
Flashback
"Dik, maaf, jualan Abang hari ini terlalu sepi. Dan Abang hanya bisa memberimu uang segini." Farhan menyerahkan uang seratus ribu.
"Alhamdulilah, setidaknya masih ada seratus ribu Bang, jadi bisa sedikit membantu untuk membeli makanan untuk tukang besok." ungkap Fira menerima uang pemberian suaminya. "Abang mau makan, mandi dulu?" tanya Fira.
"Mandi, tapi temenin." rengek Farhan, membuat Fira tersipu.
"Ada Ibu, malu." ucap Fira dengan muka memerah. Dan Farhan hanya bisa mengangguk kepala, karena pahan posisi kamar mandi berada di dapur, tidak seperti rumahnya. Yang bahkan kamar pembantu disediakan kamar mandi di kamar masing-masing.
"Ternyata uang seratus juta tidak cukup ya Bang, untuk Kak Santi mau memberikan barang-barangnya walaupun kita hanya membayar sebagian uangnya." ucap Fira meletakan baju kotor milik suaminya.
"Itu karena Kak Santi percaya padamu, dia tahu kamu jujur dan baik. Dia juga yang menyakini ku, untuk menikahimu." bisik Farhan memeluk erat pinggang Fira dan meletakan dagunya dibahu Fira.
"Eh, bukan karena Kak Santi saudara Abang? Karena selama ini, yang aku tahu Kak Santi tidak melayani hutang dalam jumlah banyak. Dia tidak mau rugi di kemudian hari." jelas Fira.
"Itu juga salah satunya sih." kekeh Farhan.
flashback off.
"Mama setuju jika kamu mempertahankan Fira. Karena Mama dan Papa pun, bisa menilai jika ia adalah gadis baik-baik." seru Miranti. "Ya kan Pa?" tanya Miranti pada Alan yang menyadarkan kepala pada bahunya.
"Iya." sahut Alan singkat.
"Tapi, sepertinya Fira trauma Ma." ucap Farhan membuat Miranti menatapnya serius, begitu juga dengan Alan.
"Mama atau Papa mengenali orang ini?" tanya Farhan menyerahkan selembar foto Hendra, karena beberapa hari ini Farhan menyuruh orang untuk memata-matai Hendra.