Arvian Ken Sagara, seorang CEO tampan yang mengidap Gynophobia. Dimana, orang pengidapnya memiliki ketakutan tak rasional terhadap wanita. Setiap kali wanita yang mendekat padanya, Arvian menunjukkan sikap yang sangat berlebihan hingga membuat wanita yang mendekat padanya merasa sakit hati. Jika ada yang menyentuhnya, tubuh Arvian akan mengalami gatal-gatal. Bahkan, mual.
Namun, bagaimana jika dirinya terpaksa harus menikahi seorang janda yang di cerai oleh suaminya? demi mendapatkan hak asuh keponakannya dari keluarga adik iparnya. Apakah Gynophobia Arvian akan bereaksi saat di dekat wanita bernama Aluna Sagita janda tanpa anak itu?
"Sudah baik aku mau membantumu, dasar Mr. Gynophobia!" -Aluna Sagita.
"Onty tantik! Calangeee!!" ~Arega Geofrey Sagara.
"Jangan mendekati ku! Aku Alergi berada di dekat kalian para wanita!" ~Arvian ken Sagara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan sidang hak asuh Arega
"DAAAA CAYANGKUUU!" Arega telah berada di dalam mobil, dia mengeluarkan setengah badannya lewat jendela mobil dan melambaikan tangan pada Aluna. Hal itu, tentu saja membuat Arvian yang juga berada tak jauh dari Aluna melotot kesal.
"Masih kecil, belajar yang bener! Jangan istri orang kamu akuin juga!" Kesal Arvian.
Senyuman Arega luntur, dia menatap om nya itu dengan tatapan datar. "Telcela Lega lah, cayangku juga nda malah. Iya kan cayangkuuu." Aluna tertawa kecil, Arega benar-benar sangat menggemaskan. Apalagi mata bulatnya yang melotot lucu.
Arvian yang kesal pun lantas meminta supirnya untuk segera melajukan mobilnya. Merasakan mobil perlahan melaju, Arega pun merengek kesal. "EKHEEE JANGAN JALAN DULUU! BELUM PELUK CAYANGKUUUU!" Teriak Arega. Sayangnya, mobil itu justru berjalan semakin jauh. Meninggalkan kediaman Sagara hingga menghilang dari pandangan Arvian dan juga Aluna.
Arvian berbalik, dia menatap Aluna yang berniat akan beranjak masuk. "Tunggu sebentar!" Seru Arvian.
Aluna menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap Arvian dengan alisnya yang terangkat satu. Jujur saja, Aluna merasa aneh dengan jarak mereka yang lumayan jauh. Apa sebahaya itu jika Arvian di sentuh oleh wanita? Dia juga penasaran, bagaimana dampak yang Arvian terima jika Gynophobia pria itu kambuh.
"Bersiap-siaplah, kita akan pergi ke pengadilan siang ini." Ajak Arvian yang mana membuat Aluna membulatkan matanya.
"Siang ini?" Kaget Aluna.
"Ya, memang jadwal persidangannya hari ini. Kamu juga harus ikut hadir, agar kedudukanku mendapatkan hak asuh Arega semakin kuat." Terang Arvian.
Aluna menganggukkan kepalanya, dia hanya menuruti apa yang Arvian perintahkan. Setelah mendengarkan Arvian, Aluna pun pamit kembali ke kamarnya. Dia akan bersiap dan mengenakan pakaian yang lebih baik agar tidak mempermalukan Arvian. Selang beberapa lama Arvian menunggu Aluna bersiap, tetapi wanita itu belum juga keluar dari kamarnya. Hal itu, membuat Arvian yang sudah tak sabar lagi, bergegas mengetuk pintu kamar Aluna.
Tok! Tok!
"Cepatlah! Persidangan akan mulai setengah jam lagi! Butuh waktu perjalanan ke sana. Kita akan terlambat!" Seru Arvian dengan kesal.
"SABAAARR!" Teriak Aluna dari dalam.
Arvian menghela nafas pelan, dia berbalik dan menunggu sebentar lagi. Berharap, Aluna akan segera selesai dan mereka secepatnya berangkat. Sesekali, pria itu menatap jam tangannya, waktu yang terus berputar membuat Arvian kesal.
Cklek!
Terdengar suara pintu yang terbuka, mendengar itu Arvian menghela nafas lega. Dia pun berbalik sembari memarahi Aluna yang akan membuat mereka terlambat. "Lama sekali! Kita hampir ter ... lambat."
Arvian tertegun sejenak, dia menatap tak percaya pada Aluna yang memakai dress biru dengan menampilkan bahu mulusnya. Melihat itu, Arvian membuang pandangannya dari Aluna.
"Pakai pakaian tertutup, jangan seperti ini." Ujar Arvian dengan gugup.
"Kenapa? Ini baju model terbaru. Cantik bukan? Biar aku tidak malu-maluin kamu di persidangan nanti." Seru Aluna dengan menunjukkan pose cantik.
Arvian berdecak sebal, "Kamu akan mengundang tatapan pria! Ganti sekarang!" Sentak Arvian dengan menatap tajam Aluna.
"Ganti? Katanya kita terlambat. Udah lah, ayo berangkat aja." Ajak Aluna.
"Gan-ti!" Titah Arvian dengan penuh penekanan.
Aluna menghela nafas pelan, dia kembali menutup pintu kamarnya dan mengganti pakaiannya. Tak lama, Aluna keluar dari kamarnya. Dia sudah memakai pakaian yang lebih sopan dam tertutup. Melihat itu, Arvian tersenyum tipis. Aluna yang menyadari nya, langsung membulatkan matanya.
"Kamu bisa tersenyum?!" Pekik Aluna dengan tatapan tak percaya.
Arvian melunturkan senyumnya, raut wajah datarnya kembali menghiasi wajah tampannya itu. Sejenak, pria itu berdehem pelan untuk menormalkan suasana canggung saat ini. "Ayo berangkat." Ajak Arvian.
Aluna mengikutinya dari belakang, dia masih kesal karena Arvian tak membiarkannya memakai pakaian pilihannya. Padahal menurutnya, sangat cantik. Namun, sepertinya pria itu tak menyukai jika dirinya memakai pakaian terbuka.
.
.
.
Sesampainya di pengadilan, Arvian langsung di sambut oleh Reza dan juga Rafli. Mereka sudah tiba lebih awal sebelum Arvian datang. Mereka pun bergegas memasuki pengadilan, dengan Rafli yang berjalan bersisian dengan Aluna tepat di belakang Reza dan juga Arvian.
"Bagaimana hubunganmu dengan Arvian?" Tanya Rafli dengan berbisik pelan.
"Sangat aneh, tapi keponakannya sangat menggemaskan. Aku merasa punya teman di rumah besar itu." Seru Aluna dengan antusias.
Mereka menghentikan obrolannya ketika sampai di ruang sidang. Tatapan Arvian mengarah pada pria yang seumuran dengannya yang juga menatap ke arahnya. Arvian tak ambil pusing, dia duduk di kursinya bersamaan dengan Rafli. Sementara Reza dan Aluna, keduanya duduk di kursi penonton sidang.
"Apa dia pria yang ingin merebut hak asuh Keponakan Arvian?" Tanya Aluna dengan berbisik pelan pada Reza.
"Ya, dia kakak mendiang Nona Divya. Tapi, kenapa dia datang sendiri? Aku pikir, ayahnya juga ikut." Gumam Reza dengan heran.
Aluna mengamati ekspresi pria itu, dia terlihat penuh percaya diri. Apalagi, saat pria itu mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk seringai. Seakan, dia sudah tahu jika dirinya akan menang di pengadilan ini.
"Dia percaya diri sekali." Gumam Aluna.
"Ya memang, Kasihan Tuan Arega jika ada di keluarga mereka." Lirih Reza.
"Siapa nama lengkap Arega?" Tanya Aluna dengan penasaran.
"Arega Geofrey Sagara. Sebenarnya kalau ayah Tuan Arega bisa sadar dari komanya, persidangan ini pasti tidak akan ada. Sayangnya, adik Tuan Arvian harus mengalami koma yang berkepanjangan dan tidak tahu kapan ia sadar. Dokter sudah mengatakan jika tidak ada harapan. Tapi, Tuan Arvian merasa akan ada saatnya adiknya akan bangun dari tidur panjangnya." Terang Reza dengan panjang lebar.
Keduanya menghentikan obrolan saat hakim memasuki ruang persidangan. Awal-awal semuanya berjalan lancar, hakim bertanya-tanya pada Arvian dan juga lawannya. Hakim pun mendengarkan perkataan mereka berdua, sampai saat dimana kakak mendiang Divya bangkit dari duduknya dan menyerahkan sebuah bukti pada hakim.
"Yang mulia bisa anda lihat sendiri. Bahwa, Tuan Arvian tidaklah normal. Dia tidak menyukai wanita, bagaimana mungkin bisa keponakan saya tinggal bersama pria Sepertinya? Saya hanya ingin menyelamatkan keponakan saya, menyelamatkan masa depannya. Sebab, berita tentangnya bukan soal bohong lagi. Banyak orang yang membenarkan jika Tuan Arvian menyukai pria."
"KEBERATAN YANG MULIA!" Seru Rafli sembari mengangkat tangannya.
"Keberatan di terima." Seru Hakim itu.
"Tuduhan yang saudara Ryan lontarkan adalah sebuah fitnah dan pencemaran nama baik! Klien saya normal! Bahkan, dia sudah memiliki seorang istri!" Seru Rafli yang mana membuat pria bernama Ryan itu membulatkan matanya tak percaya.
"Bohong Yang Mulia! Arvian memiliki ketakutan sendiri terhadap seorang wanita. Dia bahkan memutuskan untuk tidak pernah menikah! Saya mendengarnya sendiri dari mulutnya saat adik saya masih hidup!" Seru Ryan.
"TIDAK YANG MULIA!" Semuanya beralih menatap ke arah Aluna yang sudah berdiri, termasuk Arvian.
"Saya istri sah Arvian Ken Sagara. Saya juga membawa buku nikah kami. Semua yang pria itu tuduhkan pada suami saya, adalah sebuah kebohongan dan pencemaran nama baik!" Sery Aluna yang mana membuat Ryan terkejut bukan main.
Aluna izin pada hakim untuk membawa barang bukti. Beruntung, hakim mengizinkan dan melihat dua buku nikah yang Aluna berikan. Tatapan Aluna beralih menatap ke arah Ryan. Kini, Aluna menunjukkan seringainya. "Dasar tepung!" Desis Aluna.
"Baik, saya sudah melihat kedua bukti yang di berikan." Hakim mengembalikan buku nikah milik Aluna dan Arvian. Lalu, setelah itu Aluna pun kembali duduk di tempatnya. Hakim pun berbincang dengan rekannya mengenai hasil keputusan yang akan mereka ambil. Tentunya, hal itu membuat Arvian merasa gugup dan takut.
"Dengan ini, hakim memutuskan. Jika, hak asuh ananda Arega Sagara akan tetap berada di tangan paman nya. Yaitu, Tuan Arvian Ken Sagara."
TOK!
TOK!
TOK!
"TIDAAAK! TIDAK! YANG MULIA! MEREKA BERBOHONG! MEREKA BERBOHONG!" Teriak Ryan dengan wajahnya yang memerah.
Arvian beranjak berdiri, dia kembali mengancingkan jasnya yang sempat ia buka. Lalu, matanya bertatapan langsung dengan mata tajam Ryan. Seringai Arvian muncul, dia melangkah mendekati Ryan dan menepuk bahunya dengan pelan.
"Jangan sedih begitu. Tenang saja, keponakan kita akan lebih bahagia tinggal bersamaku." Ujar Arvian dengan santai.
Ryan tak terima, dia segera mendekati Aluna dan menarik tangannya. Lalu, dengan sengaja Ryan menempelkan tangan Aluna pada pipi Arvian. Hal itu, mampu membuat Reza dan Rafli membulatkan mata mereka.
"Lepaskan!" Reza panik, dia segera menarik tangan Aluna dari cengkraman Ryan.
Suasana menjadi tegang, mereka langsung menatap ke arah Arvian yang sedang terdiam mematung. Ryan menyeringai, pria itu tengah menunggu reaksi Arvian setelah di sentuh oleh Aluna.
"Apa yang kamu tunggu?" Tanya Arvian dengan seringai di bibirnya.
"Apa?!" Ryan menatap tak percaya pada Arvian yang masih tampak baik-baik saja.
"Oh, aku tahu. Wanita tidak tahu malu yang ada di kantorku saat itu ... wanita suruhan mu bukan?"
Degh!
"Ja-jangan menuduhku yah!" Pekik Ryan yang mana membuat Arvian menyeringai.
Arvian sudah menebaknya, ia tak lagi membutuhkan pengakuan Ryan. Tak di sangka, pria itu justru menggenggam tangan Aluna dan membawanya pergi. Meninggalkan Rafli dan Reza yang terkejut atas perbuatan yang Arvian lakukan.
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰