Sedang tahap REVISI
"Mari kita bercerai! Sesuai yang dituliskan di kontrak, kamu akan menceraikan aku setelah dua tahun."
Aillard tersenyum smirk, "Siapa yang akan mematuhi kontrak itu? Apakah kamu tidak tau bahwa pihak A bisa merubah isi kontrak sesuai keinginan mereka?"
Clarisse segera membalik kertas itu berulang-ulang kali, ketika dia menemukan bahwa ketentuan itu ada di dalam kontrak, wajahnya langsung memucat ketakutan.
Sial, dia telah ditipu.
***
Clarisse Edith van Leonore adalah seorang putri dari kerajaan Leonore. Kehidupannya sangat menderita hingga semua anggota kerajaan membencinya.
Di kehidupan sebelumnya dia meninggal karena dibunuh oleh pemberontak. Tidak puas dengan kematiannya yang tidak adil, Clarisse menggunakan pusaka klannya memutar balik waktu kembali ke dua tahun yang lalu.
Dia bertekad untuk mengubah takdirnya dengan cara menikahi Grand Duke yang terkenal kejam dan membalas dendam kepada orang yang telah menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimHana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 8 - KAMBUH
Di sebuah gang yang gelap, terjadi perkelahian yang hampir menakuti orang biasa jika melihatnya. Dentingan pedang terus bergema disana sini, darah memercik membasahi tanah yang semula berwarna hitam berubah menjadi merah darah.
Mayat bertebaran dimana-mana dan semuanya memakai pakaian serba hitam. Topeng tidak terlepas dari wajahnya membuat orang tidak bisa mengenali siapa yang meninggal. Semuanya mengenakan topeng yang serupa membuat orang bisa menebak mereka berasal dari organisasi yang sama.
Namun hal yang paling aneh di antara semua itu, ada seseorang pemuda yang sedang berdiri di antara mayat-mayat itu. Tidak ada ekpresi ketakutan dari wajahnya, yang ada hanya raut wajah dingin serta haus darah dalam sorot matanya. Perlahan ia mengelap noda darah yang memercik di pipinya sambil memasang raut wajah jijik. Walaupun pakaiannya berantakan tetapi itu tidak bisa menyembunyikan aura mulia yang melekat pada dirinya.
"Yang mulia, semuanya selesai!" Seorang pemuda yang seumuran dengan laki-laki itu berlutut sambil menundukkan kepalanya hormat. Dia mengenakan pakaian serba yg namun memiliki pola yang berbeda dari orang-orang yang terbaring di tanah. Rambutnya berwarna kuning keemasan yang membuat penampilannya terlalu mencolok di malam hari.
Entah sudah berapa kali rekannya mengingatkan untuk segera merubah warna rambutnya tetapi pemuda berwajah kekanak-kanakan itu masih kekeuh mempertahankan warna rambut aslinya. Maklum saja untuk profesinya sebagai tangan kanan Grand Duke yang bekerja dalam kegelapan, penampilan itu terlalu mencolok.
Aillard menganggukkan kepalanya lalu melihat sekeliling dengan dingin. "Apakah ini pekerjaan wanita tua itu lagi?"
Teon berkeringat dingin lalu menganggukkan kepalanya gemetar, "Y..ya." ujarnya gugup. Padahal sorot mata itu ditujukan kepada wanita tua itu namun entah kenapa dia merasakan pandangan itu juga tertuju padanya.
Aillard terkekeh sambil menatap pemandangan di depannya dengan dingin, "Rupanya dia masih tidak sabar."
"Saya sudah menyelidiki bagaimana pembunuh ini mengetahui kita disini dan saya menemukan ada seseorang yang membocorkan keberadaan kita."
"Siapa tahi lalat itu?" Aillard mengangkat alisnya menebak siapa yang berani mencari masalah dengannya. Beraninya dia berkhianat tepat di bawah hidungnya.
"Saya masih menyelidikinya, Yang mulia." Theodore menundukkan kepalanya menyesal karena belum menemukan siapa yang mengkhianati tuannya.
"Tidak apa-apa. Saya akan menunggu sampai kapan lalat itu terus menyembunyikan diri." ujarnya sambil tersenyum dingin.
Theon dan theodore dibuat merinding ketika melihat senyum dingin sang Grand Duke. Siapapun pelakunya, mereka yakin orang itu tidak akan selamat ketika melihat Grand duke sudah menampilkan senyum andalannya.
Selama ini belum ada yang pernah lolos dari genggaman tuannya kecuali wanita tua itu. Entah apa yang di pikirkan tuannya karena tidak segera membunuhnya, mereka juga tidak mengetahui apa yang terjadi. Grand Duke hanya memberinya hadiah-hadiah kecil sampai menakuti wanita itu sampai mati.
Bagaimana dia tidak ketakutan, ketika Grand Duke meletakkan ular atau bangkai tikus atau mayat manusia di bawah tempat tidurnya. Itupun bukan jumlah yang sedikit. Orang biasa pun pasti akan mengalami serangan jantung ketika melihatnya.
"Yang mulia apakah kita akan kembali ke ibukota?"
Aillard menganggukkan kepalanya menjawab perkataan Teon, namun baru beberapa langkah badannya mulai goyah membuat dia limbung seketika. Untunglah Teon bereaksi lebih cepat dan langsung menangkap tubuh Aillard supaya tidak jatuh ke tanah.
"Yang mulia, apa yang terjadi denganmu?" Teon bertanya dengan cemas sambil memangku Aillard yang sudah tidak sadarkan diri. Namun pertanyaan itu tidak berhasil di jawab karna yang keluar dari mulut Aillard selanjutnya adalah gumpalan darah.
"Yang muliaaaaaa....."
Hal itu langsung membuat Teon dan Thodore berteriak panik, mereka dengan cepat membopong Aillard dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Untunglah tidak lama kemudian, rekan-rekannya datang membereskan kekacauan di tanah. Jika tidak orang-orang akan curiga ketika mengetahui apa yang terjadi disini.
Sesampainya di kediaman, Teon langsung meletakkan Aillard di tempat tidur lalu melepaskan jubah yang di kenakannya. Begitu juga dengan Theodore yang langsung memanggil dokter untuk memeriksa tuannya.
Tak lama setelah itu, datanglah seorang pemuda berpakaian jas dokter berwarna putih datang diikuti oleh theodore yang berjalan tergesa-gesa di belakangnya.
"Apa yang terjadi dengannya?" Richard mengerutkan kening melhat sahabat sekaligus atasannya, yang saat ini tidak sadarkan diri.
"Kami tidak tau. Setelah kami bertarung dengan para pembunuh itu tiba tiba saja Yang mulia muntah darah." Teon menjawab sambil pandangan cemas tidak juga lepas dari sorot matanya.
Richard menganggukkan kepalanya lalu berjalan menghampiri Aillard. Ia memeriksa denyut nadinya dan menemukan kalau penyakit sahabatnya kambuh lagi. Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah itu sudah di tekan beberapa minggu yang yang lalu, kenapa bisa kambuh?
"Bagaimana? Apakah yang mulia baik-baik saja?" Teon bertanya dengan tergesa-gesa, tak sabar mendengar jawaban dari Richard.
Richard menghela nafas memandang kondisi Aillard dengan prihatin, "Racun Yang mulia kambuh."
"Apa? Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah itu sudah ditekan beberapa minggu yang lalu?" Teon bertanya dengan heran karena bingung oleh jawaban Richard. Penyakit tuannya biasanya kambuh sekali dalam sebulan walaupun terkadang frekuensinya bisa lebih lama dari biasanya, dan itu tidak akan secepat ini.
"Saya juga tidak tau. Apakah beliau terkena sesuatu yang bisa memicunya?"
Teon berpikir keras dan menemukan hal yang janggal saat pembunuh itu menyerang Yang mulia tadi. Tidak seperti biasanya pembunuh hari ini menyerang Yang mulia, mereka lebih cenderung ingin melukai yang mulia daripada fokus membunuhnya. Dia teringat lengan Yang mulia yang terluka dan dengan cepat menyingkap lengan bajunya.
Ck, benar saja. Dia menemukan luka yang seharusnya berwarna merah darah sekarang berubah menjadi warna hitam. Tidak salah lagi pedang itu pasti dilumuri racun sebelum digunakan untuk menyerang Yang mulia.
"Dokter Richard, tolong!" Teon mundur selangkah mempersilahkan supaya dokter Richard mengobati lengan tuannya.
"Baiklah, menyingkirlah sedikit lagi Theodore!"
"Theodore! Namaku bukan Theodore, aku Teon." Teon membelalakkan matanya marah ketika mendengar panggilan Richard padanya. Tidak bisakah dokter gadungan ini melihat warna rambutnya. Ini terlalu mencolok di malam hari, tidak mungkin orang biasa tidak melihatnya. Dia yakin dokter gadungan ini mempunyai penyakit mata sehingga dia tidak bisa melihat warna rambutnya yang mempesona.
Sebenarnya karena alasan ini jugalah yang membuat ia tidak ingin mengubah warna rambutnya. Dia dan Theodore adalah saudara kembar dan sangat susah mengenali mereka berdua jika salah satu dari mereka tidak membuat perbedaan.
Walaupun saudaranya terus mendesaknya untuk mengubah warna rambutnya, tetapi ia tidak mematuhinya sama sekali. Jika ia benar-benar merubah warna rambutnya seperti yang dilakukan Theodore, mungkin mereka tidak akan bisa dikenali lagi.