Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Di kantornya yang megah, Zayn duduk di kursi kerja sambil memandangi jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota.
"Kring..." Suara telepon dari neneknya, Nyonya Parwati.
"Halo, Assalamualaikum, Zayn."suara Nenek Parwati.
"Waalaikumsalam nek, ada apa nenek menelepon?"
"Nenek kangen sama kamu sayang, bisa kan ke bandung, hari sabtu, pokoknya siang sudah ada di rumah nenek ya, oh iya Ayah sama ibu kamu juga sudah di kabarin kok ,"
"Iya nek,"singkat Zayn
"Pokoknya nenek tunggu ya, jangan sampai enggak datang."
"Tutttt."sambungan seluler pun berakhirnya.
Suara telpon, beberapa menit lalu masih terngiang di telinganya.
Ia diminta untuk datang ke rumah nenek pada hari Sabtu karena ada sesuatu yang penting.
Zayn mengangguk kecil saat mendengar permintaan itu di telepon. Seperti biasa, ia tak pernah menolak permintaan neneknya, meski ia belum tahu apa yang akan dibahas nanti. Sambil menutup laptopnya, pikirannya melayang ke sosok Kinanti.
Dia teringat saat membantu Kinan dengan biaya operasi ayahnya, keputusan yang awalnya ia ambil tanpa berpikir panjang. Namun, seiring waktu, dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya setiap kali mengingat Kinan. Gadis itu bukan hanya pekerja keras, tapi juga memiliki bakat dan semangat yang jarang ia temui.
Zayn juga tak bisa melupakan kondisi rumah Kinan yang sangat sederhana saat ia mengantarkan keluarga Kinan pulang dari rumah sakit. Pemandangan itu membuat hatinya terenyuh. Dia ingat bagaimana Kinan mencoba untuk tetap kuat dan mandiri, meski jelas terlihat bahwa hidupnya penuh perjuangan.
"Kalau dia harus mengganti uang itu..." Zayn menghela napas panjang, sambil memutar kursi kerjanya ke arah jendela. "Aku tak mungkin membiarkannya. Dia benar-benar membutuhkannya. Uang itu tak sebanding dengan beban yang dia pikul."
Seketika pikiran Zayn mengarah pada perasaan iba yang bercampur dengan kekaguman. Meski ia tak menyadari sepenuhnya, ada benih keinginan untuk melindungi Kinan dari kesulitan yang terus menghimpitnya.
Namun, Zayn juga merasa ragu. Dalam hatinya, ia masih bertanya-tanya apakah keputusan neneknya untuk menjodohkannya dengan Kinan adalah sesuatu yang bijaksana. Apalagi, ia masih dihantui oleh bayang-bayang masa lalu bersama Hellen, mantan kekasihnya di Australia.
“Kenapa semuanya jadi begitu rumit?” gumamnya pelan.
Meski begitu, ia tahu satu hal dengan pasti. Dia ingin melihat Kinan tersenyum tanpa beban, dan jika itu berarti mengambil peran lebih besar dalam hidup gadis itu, Zayn mulai merasa bahwa ia tak sepenuhnya menolak ide tersebut.
Suasana di pabrik kembali seperti biasa, namun berita tentang kepindahan Kinanti ke kantor pusat untuk posisi baru di bidang desain membuat beberapa rekan kerjanya merasa iri, terutama Citra. Dengan senyuman penuh kepura-puraan, Citra tampak tidak senang melihat Kinan mendapatkan kesempatan besar itu.
Sebagai istri Fabio, yang juga bekerja di perusahaan itu, Citra merasa posisinya harus lebih dihormati. Namun, kenyataan bahwa Kinan, gadis sederhana dengan latar belakang keluarga yang tidak seberapa, berhasil menonjol justru membuat Citra merasa terancam.
"Apa hebatnya dia sampai dipindahkan ke kantor pusat?" ujar Citra kepada rekan-rekannya di ruang istirahat. "Mungkin dia punya cara lain buat dapat posisi itu. Siapa tahu dia sedang berusaha mendekati bos besar."
Beberapa karyawan yang mendengar gosip itu mulai menyebarkan desas-desus. Nama Kinan yang sebelumnya dihormati sebagai pekerja keras mulai dikaitkan dengan hal-hal negatif.
Namun, Kinan yang sudah mengetahui tentang berita buruk yang beredar memilih untuk tetap tenang. Dia tidak ingin terlibat dalam drama kantor yang hanya akan mengganggu fokusnya.
Sebaliknya, dia berusaha membuktikan kemampuannya melalui karya-karya desain yang kini menjadi tugas utamanya di kantor
"Ya Allah, berilah kekuatan, aku melewati ujian ini."
Sementara itu, Kinan tetap teguh pada jalannya. Dia yakin bahwa hasil kerja kerasnya akan membungkam semua gosip buruk. "Bagiku, angkah menuju kantor pusat adalah kesempatan besar untuk mengubah nasib keluargaku, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangiku."
Saat jam makan siang, Kinan duduk di pojok kantin pabrik dengan tenang, membuka bekal sederhana yang dibuat ibunya. Nasi, sayur tumis, dan sedikit ikan asin menjadi menu yang sederhana namun penuh cinta. Bagi Kinan, makanan itu adalah pengingat bahwa ada keluarga yang selalu mendukungnya di rumah.
Namun, saat Kinan sedang menikmati makanannya, Angel, salah satu staf yang dikenal sering mencari masalah, berjalan dengan sengaja menyenggol Kinan. Bekal Kinan pun terjatuh ke lantai, berserakan dan tak bisa dimakan lagi. Angel pura-pura meminta maaf dengan nada sinis.
"Oh, maaf ya, Kinan. Tapi kayaknya kamu nggak rugi banyak. Bekalnya juga cuma gitu aja, kan?" ujar Angel dengan senyum mengejek.
Kinan hanya diam. Hatinya sakit, tetapi dia memilih tidak memperpanjang masalah. Baginya, pertengkaran hanya akan membuat suasana makin buruk.
"Yaaah, makanannya tumpah, aku makan apa kalau begini, padahal aku sangat lapar."Kinanti dalam batinnya.
Tiara, salah satu teman kerja Kinan yang baik hati, melihat kejadian itu dari meja seberang. Tanpa ragu, Tiara menghampiri Kinan sambil membawa bekal yang dia bawa.
"Kinan, ayo makan sama aku. Bekalku kebanyakan, kok," ujar Tiara dengan senyum tulus.
Kinan awalnya menolak karena tidak ingin merepotkan, tetapi Tiara memaksa. Akhirnya, mereka duduk bersama dan menikmati bekal Tiara, yang berisi nasi, ayam goreng, dan sayuran.
"Terima kasih banyak, Tiara. Aku nggak tahu harus gimana kalau nggak ada kamu," kata Kinan dengan mata berkaca-kaca.
"Sudahlah, Kinan. Jangan pedulikan orang seperti Angel. Orang baik pasti akan diberi jalan," balas Tiara, mencoba menenangkan.
"Alhamdulillah, ini enak banget Tiara,"puji Kinan.
Meskipun insiden itu membuat Kinan merasa sedih, kehadiran Tiara membuatnya merasa tidak sendirian. Dia menyadari bahwa masih ada orang-orang baik di sekitarnya yang menghargai dan mendukungnya. Hal itu membuat semangat Kinan tetap terjaga untuk menghadapi tantangan yang ada.
Zayn sedang memimpin rapat mingguan di ruang meeting kantor pabriknya. Dengan sikap dingin dan penuh wibawa, ia mendengarkan laporan dari para manajer divisi sambil sesekali memberikan arahan.
Namun, saat asistennya, Andi, menyerahkan dokumen dan memberitahu, "Pak Zayn, saya baru mendapat kabar bahwa Kinanti akan segera dipindahkan ke kantor pusat untuk posisi desain produk," sesuatu yang tak biasa terjadi.
Zayn, yang biasanya serius dan jarang menunjukkan emosi, tiba-tiba tersenyum kecil. Senyum itu terlihat begitu spontan hingga semua orang di ruangan, termasuk Andi, langsung memperhatikannya dengan ekspresi terkejut.
Andi yang penasaran memberanikan diri bertanya, "Pak Zayn, apakah ada sesuatu yang lucu?"
Zayn, yang tersadar bahwa dirinya terlihat berbeda, segera menghapus senyumnya dan kembali memasang wajah serius. "Tidak ada. Lanjutkan saja rapatnya," jawab Zayn singkat, berusaha mengalihkan perhatian.
Namun, di dalam hatinya, Zayn merasa lega dan sedikit senang mendengar kabar tentang Kinan. Ia tidak sepenuhnya paham perasaannya sendiri, tetapi dia tahu bahwa kehadiran Kinan di kantor pusat mungkin akan membuat mereka lebih sering berinteraksi.
Rapat pun berlanjut, tetapi Andi tetap memikirkan senyuman aneh yang tiba-tiba muncul di wajah bosnya. Bagi Andi, ini adalah pertama kalinya melihat Zayn menunjukkan ekspresi seperti itu. Sebuah pertanda bahwa mungkin ada sesuatu yang berbeda dalam hubungan bosnya dengan Kinanti.
"Sebenarnya si bos kenapa ya?"
bersambung...
di awal minggu depan mulai pindah ke kantor pusat... ternyata mbulettt
di awal nenek lastri.. sekarang nenek parwati.. 😇😇😇
nyong mandan bingung kiye...