Niat melamar sang kekasih malah dijebak, membuat Raymond seolah-olah menjadi seorang pembunuh. Rupanya dia telah dijadikan kambing hitam oleh sang kekasih dan selingkuhan kekasihnya.
Disaat Raymond akan segera mendapatkan hukuman mati, tiba-tiba sebuah sistem datang menyelamatkan hidupnya. Sehingga Raymond terpaksa harus mengganti identitasnya agar terlepas dari kejaran para polisi.
Raymond bertekad ingin membalaskan dendamnya kepada orang-orang yang sudah menghancurkan hidupnya. Sehingga dia harus menjalankan misi dari sistem untuk menolong wanita-wanita cantik dengan membuka sebuah usaha jasa sebagai pria bayaran. Membuatnya menjadi pria yang tampan, kuat, kaya raya, dan dikelilingi oleh banyak wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Tiga bulan berlalu, hari ini suasana begitu menegangkan di ruang sidang. Sebagai penentuan hukuman apa yang pantas diterima oleh Raymond, sebagai pelaku pembunuhan secara berencana itu. Padahal Raymond sama sekali tidak melakukannya.
Perdebatan terus terjadi, antara pengacara dan jaksa saling melemparkan kata-kata jebakan. Walaupun pada akhirnya pihak pengacara Raymond yang kalah. Mungkin karena pengacara tersebut membela Raymond secara gratis, sehingga tidak begitu memperjuangkan keadilan untuk Raymond.
Dan suara ketukan palu pun terdengar memenuhi ruangan sidang tersebut.
Tok...
Tok...
Tok...
Hakim yang memimpin acara persidangan telah mengetuk palu sebanyak tiga kali. Hal tersebut membuat hati Raymond menjadi gelisah dan tidak karuan. Sangat berharap dia tidak mendapatkan hukuman yang berat. Bahkan dia sangat berharap keajaiban akan datang menolongnya.
"Saudara Raymond dijatuhkan hukuman mati."
Raymond nampak mematung. Dia bagaikan tersambar petir disiang bolong ketika mendengarkan keputusan dari hakim. Pria itu pun mengepalkan tangannya dengan wajahnya yang terlihat merah padam, menyiratkan kemarahan yang sangat luar biasa di dalam hatinya.
Sungguh Raymond sangat membenci Nadia. Mengapa kekasihnya itu tega sekali menjebaknya sampai dia harus mendapatkan hukuman yang sama sekali tidak dia lakukan?
Tapi Raymond tidak ingin menyerah begitu saja, dia berusaha memberontak ketika para penjaga lapas datang untuk menjemputnya.
"Ini tidak benar. Aku tidak bersalah. Aku tidak membunuh wanita itu!" Teriak Raymond sambil berusaha keras untuk melepaskan diri dari cengkraman para penjaga lapas.
"Aku tidak bersalah. Aku dijebak!"
Tapi sayangnya tidak ada satu orang pun yang mau mendengarkan pembelaan diri dari Raymond. Seakan pria itu telah berbicara omong kosong.
...****************...
Di salah satu hotel yang ada di kota Berlin, terlihat Nadia dan Brandon yang sedang berbagi peluh bersama. Setelah Tyas mati dan Raymond dipenjara, kini mereka menjadi bebas untuk bertemu kapanpun dan dimana saja. Kedua sejoli itu memang sengaja liburan bersama di Jerman.
"Ahhh.... ahhh.... lebih cepat lagi, sayang!" Brandon meminta Nadia untuk bergerak lebih cepat diatas pinggulnya.
Nadia menganggukkan kepalanya, dia pun segera mengikuti permintaan Brandon untuk mempercepat gerakannya di atas pinggul Brandon sambil merem melek.
Brandon memegang pinggang Nadia untuk membantu Nadia agar bergerak semakin cepat, karena akan menuju pelepasannya. Kemudian dia segera membalikkan posisi, sehingga Nadia yang berada di bawahnya. Brandon mempercepat gerakannya dengan membabi buta, kemudian suara geraman pun terdengar sangat keras memenuhi kamar hotel tersebut.
"Mmhhh... ahhhh... ahhhh!"
Brandon menyemburkan laharnya di dalam milik Nadia, sangat banyak, sampai sebagian laharnya membasahi seprai.
Tubuh Brandon ambruk menindih tubuh Nadia. Mereka berdua saling berciuman dengan mesra.
Kemudian Brandon memeluk tubuh Nadia, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher wanita itu dengan terengah-engah. Percintaan hari ini sungguh terasa sangat nikmat.
Setelah puas bercinta, kini mereka sedang duduk berdua di sofa dengan hanya menggunakan bathrobe. Kemudian mereka bersulang whisky.
Criiing...
Keduanya saling melemparkan senyuman, kemudian sama-sama meneguk satu segelas seloki whisky tersebut.
"Aku dengar pria jelek itu akan dihukum mati." Ucap Brandon sambil meletakkan gelas seloki di atas meja.
Nadia menganggukan kepalanya. "Iya."
Awalnya Nadia memang sangat merasa bersalah kepada Raymond, tapi kali ini dia ingin berpikir realistis. Siapa yang tidak ingin menjadi istri dari seorang pengusaha seperti Brandon.
"Aku heran, kenapa kamu bisa berpacaran sama dia? Udah jelek, miskin lagi. Aku yang baru pertama kali melihatnya saja langsung mual. Ingin muntah." Tanya Brandon, penasaran.
"Karena dia sudah menolong aku ketika aku kebingungan untuk mencari biaya operasi untuk ayahku. Tiba-tiba dia datang dan memberikan bantuan. Makanya aku menerima cinta dia. Sebenarnya aku juga jijik, makanya aku gak pernah mau dipegang-pegang sama dia." Selama Nadia dan Raymond berpacaran, mereka memang belum pernah bermesraan, dikarenakan Nadia bilang dia adalah seorang wanita yang sangat menjaga kesuciannya.
Andai Nadia tahu bahwa saat Raymond terpaksa harus meminjam uang kepada seorang rentenir agar bisa membantu biaya operasi untuk ayahnya Nadia. Karena Raymond tidak ingin melihat Nadia bersedih.
Brandon pun terkekeh, mungkin karena dia sangat merasa bangga, dia adalah pria yang sudah membuat Nadia menjadi mantan perawan. Bercinta dengan seorang perawan memang sangat membuatnya ketagihan.
"Tapi kapan kamu akan menikahi aku?" Nadia menagih janjinya kepada Brandon.
Brandon nampak gelagapan diberikan pertanyaan seperti itu oleh Nadia, "Emm... nanti saja kita membahasnya. Istriku baru tiga bulan meninggal. Tidak mungkin aku terburu-buru menikahi kamu. Yang penting semua kekayaan istriku sudah jatuh ke tanganku."