Reinkarnasi Putri Yang Di Aniaya
"Apakah kalian berdua berjanji untuk saling mencintai dan saling menyayangi selama sisa hidupmu?"
"Ya."
Dia menjawab tanpa ragu sedikitpun, sementara ia hanya menatap kosong ke arah pendeta.
Apakah dia benar-benar akan menikah? Dengan seorang pemuda yang terkenal seantero kerajaan.
"Clarisse?"
Suara di atas kepalanya menyadarkannya dari lamunannya. Ia mendongak menatap pemuda yang akan menjadi suaminya.
Ia mengenakan jas hitam rapi yang berbeda dari pakaiannya biasanya. Jas itu begitu melekat pada tubuhnya, sehingga tidak bisa menyembunyikan kontur ototnya yang bisa memikat hati para wanita.
Rambutnya di sisir ke belakang menampilkan dahinya yang halus. Matanya bersinar di bawah teriknya cahaya matahari yang membuat Clarisse teringat dengan batu Amethyst. Itu sangat indah dan membuat dia hampir terbuai olehnya.
Dia adalah kesempurnaan itu sendiri.
Jauh lebih tinggi dari seorang pria dewasa pada umumnya, bahunya lebar, pinggangnya ramping, dan postur tubuhnya sangat proposional bak model pria yang tampil di depan sampul majalah.
Ia juga mengenakan jubah yang sangat mewah yang sesuai dengan identitasnya. Tidak diragukan lagi dia sangat berbau uang dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Tidak jauh berbeda darinya, dia juga mengenakan gaun pengantin desainer ternama dengan bertatahkan berlian di atasnya. Bertaburan mutiara dan rubi, gaunnya di jahit dengan desain terbuka di dadanya yang membuat dia menampilkan bahunya yang ramping
Harus ia akui, dia sangat cantik hari ini sehingga siapapun terpesona melihatnya.
Pernikahan mereka di adakan di kuil kerajaan dan hanya mengundang kerabat dekat.
"..........."
Aillard menunduk menatap wanita yang berada di depannya, "Apakah kamu tidak akan menjawabnya?"
Suaranya lembut tetapi Clarisse merasakan hawa dingin berhembus di atas kepalanya.
"Apakah mempelai wanita, Clarisse Leonor, dengan tulus mencintai dan bersumpah untuk bersama Aillard Ciello Van Timothee selama sisa hidupnya?"
Pendeta bertanya sekali lagi karena tidak kunjung mendapat jawaban dari mempelai wanita.
Suara bisik bisik mulai terdengar membuat fokus Clarisse terpecah dan melihat sekali lagi kepada kursi tamu. Disana semua anggota kerajaan berkumpul menjadi satu dan juga bangsawan lainnya.
Dia sudah sejauh ini, tidak mungkin dia membatalkannya. Clarisse menghela nafas panjang, hanya dua tahun dia akan bertahan dengan pernikahan ini, setelah itu ia akan pergi menggapai kebahagiaannya sendiri.
"Eh... ya."
"Saya akan melanjutkan pertukaran cincin yang penuh cinta antara satu sama lain."
Terakhir, kedua orang mengeluarkan cincin yang berada di dalam kotak.
Sebuah cincin berlian berwarna putih delapan belas karat dengan model sederhana.
Clarisse meraih jari tangan Aillard yang terasa dingin lalu memasang cincin itu di jari manisnya.
Begitu juga dengan Aillard yang juga memasang cincin itu di jari manis Clarisse.
"Dengan ini saya nyatakan, bahwa keduanya sudah resmi menjadi pasangan."
Tepuk tangan mulai bergemuruh di aula pernikahan memecahkan suasana yang awalnya sunyi.
Clarisse mengaitkan sudut bibirnya berusaha tersenyum walaupun itu terasa aneh. Berbeda darinya, Aillard tersenyum sangat cerah sehingga membuat dia merasa curiga. Apa yang sebenarnya di pikirkan laki-laki itu?
................
"Haaaaaa.."
Clarisse menghela nafas berat ketika ia merasakan kepalanya terasa mau pecah karena aksesori yang memenuhi di kepalanya. Lusinan jemput rambut menghiasi rambutnya yang membuat kulit kepalanya ikut ketarik ke dalamnya.
"Ini yang ke sembilan."
Dengan perasaan jengkel dia meletakkan jepit rambut berbentuk kupu-kupu itu di atas meja rias.
Sekarang tinggallah korset yang sedari tadi terasa mencekiknya.
Sambil melihat ke arah cermin, ia mencoba melepaskan gaun itu dengan susah payah. Namun ternyata, ketika menuju bagian korset dia tidak berhasil melepaskannya dan hanya menyisakannnya sebagian.
Sudahlah, yang penting dadanya tidak merasa mencekik seperti sebelumnya.
Clarisse menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menatap ke langit-langit kamarnya.
Tidak menyangka dia sudah menikah dengan laki-laki nomor satu di Kerajaan, yang sangat di puja-puja oleh para wanita.
Adeline saat ini pasti sedang mengamuk di kamarnya sehingga dia juga tidak di perbolehkan oleh permaisuri untuk datang ke pernikahnnya.
Tok tok tok.
Tiba tiba terdengar ketukan pintu.
"Masuk."
Dia menjawab tanpa berpikir.
Dia sudah meminta Anne, pelayannya untuk menyiapkan teh hangat untuk mengurangi rasa lelahnya.
"Apakah kamu sudah siap?"
Namun ternyata suara bariton yang menyambutnya.
Tidak, ini bukan suara Anne. Terkejut, Clarisse bangkit dari tempat tidur.
Matanya melebar ketika melihat orang yang berada di hadapannya.
"Grand Duke?"
Wajah Clarisse dengan cepat memerah ketika melihat pakaiannya yang agak terbuka.
Kenapa dia tidak mengancingkan kemejanya?
Clarisse membalikkan badannya menepuk pipinya yang terasa panas karena melihat otot-otot perutnya yang kencang begitu terbuka di depannya.
"Apakah kamu malu?"
"Tidak." bantah Clarisse keras.
Aillard terkekeh lalu berjalan mendekati Clarisse. "Bukankah aku yang harusnya malu karena melihat pakaianmu yang begitu menggoda di depanku."
Terkejut, Clarisse melihat dirinya sendiri.
Sial.
Dia lupa bahwa gaunnya telah di lepas dan hanya menyisakan korsetnya saja.
Panik, Clarisse melompat ke atas tempat tidur lalu mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Clarisse cemas melihat Aillard yang terus mendekat.
"Tentu saja untuk melakukan kewajiban kita."
Kewajiban, itu artinya...
"Hari ini adalah malam pertama."
Apakah yang barusan dia katakan adalah malam pertama? Tetapi itu tidak ada di dalam kontrak. Tidak, kenapa dia mengatakan hal itu sekarang?
"Menurutmu apakah pernikahan kita palsu?"
"Tidak."
Walaupun mereka menikah kontrak, tetapi janji suci dan akta pernikahan itu tentu saja asli.
Aillard menganggukkan kepalanya puas mendengar jawaban Anne.
"Karena pernikahan kita asli, lalu bukankah kita harus menyelesaikan kewajiban pernikahan kita?"
"Ti.. tidak." ujar Clarisse tergagap. "Kurasa kamu salah paham?"
"Hal itu hanya dilakukan oleh sepasang kekasih yang saling mencintai dan kita bukan termasuk dalam hal itu. Kenapa kita harus melakukannya?"
Aillard terkekeh kecil lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Clarisse, "Kamu sendiri yang menawarkan dirimu padaku, bukankah kamu seharusnya tidak keberatan jika melakukan hal itu denganku."
Deg.
Bagaikan tersambar petir, Clarisse terdiam di tempatnya mendengar perkataan Aillard.
Ya, dia menawarkan dirinya sendiri kepada Grand Duke dengan harapan bisa membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitinya.
"Aku membutuhkannya untuk meyakinkan tua bangka itu. Apakah kamu tidak melihat bayangan hitam yang berada di dekat jendela?"
Sontak Clarisse mengalihkan pandangannya dan melihat sosok bayangan hitam yang berada di balik tirai.
Rupanya mereka masih tidak percaya dengan hubungan mereka.
Clarisse mengalungkan tangannya ke leher Aillard lalu menarik wajahnya mendekat ke arahnya.
"Kalau begitu lakukanlah!"
Walaupun jantungnya berdegup sangat kencang karena merasa sangat gugup tetapi dia meyakinkan dirinya untuk terus tenang.
Perlahan Aillard mendekatkan wajahnya kepada Clarisse lalu tubuhnya menyelimutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments