NovelToon NovelToon
Bunga Di Atas Bekas Luka

Bunga Di Atas Bekas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Duda / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dwi'rhmta

Felicia, seorang mahasiswi yang terjebak dalam hutang keluarganya, dipaksa bekerja untuk Pak Rangga, seorang pengusaha kaya dan kejam, sebagai jaminan pembayaran utang. Seiring waktu, Felicia mulai melihat sisi manusiawi Pak Rangga, dan perasaan antara kebencian dan kasih sayang mulai tumbuh di dalam dirinya.

Terjebak dalam dilema moral, Felicia akhirnya memilih untuk menikah dengan Pak Rangga demi melindungi keluarganya. Pernikahan ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah utang, tetapi juga pengorbanan besar untuk kebebasan. Meskipun kehidupannya berubah, Felicia bertekad untuk mengungkapkan kejahatan Pak Rangga dan mencari kebebasan sejati, sambil membangun hubungan yang lebih baik dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi'rhmta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

- Kejutan Manis & Tes Kehamilan

Suatu pagi, Lusi terbangun dengan perasaan yang tak mengenakkan. Perutnya terasa mual, kepalanya berdenyut-denyut, dan tubuhnya terasa lemas. Ia meringkuk di tempat tidur, menarik selimut hingga ke dagu.

Rangga, yang bangun lebih dulu, memperhatikan Lusi dari balik selimut. Ia menghampiri Lusi dan duduk di tepi tempat tidur. "Sayang, kamu kenapa? Kamu terlihat pucat sekali," katanya, sentuhannya lembut di dahi Lusi.

Lusi membuka matanya, tatapannya sayu. "Aku… aku merasa mual," jawabnya, suaranya serak. "Dan kepalaku pusing sekali."

Rangga langsung panik. "Mual? Pusing? Apa kamu sakit?" tanyanya, nada suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Lusi menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Aku hanya merasa… aneh."

Rangga segera bangkit. "Tunggu di sini, ya. Aku akan buatkan teh hangat dan roti panggang," katanya, lalu bergegas ke dapur. Kali ini, ia bertekad untuk membuat roti panggang yang sempurna, tanpa gosong sedikit pun. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Lusi.

Setelah beberapa menit, Rangga kembali dengan secangkir teh hangat dan sepiring roti panggang yang harum. Ia menyuapi Lusi dengan lembut. "Makan sedikit, Sayang. Semoga ini bisa meredakan mualmu."

Lusi hanya mampu memakan sedikit roti panggang. Perutnya masih terasa mual. Rangga mengusap lembut punggung Lusi. "Istirahatlah, Sayang. Jangan terlalu banyak bergerak."

Beberapa hari berlalu, kondisi Lusi masih sama. Mual dan pusing terus menghantuinya. Rangga semakin khawatir. Ia mencari informasi di internet dan menemukan beberapa kemungkinan penyebabnya. Salah satu kemungkinan yang membuatnya sedikit ragu namun juga berdebar-debar adalah… kehamilan.

"Sayang," kata Rangga suatu sore, sambil memegang tangan Lusi. "Bagaimana kalau kita melakukan tes kehamilan?"

Lusi terdiam sejenak. Ia juga sempat memikirkan kemungkinan tersebut, namun ia ragu untuk berharap terlalu banyak. "Baiklah," jawabnya, suaranya hampir tak terdengar.

Mereka pergi ke apotek dan membeli tes kehamilan. Di rumah, dengan jantung berdebar-debar, Lusi melakukan tes tersebut. Mereka berdua menunggu dengan penuh harap dan cemas. Waktu terasa berjalan sangat lambat.

Setelah beberapa menit, hasil tes kehamilan muncul. Dua garis merah yang jelas terlihat. Lusi dan Rangga saling berpandangan, mata mereka berkaca-kaca. Air mata bahagia mengalir di pipi mereka.

"Positif…" bisik Lusi, suaranya bergetar.

Rangga memeluk Lusi erat-erat. "Sayang… kita akan menjadi orang tua!" serunya, suaranya bergetar karena haru dan bahagia.

Lusi mengangguk, air matanya semakin deras. "Iya, Sayang. Ini… ini adalah hadiah terindah."

Mereka berdua saling berpelukan lama, merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Kehidupan rumah tangga mereka akan memasuki babak baru yang lebih menantang, lebih mengasyikkan, dan tentunya, lebih penuh cinta. Petualangan baru telah dimulai, petualangan menjadi orang tua. Mereka saling memandang, senyum bahagia terukir di wajah mereka, menyambut masa depan yang penuh harapan dan cinta. "Kita akan menjadi orang tua yang hebat," kata Rangga, suaranya penuh keyakinan. Lusi mengangguk, mengangguk setuju. Mereka berdua siap menghadapi tantangan baru ini bersama-sama.

Episode 6: Mual Pagi & Rasa Sayang Rangga (dengan tambahan percakapan lucu)

Kehamilan Lusi memasuki trimester pertama. Mual pagi menjadi teman setia Lusi. Rangga, dengan penuh kasih sayang (dan sedikit kikuk), selalu berusaha untuk memberikan perhatian dan kasih sayang ekstra kepada istrinya. Ia rela bangun lebih pagi untuk membuatkan Lusi sarapan, memijit kaki Lusi yang pegal, dan selalu ada di samping Lusi.

Suatu pagi, Lusi bangun dengan perasaan sangat mual. Ia langsung berlari ke kamar mandi. Rangga, yang mendengar suara muntahan, segera menghampiri Lusi.

"Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Rangga, dengan wajah khawatir.

Lusi keluar dari kamar mandi, wajahnya pucat pasi. "Aku… aku tidak baik-baik saja," jawabnya, sambil memegang perutnya. "Aku merasa seperti mau mengeluarkan isi perutku."

Rangga langsung sigap. Ia mengambilkan Lusi baskom kecil dan segelas air. "Tenang, Sayang. Aku di sini."

Setelah Lusi selesai muntah, Rangga mengusap punggung Lusi dan memberikannya segelas air. "Mau makan apa, Sayang? Aku akan buatkan."

Lusi menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Aku hanya ingin… sesuatu yang asam."

Rangga berpikir sejenak. "Bagaimana kalau acar?" tanyanya.

Lusi langsung bersemangat. "Acar! Iya, acar!"

Rangga bergegas ke dapur dan membuatkan Lusi acar. Namun, ia tidak sengaja menambahkan terlalu banyak cuka. Acar tersebut menjadi sangat asam.

Lusi mencicipi acar tersebut dan langsung mengerutkan wajah. "Rangga… ini terlalu asam!" katanya, sambil tertawa kecil.

Rangga tertawa. "Maaf, Sayang. Aku tidak sengaja menambahkan terlalu banyak cuka."

"Tidak apa-apa," jawab Lusi, sambil tertawa. "Tapi… aku tetap ingin makan acar."

Rangga kembali ke dapur dan membuatkan acar lagi, kali ini dengan takaran cuka yang pas. Lusi memakan acar tersebut dengan lahap. "Lebih enak!" katanya, sambil tersenyum.

Sore harinya, Lusi merasa sangat pegal di kakinya. Rangga menawarkan untuk memijit kaki Lusi. Namun, pijitan Rangga terlalu keras.

"Aduh, Rangga! Terlalu keras!" teriak Lusi, sambil tertawa.

Rangga langsung menghentikan pijitannya. "Maaf, Sayang. Aku tidak sengaja."

Lusi tertawa. "Tidak apa-apa. Yang penting kamu berusaha."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!