NovelToon NovelToon
Happy After Divorce

Happy After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Konflik etika / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Office Romance
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: agen neptunus

Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Membodohi Diri Sendiri

Jessica merasa hatinya seperti terbakar setelah malam yang penuh emosi di hotel dengan Liam. Pagi harinya, ia memutuskan untuk bertindak, dan satu hal yang perlu dilakukannya adalah berbicara langsung dengan mantan suaminya, Deon. Ia merasa sudah saatnya untuk menghadapi Deon dan memberitahunya tentang kehamilan Alesha.

Dengan tekad yang kuat, Jessica menuju rumah Deon. Suasana di luar rumah terlihat tenang, tapi hatinya berdebar-debar saat ia berdiri di depan pintu. Setelah beberapa ketukan yang menggema di lorong, pintu terbuka dan Deon muncul, tampak terkejut melihat Jessica di depannya.

"Jessica? Ada apa?" tanyanya, nada suaranya menunjukkan kebingungan.

Jessica menatapnya dengan mata penuh kemarahan dan sakit hati. “Kita perlu berbicara, Deon. Ini penting.”

Deon mengangguk, membuka pintu lebih lebar untuk Jessica masuk. Mereka berjalan ke ruang tamu. Deon menawarkan Jessica untuk duduk, tapi Jessica memilih berdiri.

“Ada apa?” tanya Deon dengan nada tidak sabar.

Jessica menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. “Aku bertemu dengan Alesha tadi malam.”

Deon terlihat bingung. “Alesha? Kenapa?”

Jessica memandangnya dengan tajam. “Karena dia hamil, Deon. Dia hamil tiga bulan, dan kamu adalah ayahnya.”

Kata-kata Jessica seolah menampar wajah Deon. Wajahnya berubah pucat, dan matanya membesar karena terkejut. “Apa yang kamu katakan?”

“Alesha mengatakan padaku bahwa dia sedang hamil,” lanjut Jessica, suaranya mulai bergetar. “Aku tidak bisa percaya kamu bisa melakukan ini padaku. Aku sudah cukup menderita, dan sekarang aku harus menghadapi kenyataan bahwa kamu dan Alesha akan memiliki anak bersama.”

Deon mencoba mencerna informasi tersebut. “Jessica, aku tidak tahu harus berkata apa. Memangnya Alesha mengatakan kalau dia hamil anakku?”

“Dia tidak mengatakan itu secara langsung. Tapi, aku tahu kalau itu sudah jelas anakmu!”

“Jangan asal bicara, Jess. Belum tentu itu anakku!”

“Bagaimana bisa kamu mengatakan itu, Deon?!” Jessica membentak. “Bagaimana mungkin kamu bisa begitu dingin tentang ini?”

“Karena aku tidak yakin itu anakku. Dia punya suami! Bisa jadi itu anaknya Noel, kan?”

“Shut up!! Tidak mungkin itu anaknya Noel.”

“Jangan terlalu yakin, Jess. Dia punya suami,” kata Deon ikut menaikkan nada suaranya.

“Sudah tahu dia punya suami, kenapa kamu masih menggaulinya, Deon!! Kamu mau menghancurkanku seperti apalagi? Tidak puas kamu buat aku menderita?!” teriak Jessica seperti orang gila.

“Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, Jessica! Aku tidak pernah berniat membuatmu merasa seperti ini.”

Jessica merasa hatinya dipenuhi kemarahan. Semua rasa sakit dan kekecewaan yang ia tahan selama ini meledak dalam sekejap. “Tapi kamu melakukannya, Deon! Kamu melakukannya! Dan sekarang aku harus hidup dengan semua ini!”

Tanpa bisa menahan dirinya lagi, Jessica melangkah maju dan melayangkan pukulan ke arah Deon. Pukulan itu mengenai pipi Deon dengan keras, membuatnya terhuyung dan hampir jatuh ke kursi. Deon memegangi pipinya, terkejut dan sakit.

“Apa yang kamu lakukan?” teriak Deon, matanya penuh dengan kemarahan dan kebingungan.

“Kamu pantas mendapatkannya!” teriak Jessica kembali. “Kamu menghancurkan hidupku! Aku ingin kamu merasakan sedikit dari apa yang aku rasakan!”

Deon berdiri dengan susah payah, wajahnya memerah dan matanya penuh kemarahan. “Jessica, aku minta maaf karena sudah membuatmu sehancur ini. Aku sudah bersujud dan minta ampun padamu waktu itu, tapi kamu—”

“Enough!!” Jessica merasakan air mata mengalir di pipinya. “Aku tidak ingin mendengar permintaan maafmu, Deon. Aku hanya ingin kamu tahu betapa dalamnya luka yang kamu buat.”

Deon menatap Jessica dengan tatapan penuh penyesalan. “Aku tidak tahu bagaimana memperbaiki ini, Jessica. Aku benar-benar menyesal.”

Jessica menggelengkan kepalanya, merasa kelelahan dan hancur. “Sudah terlambat untuk itu, Deon. Aku sudah tidak ingin lagi terlibat dalam hidupmu. Aku hanya perlu melanjutkan hidupku dan menyembuhkan diriku dari semua ini.”

Dengan kata-kata terakhirnya, Jessica berbalik dan meninggalkan rumah Deon. Ia merasa ada sedikit kelegaan karena akhirnya bisa menyuarakan kemarahannya, tetapi luka di hatinya masih dalam dan memerlukan waktu untuk sembuh.

Sementara itu, Deon berdiri di sana, terdiam dengan rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi selanjutnya, ia harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya dan bagaimana semuanya mempengaruhi orang-orang yang dia sayangi.

***

Setelah dari rumah Deon, Jessica buru-buru kembali ke kantor untuk meluapkan emosinya lagi pada Noel. Dia merasa kalau lelaki itu sudah tidak terbuka padanya.

Saat masih area kantor, langkah kaki Jessica terburu-buru. Ia langsung menuju ruangan Noel. Dibukanya pintu dan terlihat Noel sibuk dengan tumpukan berkas di atas mejanya.

“Jess?” heran Noel ketika melihat mata sembab Jessica. Jelas sekali sahabatnya itu habis menangis.

“Jujur saja, Noel. Kenapa kamu sembunyikan kehamilan Alesha dariku?” tanya Jessica tak ingin berbasa basi.

Noel berdiri dan mendekati Jessica. Ia tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Ia akan menghadapi kemurkaan perempuan itu.

“Jess, boleh aku bicara dulu?” pinta Noel dengan hati-hati.

Jessica sudah mengepalkan tangannya seolah menahan emosi yang memuncak. “Bicara apalagi? Kamu mau buat alasan apa, Noel?!”

“Kita duduk dulu,” ajak Noel dengan pelan memegang tangan Jessica dan memintanya untuk duduk di sofa.

Dengan napas berat menahan amarah, Jessica menurut. Ia duduk di sofa dan membiarkan Noel memberikan segelas air mineral padanya.

“Minum dulu, Jess,” pinta Noel masih dengan hati-hati.

Jessica menerima gelas air mineral dan meminumnya. Noel sedikit lega karena ketika hati perempuan itu begitu panas, maka solusinya cukup tawarkan air dingin demi meredam emosi walau sedikit.

“Sekarang jelaskan padaku. Kenapa kamu setega ini?” tanya Jessica.

“Aku mau memberitahunya padamu … tapi, aku takut kamu shock dan tidak terima, Jess.”

Jessica tertawa sinis dan tak percaya.

“Kamu tahu darimana, Jess?” tanya Noel pelan dan masih sedikit takut.

“Tadi malam aku bertemu dengan Alesha. Dengan bangganya dia cerita kalau sedang hamil tiga bulan.”

Noel diam saja dan menghela napas panjang.

“Pantas saja kamu tidak bisa menceraikannya dan membiarkan dirimu seperti orang bodoh di mata Alesha,” sindirnya sarkas.

“Aku lakukan itu semua demi kebaikan kita, Jessica.”

“Demi kebaikan kita? Sumpah, itu adalah ide yang buruk!”

“Aku hanya ingin tahu siapa ayah dari bayi yang ada dalam kandungan Alesha,” jujur Noel.

“Bagaimana kalau ternyata itu adalah anakmu, Noel? Kamu akan bertahan sampai kapan?”

“Aku tetap akan menceraikannya ketika dia sudah melahirkan,” jawab Noel dengan tegas.

“Oh ya?” Namun, Jessica justru menatapnya tak percaya.

“Aku tak mungkin menceraikannya di saat dia hamil. Apa kata orang-orang kalau tahu hal itu?”

“Orang-orang tidak mungkin menyalahkanmu ketika tahu bahwa Alesha lah yang sudah berkhianat! Dia yang selingkuh,” kesal Jessica.

Noel memijat pelipis matanya. Ia merasa sangat lelah dengan kasus perselingkuhan istrinya saat ini.

“Noel … percaya sama aku. Kamu harus beritahu Alesha kalau kamu sudah tahu kebusukannya. Jangan biarkan dia terus menertawakanmu di belakang,” saran Jessica.

Noel menatap Jessica dengan tatapan sendu.

“Aku memberikanmu saran sebagai seorang sahabat. Aku benci ketika melihat wajahnya yang tanpa dosa seolah tidak terjadi apapun. Sumpah, aku benci itu!” akunya geram.

Noel mengulas senyum pahit lalu mengangguk. “Baiklah … akan kulakukan, Jess.”

“Aku sayang kamu, Noel … aku nggak mau kamu dianggap bodoh olehnya,” ungkap Jessica tulus lalu memeluk Noel dengan erat. Terus terang saja dia paham apa yang dirasakan Noel saat ini. Pasti sangat berat melewati ini semuanya. Kalau saja Noel tidak memiliki anak seperti Jessica, tentulah sangat mudah untuk berpisah.

***

1
Lomempo112dbe
nice
Lomempo112dbe
sampah dong ya hahaha keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!