Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MISI PENYELAMATAN PART 2
Memanfaatkan kebingungan semua orang, Catharine tanpa banyak kata menebas satu persatu kepala pria berpakaian hitam dengan pedang kesayangannya hingga tubuh mereka jatuh kelantai yang dingin secara bertahap dan hanya menyisakan pria bertopeng perak yang masih terdiam mematung, mencoba mencerna situasi yang ada..
Aura membunuh sangat kental menguar diudara, pria bertopeng perak hanya bisa berdiri mematung menyaksikan Catharine yang bahkan tanpa ragu mengayunkan pedangnya untuk membunuh orang tanpa berkedip.
Catharine tidak memiliki belas kasihan terhadap orang yang mengancam nyawanya karena hanya ada dua kata dalam situasi ini yaitu, membunuh atau dibunuh.
Meski didunia medis tak memandang pasien yang mereka obati namun Catharine memiliki prinsip tak akan menyelamatkan nyawa orang jahat, terutama musuhnya karena menyelamatkan mereka seperti mematik sumbu bom waktu yang siap meledak jika lengah.
Sebelum pria pertopeng perak bereaksi, Catharine segera menebas kedua kaki pria tersebut yang langsung mengaduh kesakitan “Aaarghhh!” sambil bersujud mencium lantai.
Dengan begini maka pria tersebut tak akan lagi bisa kabur untuk melarikan diri dan hanya bisa pasrah menerima nasibnya.
“Apa kamu ingin menginterogasinya?”, baru saja Catharine berucap, pria bertopeng tersebut telah jatuh ketanah dengan mulut berbusa.
Ya, pria bertopeng tersebut memilih bunuh diri sebelum dia mengalami penyiksaan kejam selama masa interogasi membuat Catharine merasa tak senang karena buruannya mati lebih dulu sebelum disiksa.
Catharine yang merasa tak nyaman dengan tubuhnya lengket penuh darah pun segera mengeluarkan satu botol obat dari saku yang tersembunyi di gaunnya.
“Pil ini bisa menghentikan pendarahan. Segera minum satu pil agar pendarahan lukamu berhenti dan berikan satu pil kepada Yang Mulia Raja. Sisanya, kamu berikan kepada para pengawal yang terluka di luar. Aku akan berganti pakaian dulu sebelum mengobati kaki Yang Mulia”, Catharine berkata sambil melempar botol obat yang ditangkap cepat oleh Derreck.
Belum juga Derreck dan Raja Dexter menjawab, Catharine sudah melesat keluar kamar dengan cepat.
Derreck menggenggam botol obat ditangannya sambil menoleh kearah Raja Dexter meminta pendapat.
Dengan bibir bergetar menahan rasa sakit yang mendera, Raja Dexter mengangguk pelan, kali ini dia berusaha untuk percaya penuh kepada Catharine.
Setelah meminum satu pil, dia menyerahkan satu pil kepada Raja Dexter yang langsung ditelan dengan cepat.
Keduanya merasakan tubuh mereka menghangat dan perlahan darah yang keluar dari luka yang ada berhenti seketika.
Derreck yang telah merasakan manfaat dari obat tersebut segera memanggil pengawal diluar untuk memberikan rekan mereka yang terluka dengan pil tersebut.
Pengawal yang datang sedikit bingung menerima botol obat tersebut karena rekan mereka yang terluka hampir semuanya telah mendapatkan pil itu dari Catharine.
“Maksudmu, para pengawal yang terluka telah mendapatkan pil ini dari putri?”, tanya Derreck memastikan.
“Benar Tuan, sebelum putri menerobos masuk, sambil membantu membantai para penyusup, putri memberi pil kecil ini kepada para pengawal yang terluka hingga nyawa mereka bisa terselamatkan”.
Ucapan pengawal tersebut lagi-lagi membuat Derreck dan Raja Dexter tercengang karena tak menyangka jika pada akhirnya mereka terselamatkan oleh wanita yang semula mereka anggap musuh dan ingin segera disingkirkan.
“Cari lagi lebih teliti, dan beri obat ini kepada pengawal yang lolos dari pandangan putri”, ujar Derreck.
“Dimengerti”, jawabnya patuh.
Setelah kepergian pengawal tersebut, Derreck dan Raja Dexter saling bertatapan penuh makna sebelum kursi roda raja perang tersebut Derrect bawa menuju ruang rahasia yang ada didalam kamar agar Raja Dexter bisa beristirahat sementara kamarnya dibersihkan.
Dipavilun belakang, Catharine hanya menatap datar kamarnya yang tampak seperti kapal pecah dan bergegas menuju almari untuk mengambil gaun dan membersihkan tubuh didalam kamar mandi.
Untungnya kondisi kamar mandi masih utuh sehingga dia bisa membersihkan diri dengan nyaman.
“Gaun ini sangat nyaman, untung aku membawa beberapa hasil jahitan Nora sebelum pergi ke ibukota”, gumannya puas.
Catharine yang sedikit tomboy tak menyukai gaun lebar yang biasa dipakai oleh wanita bangsawan dimana selain ribet pemakaiannya, gaun tersebut juga sangat berat karena ada kawat yang digunakan untuk menyangga gaun tersebut agar tetap mengembung lebar ketika dipakai untuk berjalan.
Untungnya ada Nora, adik Lutfi tersebut memiliki keahlian menjahit pakaian sehingga dia bisa membuatkan gaun yang nyaman untuk Catharine pakai sehari-hari.
Setelah selesai membersihkan badan, Catahrine kembali membuka almari yang untungnya juga masih dalam kondisi baik-baik saja dan mengambil semua peralatan medis miliknya dan menempatkannya kedalam kotak tanggung berwarna putih miliknya.
“Untung saja aku membawa persediaan obat dan kain kasa sangat banyak sehingga bisa dipergunakan untuk mengobati mereka nanti ”, gumannya sambil melangkah keluar kamar, meninggalkan kamarnya yang berantakan akibat atap yang ambruk terkena hujan.
Tak ingin kembali basah kuyup, Catharine membawa payung dan berjalan anggun menuju kediaman utama.
Disana, sudah terlihat Derreck menunggunya didepan halaman kediaman utama dan segera mengantarkannya ketempat persembunyian Raja Dexter.
Sebagai praktisi beladiri yang kaya pengalaman, Catharine tak terkejut mengetahui Raja Dexter memiliki ruang rahasia untuk bersembunyi karena gurunya juga memiliki beberapa ruang rahasia yang tersebar dihampir seluruh bagian gedung tempat tinggal mereka sebagai antisipasi untuk kabur ketika musuh mengepung mereka.
Tapi yang membuat Catharine terkejut adalah kenapa Raja Dexter tak masuk kedalam ruangan tersebut ketika para pembunuh mengejarnya hingga pada akhirnya dia hanya bisa pasrah terpojok tanpa bisa melakukan apapun.
Ini karena Raja Dexter yang bodoh atau gimana?
Catharine yang tak bisa menyembunyikan keluhannya pun segera mengungkapkan begitu keduanya bertemu.
“Aku tak mengerti, seorang Raja Perang yang kuat ternyata memiliki istana yang begitu lemah hingga membuat para pembunuh bayaran bisa bebas masuk kapanpun mereka mau, seolah istana ini adalah rumah mereka sendiri. Bahkan ruang rahasia yang dimiliki pun tak bisa dimanfaatkan dengan baik. Saya jadi berpikir, apakah yang ada dihadapan saya ini masih Raja Perang yang terkenal akan kecerdikan dan kekejamannya ataukah....”.
Ucapan Catharine yang sengaja digantung memberikan tamparan diwajah Raja Dexter secara tak langsung.
Kondisi bagian bawah tubuhnya yang masih teramat sakit, ditambah dengan luka sayatan baru di bahu dan dada serta ucapan sang istri yang begitu menusuk membuat wajah Raja Dexter menjadi jelek seketika.
Bukan karena kekurangan pasukan, hanya saja Raja Dexter sama sekali tak mengira dalam dua hari berturut-turut istananya terus diserang tanpa henti oleh pasukan kematian yang kali ini menyerbu dalam jumlah banyak.
Posisi istana Benedict sangat dekat dengan istana kekaisaran, seharusnya insiden sebesar ini dapat mereka ketahui dengan mudah.
Bukan hanya tak ada pergerakan dari dalam istana kekaisaran, bahkan para tentara Benedict miliknya pun telah disabotase sehingga tak bisa datang tepat waktu untuk membantu.
Jika bukan orang kuat yang memiliki kuasa, tentu hal ini tak akan bisa dengan mudah terjadi.
Catharine yang melihat Raja Dexter penuh dengan pikiran segera menepuk pelan bahunya yang langsung berdenyut nyeri ketika tertekan, membuyarkan lamunan yang ada.
“Apa yang kamu lakukan! Apa kau ingin membunuhku!”, teriak Raja Dexter galak.
Ucapan tersebut sebagai bentuk peralihan atas rasa sakit yang Catharine timbulkan kepadanya lewat tepukan tadi yang sayangnya pengalihan tersebut bisa diketahui oleh Catharine dengan mudah.
Dengan senyum mengejek dibibirnya, “Apakah kamu ingin menangis? ”, ucap Catharine dengan nada mengejek.
Melihat wajah Raja Dexter mulai menggelap, bukannya berhenti, Catharine semakin tergoda untuk mengusilinya.
“Hari ini, mataku benar-benar terbuka. Seorang Dewa Perang menangis hanya karena luka sekecil ini. Jika musuh tahu, bukankah ini akan menjadi lelucon! Seorang dewa perang yang telah banyak menghabisi musuh dimedan perang dan membuat kekaisaran lain ketakutan ketika mendengar namanya ternyata hanyalah seorang pengecut yang takut dan tersiksa oleh luka sekecil ini”, semua ucapan yang Catharine layangkan sarat ejekan, membuat wajah Raja Dexter semakin gelap dan aura pembunuh menguar kuat di udara.