Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
Aira, Zavina terkejut saat melihat Fadli, Arga, Daren, Arya serta para angota Pendora dan juga Black Tiger ada di sana.
"Pak Arga kok juga ada di sini?", tanya Zavina sambil menunjuk ke arah Arga.
Sedangkan Zahra belum melihat kearah mereka karna dia masih asik dengan ponselnya.
Arga yang mendengar pertanyaan dari Zavina hanya mengerutkan kening tanpa menjawab.
Kenapa mereka ada dua?, gumam Aira saat melihat tatapan permusuhan yang Zavina tunjukkan untuk arga.
Zahra baru saja berbalik setelah selesai pada ponselnya di buat terkejut saat melihat Arga yang berdiri dengan tatapan datar di wajahnya, Pria yang tadi siang ternyata tuan muda Dewangga, ucap Zahra menatap Arga dengan intens.
Saat mereka sedang saling debat, tiba-tiba salah satu anak buah Zero mengabarkan bahwa club di serang, sontak mereka semua siap siaga Aira memberi kode kepada Zahra dan Zavina agar keduanya terlihat seperti gadis biasa jangan sampai ada yang mengetahui keahlian mereka.
"Ga tolong jaga kedua adik ku, aku dan yang lain akan menangani sekelompok kecoak busuk yang ada di luar", ucap Zero pada Arga.
"Baiklah", sahut Arga sambil mengeluarkan pistol dari balik jaket.
"Zah, Zav kalian berdua tetap lah disini, ingat jangan gegabah", ucap Aira lalu dia ikut keluar bersama Zero dan yang lain.
Pertempuran sungguh sengit, kedua kubuh terus saling menyerang tapi untuk saat ini kubuh Zero lah yang lebih unggul.
"Black Fiter", ucap Arya saat dia berhasil melumpuhkan salah satu angota dari musuhnya.
Setelah 1 jam merek bertempur akhir keadaan kembali kondusif, bergegas mereka kembali ke ruangan Mawar ruang VVIP khusus.
"Kalian gak apa-apa?", tanya Arya pada kedua adiknya.
"Gak", jawab keduanya.
"Kalian pergi kesini tanpa sepengetahuan kami! Bahkan tanpa pengawal", ucap Fadli pada keduanya.
"Ya maaf mas! Tadinya kita nongkrong di cafe tapi mbak Ai ajak kesini jadi ya udah deh", sahut Zahra.
Tinggg.... Warning!
Zavina langsung mengotak atik ponselnya hingga dia melihat nomor ponsel sang papa berada di sekitar area club.
Gawwaaatttttt.... Teriak Zavina, sontak mereka semua terjingkat kaget.
"Apaan sih Zav, teriak-teriak", sahut Aira kesal.
"Zah kita dalam masalah?", ucap Zavina pada Zahra, Zahra yang merasa bingung langsung merampas ponsel Zavina, matanya sontak melotot saat melihat tanda yang ada di sana.
"Whaatttt....!! Bukannya papa masih ada di Bali?", kali ini Zahra lah yang berteriak sehingga membuat Fadli dan Arya menatap keduanya dengan tatapan menusuk.
"Gak usah natap gitu juga bag/mas! Toh kalian juga bakal kenak", ucap keduanya santai mereka sudah pasrah dengan keadaan.
Tok tok... Zero langsung membuka pintu dia kira yang mengetuk adalah anak buahnya tapi siapa sangka pikiran Zero ternyata salah.
Glekkkk.... Mati lah!, gumam Zero sambil menatap pria berbadan tegap di depannya.
Deggg... Deggg....
Bukan hanya Zero tapi ketiga wanita serta dua pria lainnya juga menunduk takut, mereka hanya bisa menghela nafas sekarang...
Pasrah aja lah kalok sudah begini, batin ke tiganya.
Tamatlah udah😔😔😔, batin keduanya berucap.
*******
Di masion Wijaya..
Kini ke tiga gadis dan 3 pria sedang duduk sambil menunduk, ke enamnya sedang di introgasi.
"Papa hanya pergi 3 hari dan kalian sudah berani berbohong bahkan sampai berani main ke club", ucap Ardi pada twins Z.
Keduanya hanya menunduk sebab mereka memang bersalah, mereka berdua sadar sang Papa memang protektif pada mereka sehingga keduanya memilih diam saat Ardi sedang dalam mode singa.
Ardi sendiri bukan ingin membatasi keduanya, tapi rasa takut kehilangan membuat Ardi begitu protektif pada kedua putrinya, Jika bukan karna Tody yang memberitahu mungkin Ardi tak akan pernah tau, kalau kedua anaknya sering datang ke club milik Leo yang di pengang oleh Zero saat ini.
"Kalian juga Paman menitipkan meraka pada kalian, tapi bisa-bisanya kalian tidak melaporkan pada paman kecewa pada kalian", ucap Ardi penuh kekecewaan.
"Maaf om/maaf Pa!", ucap mereka serentak.
Tanpa berkata Ardi pergi meninggal kan ruang tamu, sedari tadi Opa Andi dan Oma Gepi hanya diam mereka juga kecewa bisa-bisanya kedua cucunya membohongi mereka. Sebenarnya kemarahan mereka bukan karna Zahra dan Zavina yang pergi ke club tapi mereka kecewa karna keduanya pergi dengan cara kabur lewat jendela, hal itu jelas membuat keduanya merasa kecolongan.
Flasback....
Ardi yang baru sampai di bandara Soekarno Hatta berniat langsung menuju masion Wijaya dia sangat rindu pada kedua buah hatinya, tapi saat di perjalanan Ardi mendapat telfon dari Toby. Toby tak sengaja melihat Zahra dan Zavina serta Aira yang masuk ke club Bintang, awalnya Tody tak ingin melapor karna dia tau ada Zero disana pastilah ketiga gadis itu akan baik-baik saja, hingga tiba-tiba club di serang dan saat itu juga Toby langsung menelpon Ardi sebab dia tau bahwa sang bos malam sudah dalam perjalanan pulang menuju Jakarta.
Ardi sendiri sudah merasakan cemas bahkan dia tak mampu berpikir jernih, dia takut jika kedua putrinya terluka dia ingat betul bagaimana dulu dia berjuang untuk kesembuhan Zeta, tak terasa Ardi samapai di club milik Zero dia langsung menemui Toby dan keduanya langsung menuju ruangan Mawar.
Flasback off.
Pagi harinya suasana masih terasa sunyi hingga kedua gadis itu memberanikan diri memulai percakapan.
"Pa! Maafin kami", ucap keduanya sambil tertunduk. Melihat Ardi yang tidak juga merespon ucapan keduanya membua Zahra jengkel dengan tatap memberi kode pada Zavina keduanya beranjak pergi tanpa menghiraukan Ardi bahkan Oma dan Opanya pun mereka abaikan.
Ardi yang melihat itu ingin mengejar tapi dia masih merasa kecewa pada kedua putrinya, hingga suara geberan motor sport membuat Ardi kalang kabut, tapi sudah terlambat kedua gadis itu sudah melaju kencang meninggalkan masion Wijaya.
Bruuuummmm....
Ardi yang mendengar suara motor di gas dengan suara kencang sontak langsung berdiri dan berlari menuju teras tapi sayang dia hanya bisa melihat kedua motor yang sudah keluar melewati gerbang menuju jalan raya.
"Siapa yang pergi mengunakan motor", tanya Ardi pada salah seorang penjanga. Sebenarnya dia sudah tau jawabannya hanya saja saat ini dia sedang merasa kesal sehingga dia bertanya hanya untuk mengurangi kekesalan di hatinya.
"Nona Zahra dan nona Zavina tuan", jawab pengawal itu.
Ardi hanya bisa menghela nafas ternyata kedua putrinya malah berbalik marah kepadanya.
Bukannya seharusnya aku yang marah ya? Kok malah jadi mereka yang marah?, gumam Ardi dalam hati. Dia hanya bisa menghela nafas panjang saat ini untuk menghilangkan rasa cemasnya.
"Ada apa Ar?", ucap meraka serempak.
"Ara dan Vina pergi mengunakan motor", ucap Ardi sambil menghela nafas berat.
"Bukannya biasa ya Om!", sahut Arya dari arah samping, pemuda itu juga sedang bersiap akan berangkat ke kampus.
"Maksudnya?", ucap Ardi dengan bingung.
" Bahkan mereka bukan hanya mengendarai keduanya sering ikut balapan bersama mbak Aira dan bang Zero"
"Oh... Ya Om satu lagi nanti malam Om datang aja ke alamat ini, Om akan lihat semuanya", jawab Arya lalu beranjak pergi.
Sedangkan kedua gadis itu kini telah sampai di kampus mereka berdua langsung berpisah sebab gedung jurusan mereka berbeda.
"Zav di panggil pak Arga keruangannya, katanya ada tugas untuk kelas TIK", ucap seorang gadis berambut pendek.
Huhhfff... "Baru juga duduk udah ada aja yang ganggu", gumam Zavina tapi dia tetap melangkah pergi menemui Arga.
Beda Zavina beda pula dengan Zahra, entah apa yang terjadi tapi saat ini Zahra sedang beradu mulut dengan seorang pria keduanya tak sengaja bertabrakan tadi dan berakhir Zahra jatuh sedang kan pria itu hanya diam tanpa menolong.
"Aduh.... Gila siapa sih yang letakin tembok disini?", ucap Zahra emosi. Dia yang sedang buru-buru tak fokus pada sekitar hingga dia berakhir bertabrak kan dengan Arga.
Arga yang menjadi korban tabrak hanya diam mematung, dia merasa gemas melihat Zahra yang sedang asik mengomel, Arga sendiri seaakan tersihir dia berdiri mematung sambil matanya terus menatap lurus kearah bibir Zahra yang sedang mengomel.
"Dasar gak punya hati bukannya nolongin malah bengong kayak patung", ucap Zahra kesal.
Arga hanya tersenyum tipis melihat Zahra yang sedang emosi, entah mengapa dia malah senang saat gadis itu terus saja mengomel.
Karna sudah terlanjur kesal dengan Arga yang terus bengong, membuat Zahra emosi dia membuat ancang-ancang dengan menendang tulang kering kaki milik Arga dan hal itu sontak membuat Arga langsung berteriak karna merasakan sakit pada kakinya.
"Awww....", teriak Arga, Zahra yang mendengar itu sontak berlari sambil berucap " Emang enak, makanya jangan ngeselin..wellkkk🤪🤪🤪", teriak Zahra lalu dia pergi menuju lapangan kampus..
Sakit juga tendangannya, kecil-kecil ternyata bar- bar, gumam Arga. Lalu dia pergi menuju ruangannya.