cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Oh, begitu, lalu, gadis yang bersamanya harus kehilangan ibunya saat masih kecil, sungguh sangat di sayangkan" ucap pria itu yang memasangkan baut pada kipas angin.
"Aku pikir keluarga kita, yang tidak lebih baik, dan hal itu benar-benar sangat di sayangkan" ucap wanita itu menyambar plastik pembungkus vas bunga yang berada dimeja, meremasnya serta membuangnya di tempat sampah dengan kasar.
Mendengar hal tersebut, pria itu terdiam sesaat, lalu mencoba mengalihkan perhatian sang istri.
"Sayang, lihatlah, kipas anginnya, sudah dirakit, coba kamu gunakan, biar tidak kepanasan" ucap pria itu bergegas menyambungkan kabel colokan pada listrik.
"Nah sudah, cobalah, pilih angka yang tertinggi" sahutnya lagi sambil mengarahkan kipas angin tersebut pada istrinya.
"Bagaimana, sudah sejukkan" ucapnya tersenyum kemudian menghela nafas pelan.
"Sayang, kita baru saja pindah disini, dan selesai beres-beres, kamu pasti capek, sekarang istirahatlah dan jangan berfikir yang berlebihan, aku akan pergi ke kantor sebentar untuk urusan perpindahan mutasi kerja, dan akan pulang, setelah semua selesai" ucap pria itu pada sang istri
"Nanti kalau pulang belikan bebek goreng kesukaan Rangga" pinta wanita itu.
"Pasti" jawabnya kemudian berlalu menuju kamar mandi untuk mandi terlebih dahulu agar lebih segar setelah itu pergi ke kantor.
"Rangga" panggil bu titin pada putranya
"Iya, ma, sebentar" jawab Rangga yang berada di dalam kamar barunya.
Saat semua orang berlalu lalang, memindahkan semua barang, Rangga hanya duduk diam dalam kamar, sesekali membantu orang membersihkan dan merapikan barang-barang yang masuk di kamarnya dan saat mendengar panggilan dari sang mama ia bergegas memasukkan sebuah album foto kenangan dirinya bersama keluarga kecilnya dimana didalamnya ada foto sang adik diwaktu masih hidup.
Album tersebut ia masukkan dalam sebuah kardus dan secepat mungkin dimasukkan dalam lemari dan langsung menguncinya, sebelum sang mama masuk dalam kamarnya.
"Iya, ma, aku baru saja selesai merapikan meja" jawabnya beranjak berdiri dan membelakangi lemari.
"Apa yang kamu masukkan tadi" tanya wanita itu, setelah tau bahwa putranya tampak tergesa-gesa menutup lemari.
"tidak ma bukan apa-apa, aku hanya memasukkan komik milikku dalam lemari" jawabnya gugup.
"Minggir, biar mama pastikan kalau itu benar komik" ucapnya sambil meletakkan tas ransel yang dibawanya, tas ransel itu berisi baju Rangga, wanita itu kemudian melangkah hendak menuju lemari untuk membukanya, namun Rangga masih mematung dan enggan beranjak dari tempatnya.
"Rangga" ucap wanita itu memberi tanda agar putranya segera menyingkir.
Rangga menghela nafas dan tetap berdiri membelakangi lemari miliknya.
"Minggir" perintahnya tegas.
Rangga pun menyingkir dan membiarkan sang mama membuka lemarinya.
Setelah membuka lemari betapa terkejutnya bu titin, ia langsung menumpahkan air matanya, kala melihat mainan anak-anak dan album foto keluarga kecilnya dimana ada anak perempuan kecil dalam gendongan sang mama.
Ya, anak perempuan yang dalam gendongan itu adalah adik Rangga, yang sudah meninggal akibat sakit yang di deritanya.
"apa ini?.. apa ini yang namanya komik?" ucap bu titin sambil menahan air matanya.
"Ma, maaf, aku sudah berbohong" ucap Rangga sambil menunduk.
Karena tidak sanggup untuk berkata-kata lagi dan tidak sanggup jika harus terus mengingat putrinya yang telah tiada, bu titin kemudian mengambil foto kenangan itu lalu merobeknya dan mengambil mainan anak-anak itu lalu bergegas keluar rumah untuk membuang semua kenangan itu, ditempat sampah yang berada di pinggir jalan depan rumahnya.
"Bibi" panggil jihan lalu menghampiri bu titin yang hendak masuk kembali dalam rumah setelah membuang album kenangan dan mainan anak-anak dalam tempat sampah.
"Kamu, anak pemilik warung mi ayam itu bukan!" ucapnya pelan.
"Iya, bibi, apa kak Rangga ada di rumah" tanya gadis itu polos.
"Kenapa kamu mencarinya" tanya wanita itu.
"Aku membelikan es krim untuknya" jawabnya menunjukkan es krim yang dibawanya.
"Terimakasih dan tidak perlu, dia tidak suka es krim" jawabnya ketus, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu seorang diri.
Jihan mengurungkan niatnya untuk memberikan es krim itu, lalu ia menoleh dan mendekati tempat dimana mamanya kak Rangga membuang sesuatu di tempat itu.
Menjelang malam hari, lampu-lampu disetiap rumah, sudah mulai dinyalakan.
Dirumah keluarga Jihan, seperti biasa, pak lian membuatkan menu makan malam untuk dirinya dan putri kecilnya.
"Jihan, waktunya makan" ucap pak lian memanggil putrinya untuk makan malam.
"Jihan hari ini kita makan, dengan lauk sate ayam kesukaanmu" ucap pria itu lagi.
Karena tak kunjung datang, ia mencoba menghampiri putrinya yang mungkin masih berada di kamarnya.
"tok,, tok,, tok,,, Jihan waktunya makan" sahutnya langsung membuka pintu kamar mengajak putrinya untuk makan malam terlebih dahulu.
"Ayah" panggil gadis itu.
"Ada apa nak" tanya pria itu menghampiri putrinya yang terlihat mengotak-atik sesuatu di kamarnya.
"Ayah, sepertinya kak Rangga punya adik" ucap gadis itu menunjukkan lembaran foto yang telah robek menjadi beberapa bagian.
"Dari mana kamu mendapatkan ini" tanya pria itu.
"Dari mamanya kak Rangga, tadi ia membuangnya dan ada juga mainan yang banyak sekali, jadi aku mengambilnya" jawab gadis itu sambil menunjukkan kardus yang berisi mainan.
"Astaghfirullah, nak, ini sudah dibuang, kamu tidak boleh mengambilnya, lebih baik dibuang saja, nanti ayah akan membelikan mainan yang baru untukmu" ucap pria mengambil kardus berisi mainan dan hendak membuangnya kembali.
"Jangan ayah, ini semua sudah kuambil dan menjadi milikku sekarang" ucap jihan merebut kembali kardus dari ayahnya.
"Jihan, sini, dengarkan ayah, kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain yang sudah dibuang apalagi ini milik adiknya" sahut pak lian menjelaskan.
"Kenapa tidak boleh diambil ayah" tanyanya.
"karena mereka tidak ingin mengingatnya kembali dan Rangga sekarang sudah tidak punya adik lagi" jawab pak lian datar.
"Apa ini sama seperti ibuku, dia sudah meninggal" ucap gadis itu.
"Mungkin saja, bisa juga saat ini dia sedang bermain di kolam susu menjadi peri yang cantik" jawab pria itu sambil tersenyum.
"Lalu, apakah ibuku akan kembali ayah" tanyanya
"Tidak, nak, ibu tidak akan kembali, dia akan tinggal di sana selamanya untuk menjadi peri, tapi, tidak apa-apa sayang, suatu saat nanti kita semua pasti akan kesana dan berkumpul kembali dengan kelurga yang kita sayangi" ucap pak lian menjelaskan.
"Berapa lama kita akan kesana ayah"
"Hem,, mungkin sampai kamu sudah menjadi nenek-nenek, atau mungkin juga sampai kamu menjadi buyut hingga kamu hanya bisa berjalan dengan membungkuk" sahutnya tersenyum sambil mencolek hidung Jihan yang terus-menerus bertanya.
"Oh begini, seperti ini ya, tahu goreng, tahu goreng, hei anak muda apakah kamu mau beli tahu goreng" ucap jihan sambil memperagakan nenek-nenek yang berjalan dengan membungkuk.
Ditunggu komentarnya.