Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Maksudnya?
Alsava kini sedang duduk di depan meja Gerald. Di sampingnya ada kekasihnya yang datang dan membawa masalah untuknya sekarang.
Tidak jauh dari mereka. Beberapa anggota osis sedang menatap ke arah Alsa dan Digo yang jelas akan mendapat hukuman. Sedangkan Gerald memilih untuk mengetik sesuatu di komputernya. Setelah selesai menatap ke arah Alsa tanpa ekspresi.
"Belum juga kelar masalah kemarin, eh udah bikin yang baru lagi! dasar nggak tahu malu," sindir Ninda membuat Alsa memanas.
Alsa mengepalkan tangannya kuat. Menahan agar emosinya tidak meledak, tetapi mulut lemes Ninda memang harus diberi pelajaran.
Gerald menatap Alsava yang duduk di sebelah kekasihnya. Entahlah Gerald enggan untuk menanyakan namanya. Karena menurutnya memang tidak penting.
"Ini buat lo," ucap Gerald membuat Digo menautkan kedua alisnya bingung.
Digo mengambil kertas yang tadi Gerald serahkan. Lalu tersenyum mengejek melihat tulisan yang tertera.
"Nggak usah pakai kertas alay kayak gini, gue ke sini bukan mau nyulik Alsa, tapi karena gue pacarnya dan gue kangen sama dia," jelas Digo tanpa tahu malunya.
Semua anggota osis yang berada di sana terkejut dengan jawaban cowok yang datang dari sekolah lain itu. Dia tidak di undang tapi berani sekali mencela anggota osis yang bukan di sekolahnya.
Alsa sendiri juga kesal dan risih mendengar penuturan Digo tadi. Apa lagi mengingat penghianatan Digo kemarin. Mendengar Digo mengatakan kangen tentu saja itu hanya sebuah omong kosong belaka.
"Kalau gitu lo boleh keluar sekarang! dan tunggu hukuman yang diberikan oleh anggota osis lo," jelas Gerald terjeda.
"Gue malas buang-buang waktu gue di sini buat siswa yang tidak gue kenal sama sekali, tempat lo bukan di sini jadi silahkan lo pergi sekarang," lanjut Gerald masih dengan wajah datarnya.
Pembawaan Gerald memang selalu tenang. Apa lagi untuk anak tengil seperti pacarnya Alsa. Jelas Gerald malas untuk berurusan. Biarkan anggota osisi di sekolahnya yang akan memberi hukuman untuk cowok tengil yang tidak di undang kedatangannya.
"Heh.. Oke gue akan pergi, dan Al sampai ketemu nanti ya.. gue jemput lo di depan," jawab Digo seraya pamit dengan Alsava yang masih duduk diam di tempatnya.
"Heh.. dasar cewek murahan," gumam Ninda lagi, tetapi Alsa dapat mendengarnya.
"Digo!!" panggil Alsa kencang.
Digo menghentingka langkahnya. Menoleh ke arah Alsa dengan senyum yang sangt tampan. "Apa sayang?" tanya Digo menatap Alsava.
"Kita putus!" jawab Alsava membuat semua orang yang di sana terkejut. Begitu juga dengan Digo.
Digo jelas tidak terima diputuskan oleh Alsa begitu saja. Apa lagi di depan ketua osis yang terlihat sangat menyebalkan itu.
Ninda menutup mulutnya tidak percaya. Menurut Ninda pacar Alsava sangatlah tampan. Hanya saja sikapnya yang tengil membuatnya terlihat kurang berwibawa. Jika dibandingkan dengan Gerald memang masih tampan Gerald. Tetapi memiliki pacar dari sekolah lain yang merupakan *most wante*d sangatlah mengagumkan. Ninda pikir Alsa hanya sedang pamer saja di depannya dan teman-teman osisinya.
Lihat aja sampai rumah juga lo bakal nangis-nangis Batin Ninda menatap Alsava tidak suka.
"Gue nggak mau." Digo pergi begitu saja setelah mengatakan itu.
Alsa kembali mengepalkan tangannya kuat. Sialan sekali Digo pergi begitu saja.
"Duduk," suara perintah dari Gerald yang menyuruhnya untuk kembali duduk.
"Kalau dia nggak datang, gue nggak bikin kesalahan hari ini, gue datang tepat waktu," ucap Alsa yang sudah jengah berada di ruangan Gerald.
"Iya tapi lo nya itu samperin dia, dan mes*m di belakang gedung, sama aja bege!" timpal Ninda yang sengaja ingin mempermalukan Alsava.
Alsa tersenyum miring. Dia menatap Ninda yang sedang menatapnya angkuh. "Bilang aja iri karena nggak ada cowok yang mau sama lo," balas Alsa membuat emosi Ninda naik.
"Lo!" kesal Ninda seraya berniat untuk menghampiri Alsava.
"Diam kalian semua!" gertak Gerald membuat Ninda dan Alsa terdiam takut.
Mata Gerald menatap tajam Alsa. Jujur saja ada rasa marah melihat tadi Alsa sedang bersama dengan cowok lain. Bukan karena cemburu tetapi sebagai calon istri harusnya Alsa sudah memutuskan hubungannya dengan pacarnya. Bahkan pernikahan mereka juga sudah dimajukan karena permintaan dari kedua orang tua Alsava.
"Ninda lo keluar dulu," suruh Gerald membuat Ninda menatal Gerald tidak percaya.
"Tap-" kalimat Ninda sudah terpotong.
"Tidak tapi-tapian. Dan kalian semua juga keluar sekarang!" ucap Gerald tenang tetapi penuh dengan penekanan.
Semua anggota osis akhirnya keluar dari ruangan itu. Termasuk juga Abim. Jiak Gerald sudah marah seperti sekarang ini, tidak ada lagi yang berani dengannya.
Sebelum pergi Ninda sempat melirik ke arah Alsa tidak suka.
Dan kini hanya ada Gerald dan Alsava saja di ruang osis. Gerald menatap Alsa datar dengan ekspresi yang susah di tebak. Sedangkan Alsa tampak bersikap biasa saja. Bahkan dia memainkan kuku jarinya dengan santai di depan Gerald.
"Gue ikut mereka keluar nggak?" tanya Alsa santai.
"Silahkan," jawab Gerald tidak kalah santai.
Alsa sempat menoleh ke arah Gerald sebentar. Lalu beranjak dari duduknya. "Oke,"
"Tapi gue bakal bilang semua kejadian ini sama orang tua lo," ucap Gerald santai tetapi terdengar seperti ancaman untuk Alsa.
Alsa menghela napasnya kasar. "Gue nggak peduli," jawabnya kembali berniat untuk keluar.
"Dan bisa saja rencana itu di percepat kalau ortu lo tahu kelakuan lo tadi," lanjut Gerald membuat Alsa akhirnya menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah Gerald yang masih duduk santai di kursinya.
"Apa mau lo? bilang jangan basa-basi!" kesal Alsa merasa dipermainkan oleh Gerald.
Gerald bersandar di kursinya. Kedua tangannya bersikedap di dadanya. Lalu menatap Alsava yang kini sedang menatapnya tajam.
"Jauhi cowok itu!" suruh Gerald membuat Alsava tertawa mengejek.
"Lo lihat sendiri dong tadi, gue aja udah coba buat putusin dia, dan lo dengar sendiri kan jawaban dia apa? dia nggak mau putus dari gue," jelas Alsa sengaja memancing amarah Gerald.
Alsava kesal karena harus dijodohkan dengan si ketos alay. Dia masih belum menerima meskipun setatus mereka sudah bertunangan. Bagi Alsa itu hanya sebuah setatus saja.
Gerald berdiri dari duduknya. Menghampiri Alsa yang sedang berdiri dengn angkuhnya. Semakin dekat tubuh Gerald membuat Alsava terkejut. Alsa menatap Gerald dengan sedikit takut. Karena jarak diantara mereka kini sangat tipis, bahkan seragam sekolah mereka saja hampir bersentuhan.
"Oke kalau gitu, lo bebas lakuin apapun sesuka hati lo," bisik Gerald menatap Alsava dengan tatapan yang susah diartikan.
"Tapi jangan salahkan kalau gue juga deket sama cewek lain," lanjut Gerald lagi, dia menatap Alsava sebentar. Lalu pergi dari ruangannya meninggalkan Alsa sendiri yang masih berdiri mematung.
Sebenarnya kasian si Naya tapi karena kenekatannya dan jadi cewek yg Lemah,Aku gak suka..