NovelToon NovelToon
Regresi: Psikopat Membalas Dendam

Regresi: Psikopat Membalas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Penyelamat
Popularitas:44.3k
Nilai: 5
Nama Author: KOHAPU

Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.

"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.

Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.

"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.

*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.

Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.

Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.

"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"

"Aaggh!"

"Adios!"

Dor!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Abnormal

Gilberto, satu tahun dari sekarang akan membunuh ketiga anak angkat dan istrinya. Sedangkan Luna yang tinggal terpisah, membalas dendam, meminta bantuan Alex untuk menghabisi Gilberto. Itulah yang terjadi sebelum waktu terulang.

Bagaimana Luna dapat menempel pada Alex, dengan mudahnya dimanfaatkan. Bahkan rela mati untuk Alex? Bukankah Luna sudah gila? Akhir hidup seorang Luna adalah mati di tangan Alex setelah dianggap tidak berguna.

Hal yang tidak dimengerti oleh Eric. Mungkin satu hal yang terpenting baginya. Merekrut Luna untuk masuk ke dalam perusahaan yang akan didirikan olehnya. Bagaimana ahli strategi yang licik dapat membantunya membuat perusahaan raksasa, itulah fungsi ratu penipu masa depan (Luna).

Membuka bagasi mobilnya, meletakkan bahan makanan untuk Luna, ibunya dan ketiga adiknya bertahan hidup. Sebagai bos yang baik memperhatikan kesejahteraan karyawan adalah hal yang utama.

Setelah meletakkan di depan pintu. Eric segera melajukan mobilnya. Memakai cara kasar, mungkin itu akan dilakukan olehnya.

"Jika Gilberto tidak ada di hidup Luna, maka tidak akan ada parasit yang menempel di kaki teman baruku." Ucap Eric tersenyum, sesekali bersenandung.

Berjanji pada-Nya tidak akan membunuh orang lagi di kesempatan kali ini. Agar dapat melihat kakaknya dan Foline bernapas.

Lalu apa yang akan dilakukan orang gila ini?

*

Melangkah sempoyongan, sesekali tertawa. Kecanduan berat terhadap alkohol, melewati jalanan sepi. Hanya beberapa lampu jalanan sebagai penerangan.

Siluet seseorang melewati pepohonan terlihat. Gilberto memincingkan matanya, kembali melangkah masih memegang botol Vodka.

Boneka salju yang indah, dengan hidung yang terbuat dari wortel. Terlihat di ujung jalan entah siapa yang membuatnya.

Brak!

Gilberto yang tengah mabuk menendang boneka salju, hingga bagian kepalanya terlepas, kemudian kembali melangkah.

"Boneka saljuku!" Teriak seorang pemuda, terlihat polos tidak bersalah, membawa ember besi yang mungkin akan dijadikan topi untuk boneka salju."Kenapa kepalanya lepas, boneka saljuku..." gumamnya, memeluk tubuh sang boneka salju tanpa kepala.

Sedangkan Gilberto hanya tersenyum melangkah mencibir, menghina."Dasar kekanak-kanakan."

Derap langkah di atas salju. Seperti ada predator yang mengintai. Seperti ada yang mengikutinya. Menelan ludah, kala Gilberto melihat ke belakang, pria itu mengernyitkan keningnya.

Pemuda yang membuat boneka salju (Eric) mengikutinya. Tersenyum tidak normal, memberikan kesan mengerikan yang gila."Paman, kepala boneka saljuku lepas." Keluh Eric.

"Buat lagi! Itu hanya boneka salju tidak berarti." Gilberto kembali melangkah sempoyongan.

"Paman, mau bermain denganku?" Tanya Eric masih mengikutinya.

"Tidak! Dasar sampah!" Kembali umpatan terdengar.

"Paman, kita bermain petak umpet, eh... tidak kita main boneka salju." Eric berfikir memberikan usul. Matanya menelisik, semakin jarang pemukiman si tempat ini. Semakin sedikit pula CCTVnya. Menyenangkan... mengikuti dan bermain dengan paman ini.

"Pergi sana!"

Prang!

Karena emosi, Gilberto melempar botol Vodka. Lemparan yang hampir mengenai kepala Eric, andai saja Gilberto tidak mabuk, dan Eric tidak menghindar.

"Oh! Kita main perang bola salju ya paman?" Ucap Eric tersenyum seenaknya mengambil kesimpulan.

"Br*ngsek!" Teriak Gilberto.

Tapi.

Prang!

Kali ini ember besi dilemparkan Eric tepat mengenai kepala Gilberto. Rasa sakit di kepala begitu menyengat.

Darah? Gilberto memegangi kepalanya, darah menetes dari luka kecil akibat ujung ember besi.

"Ah...aku lupa, Popo, nama boneka salju kesayanganku terluka karena paman. Aku ingin meniru bentuk lukanya. Bagaimana jika kita bermain dokter-dokteran. Aku menjadi dokter bedah dan paman menjadi pasien. Nanti aku akan mencoba membuat luka yang dialami Popo pada tubuh paman." Kalimat tanpa rasa bersalah, ancaman pembunuhan nyata.

Gilberto gemetar mengingat kepala boneka salju yang terlepas akibat tendangannya. Darah akibat lemparan Ember besi juga masih menetes dari kepala ke pelipis hingga bagian pipi Gilberto.

"Paman, kebetulan aku membawa pisau bedah. Persis sama seperti milik ayahku. Kita main dokter-dokteran ya?" Tanya pemuda rupawan, begitu tampan, terlihat tidak berdaya namun tersenyum mengerikan.

"Ka...kamu sudah gila!" Kaki Gilberto gemetar, dirinya panik kali ini.

"Mana ada aku hanya ingin ber...ma...in..." Eric melangkah mendekatinya. Bersamaan dengan itu Gilberto berlari. Nyawanya benar-benar terancam. Naluri bertahan hidup yang kuat.

Bagaikan seekor rusa yang melihat wujud nyata seekor T-rex. Bahkan berhenti untuk menghubungi polisi? Dirinya tidak dapat melakukannya sama sekali. Tidak terfikirkan, yang terpenting adalah bertahan hidup. Mengingat lokasi rumahnya yang sudah dekat.

Hingga pada akhirnya rumahnya terlihat.

Brak!

Brak!

Brak!

Beberapa kali Gilberto mengetuk pintu dalam kepanikan. Memanggil nama istri dan anak angkatnya.

Matanya melirik ke belakang. Pemuda itu melangkah semakin dekat. Semakin dekat dengan rumahnya, masih memegang pisau sembari tersenyum.

"Buka!"

Teriakannya, bertepatan dengan Luna yang membuka pintu. Gilberto kembali melirik ke arah belakang. Namun, keberadaan pemuda yang mengikutinya menghilang. Pemuda yang semula berdiri di dekat kotak surat kini tidak ada.

Memasuki rumah, menutup pintu kemudian menguncinya. Mengira nyawanya sudah selamat. Menelan ludah berkali-kali orang tadi, benar-benar tidak waras.

Menatap kesal ke arah Luna dan Rose, karena mereka yang terlalu lama membuka pintu, dirinya hampir mati.

Meraih tongkat baseball, benar-benar geram pada dua wanita pembuat masalah ini.

Namun, kala hendak mengayunkan tongkat baseball. Area lehernya terasa dingin, bagaikan menyentuh besi tajam. Hawa dingin masuk dari jendela samping yang terbuka.

Suara mengerikan itu terdengar lagi."Paman... kenapa lari? Bukankah kita tidak bermain kejar-kejaran? Kita sedang bermain dokter-dokteran."

Tersenyum menyeringai tanpa rasa bersalah. Bahkan sedikit mata pisau mengenai lehernya. Darah menetes ke lantai, rasa takut menyebar di seluruh syaraf nya. Orang ini dapat membunuhnya dengan mudah, seperti menggambar garis menggunakan crayon.

"Lepaskan a...aku! Apa maumu?" Ucap Gilberto gugup, tidak berani bergerak sedikitpun.

"Luna, apa kamu begitu menyayanginya?" Pertanyaan Eric, tanpa diduga oleh mereka.

"Luna! Suruh dia melepaskan ayah! Dasar anak sial!" Teriakan penuh kemurkaan dari Gilberto.

"Ka... kamu, maksudku Eric. Tolong lepaskan dia." Pinta Luna pelan menelan ludah.

Eric berfikir sejenak, bukankah alasan Luna begitu penurut pada Alex, karena Alex membantu menghabisi Gilberto? Eric terdiam sejenak kemudian tersenyum.

"Paman, Popo (boneka salju) sudah mati. Jadi paman harus menemani Popo. Tapi karena aku adalah teman Luna, bagaimana jika ada pilihan lain." Ucap Eric melepaskan pisau dari leher Gilberto.

Kala Gilberto hendak melawan. Dengan mudah dijegal, ditendang, dirobohkan olehnya. Menarik rambutnya, sembari menginjak tubuhnya.

"Aku bukan suami yang baik. Tapi setidaknya aku tidak pernah melukai istriku secara fisik. Bibi (Rose) pincang karenamu kan? Tandatangani ini, maka aku akan membiarkanmu hidup." Dua lembar kertas dilemparkan ke lantai. Tepat di hadapan Gilberto.

Isinya? Surat perceraian dan perjanjian tidak akan menuntut hak asuh dari keempat anak angkatnya.

"Hubungi polisi bodoh!" Teriak Gilberto pada putrinya.

Namun, Luna membulatkan matanya melihat surat cerai dan perjanjian hak asuh, sedikit melirik ke arah ibunya yang hendak mengambil gagang telepon.

"Ibu! He... hentikan! Ini kesempatan dari Tuhan yang diberikan untuk kita. A...aku dan adik-adik dapat hidup." Ucap Luna tergagap, menghentikan ibunya.

Gadis yang sedikit melirik ke arah Eric. Begitu rupawan dan mengerikan.

"Pilihan yang bagus. Kamu akan menjadi teman pertamaku. Kita akan bermain dengan lebih banyak orang..."

Pria tidak normal membuat bahkan ayah angkatnya yang kejam tidak berdaya. Benar! Dirinya, ibunya dan adiknya akan hidup! Luna perlahan tersenyum.

1
Yani Setyani
Bermainnya eric mah di luar nurul
😁😁😁😁😁
riiina
selalu ditunggu.... selalu merasa kurang meski sudah rutin updatenya...
RahaYulia
nah kaaan....
RahaYulia
semoga aku slh bsr klo brpikir kbakaran itu ulah kepala panti ...
p
Luar biasa
Nur Wahyuni
loh kok kepala panti juga dibunuh sama Zhou... 🤔🤔🤔
Ufi Yani
eric kliling dunia..
Senjaa💞
apapun itu...eric,aku harap km bs menyelamatkan anak2 panti yg tdk berdosa dr kematian,gagalkan kebakaran itu😔😔😔
Eka suci
dia mau jual panti, ternyata Billy ini serakah setelah diasuransikan saat panti kebakaran dan anak anak meninggal dia yg hidup yg paling diuntungkan, curiga pantinya dibakar si bily
Siti Rokayah: lanjutttt
total 1 replies
Amelia Rizeki
ya kan Billy itu daftar asuransi jiwa buat anak2 panti pakai uang pensiunnya....jd dia pasti terlibat lhah....buat klaim preminya
riiina
masih teka teki ini...
yesi yuniar
mantap banget deh pokoknya... kereen 👍👍👍👍
Me mbaca
Ke 12, apa Zhou tega bunuh ayah sendiri ya? atau malah ada teka teki apa ya yang ada hubungannya dengan orang tua Zhou?
yesi yuniar
masih misteri... kenapa billy bisa menjadi korban sang pembunuh berantai kalau pelakunya adalah zhou 🤔🤔
imel
aje gile
yesi yuniar
saatnya berburu chriss zhou.... 💪
Nur Wahyuni
nah itu ric petunjuknya ya di panti asuhan... jangan sampai pantinya kebakaran biar Zhou gak jadi jahat..
evi
ryu di sini masih folos pantesan bisa dibodohi Almira di kehidupan sebelumnya
nurul zakiyah
/Chuckle/ author nya dikatain sama psikopat, ati ati loh
Eka suci
Ryu bentukan Erik, ortunya Hany memanjakan dan menuruti semua kemauannya, beruntung nya Ryu bukan anak nakal atau serakah, regresi yg merubah banyak hal jadi baik👍🏻👍🏻👍🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!