Mendapatkan pelecehan seksual dari teman sekolahnya membuat seorang gadis bernama Aulia Dara harus rela di keluarkan dari sekolah karena hamil di luar nikah.
Sementara itu, Alfatih Brahmaseto si pelaku pelecehan membantah keras jika dia lah yang telah menghamili Dara. Bahkan dengan tega nya Fatih menuduh Dara, jika Dara adalah seorang kupu kupu malam.
Sakit, hancur, terluka dan rasa malu yang di terima oleh Dara membawa rasa trauma bagi Dara, hingga akhirnya Dara pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kota tersebut.
Lalu, bagaimana jadinya jika 10 tahun kemudian, Dara dan Fatih kembali di pertemukan dengan keadaan Dara yang telah bahagia bersama putri semata wayangnya dan Fatih yang telah memiliki seorang istri??
Akankah Dara memberitahu putrinya jika Fatih adalah ayah biologisnya?? Atau, Dara memilih untuk merahasiakan semua kisah kelamnya di masalalu serta status Fatih dari putrinya??
yukk simak kisahnya di sini "Kehormatan Yang Ternoda" by.Triyani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.31
🌸🌸🌸
~Happy Reading~
*
"Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Hanan saat melihat dokter yang menangani Aulia keluar dari ruangan IGD.
"Anda suaminya?" Tanya balik Dokter saat Hanan maju untuk menanyakan keadaan Aulia.
"Iya Dokter, saya suaminya. Bagaimana dengan keadaan istri saya?"
"Ada beberapa hal yang harus saya bicarakan dengan anda. Bisa ikut saya ke ruangan saya?"
"Bisa Dokter,"
"Baiklah, kalau begitu mari ikut saya tuan," jawab Dokter mempersilahkan Hanan untuk ikut dengan nya.
"Abi, Ummi tolong titip Aulia ya. Aku mau bicara dulu dengan Dokter," pamit Hanan pada kedua orang tuanya yang masih setia menemani di sana.
"Pergilah, Aulia biar Ummi dan Abi yang jaga," jawab Ummi Fatimah pada putranya.
"Baiklah, terima kasih Ummi. Hanan pergi dulu kalau begitu,"
"Iya Nak,"
Hanan dan sang dokter pun pergi meninggalkan tempat itu untuk berbicara empat mata perihal kondisi keadaan Aulia saat ini.
"Sebenarnya, apa yang terjadi pada istri saya Dokter? Bagaimana keadaan nya sekarang?" Tanya Hanan saat keduanya sudah ada di ruangan sang dokter.
"Begini, sepertinya istri anda mengalami trauma PTSD," jawab Dokter yang ber name tag Ridwan Akmal itu. Dokter jaga yang baru saja menangani Aulia di IGD.
"Trauma PTSD? Apa itu Dokter?" Tanya Hanan bingung.
"Trauma PTSD atau disebut juga Post Traumatic Stress Disorder. Sejenis kondisi yang cenderung membuat penderitanya merasa cemas dan juga takut akan sesuatu yang mengingatkan pasien akan kejadian yang membuatnya memiliki trauma itu. Maaf sebelumnya, tapi. Apa pasien pernah mengalami kejadian buruk hingga membuatnya memiliki PTSD?"
"Istri saya memang pernah menjadi korban pelecehan seksual Dokter. Tapi kejadian itu sudah 10 tahun yang lalu,"
"Pantas saja, nyonya Aulia tadi sempat siuman. Namun, saat melihat saya yang menanganinya dan menyentuh tubuhnya Pasien terlihat ketakutan dan kembali tidak sadarkan diri."
"Apa mungkin istri saya masih memiliki trauma itu Dokter? Padahal peristiwa itu sudah berlalu bertahun tahun lamanya?"
"Bisa saja tuan, trauma seperti itu akan selama nya ada jika korban tidak menindaklanjuti kasusnya dengan pengobatan yang tepat. Pasien akan kerap merasa cemas dan ketakutan saat pasien kembali teringat atau mengalami peristiwa traumatis tersebut."
"Lalu, apa yang harus saya lakukan Dokter?"
"Terapi, lakukan lah terapi pada ahlinya jika dirasa kondisi istri anda tidak baik baik saja. Selain terapi anda juga bisa mencoba melakukan pendekatan perkenalan sentuhan. Hal ini akan jauh lebih mudah untuk anda lakukan karena kalian sudah menikah, tidak akan ada batasan saat melakukan pendekatan perkenalan sentuhan ini. Perkenalkan pada istri anda sentuhan di tubuhnya, jangan tergesa gesa. Lakukan dari hal kecil dulu, seperti menyentuh tangan dan pundaknya tapi harus dengan sangat hati hati. Awalnya pasti akan ada penolakan, tapi hal itu jangan di jadikan alasan untuk menyerah. Buat tubuh istri anda nyaman saat mendapatkan sentuhan dari anda. Yakinkan dia, jika semua akan baik baik saja saat anda menyentuh tubuhnya, yakin dia jika anda tidak akan menyakiti nya karena anda adalah suaminya. Dengan begitu, lambat laun tubuh istri anda akan terbiasa, lalu merasa nyaman dan akhirnya bisa menerima semua bentuk sentuhan pada tubuhnya dan menghilangkan trauma itu," jelas dokter panjang kali lebar.
"Baiklah, akan saya coba Dokter." Jawab Hanan yang hanya bisa pasrah dengan keadaan Aulia yang tidak bisa disentuh, bahkan oleh nya. Pria yang sudah resmi menikahi wanita itu.
"Baiklah, saya akan menuliskan resep obat untuk pasien dan ingat, lakukan pendekatan secara perlahan agar tubuh pasien terbiasa dengan sentuhan dari anda dan kunci utamanya adalah sabar, bersabarlah karena mungkin proses penyembuhan nya akan sedikit memakan waktu. Tapi yakinlah, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Dan ini resep obatnya dan semoga istri anda bisa segera membaik dan sembuh dari trauma nya,"
"Baik dokter, terima kasih,"
Setelah mengambil obat yang diresepkan oleh dokter. Hanan pun kembali ke ruangan IGD dimana istrinya masih ada di sana.
Disaat Hanan kembali ke ruangan itu, rupanya Aulia sudah sadarkan diri dan tengah berbincang hangat dengan Ummi Fatimah.
"Sayang, bagaimana keadaanmu?" Tanya Hanan saat melihat istrinya sudah dalam keadaan duduk di temani oleh Ummi Fatimah.
Hanan pun mempercepat langkahnya mendekati ranjang dimana Aulia berada. Ingin rasanya memeluk tubuh wanitanya itu, tapi bayangan bagaimana Aulia histeris setelah dia sentuh. Membuat langkah Hanan terhenti tepat di samping sang Ummi.
Hanan pun berusaha menahan diri untuk tidak menyentuh Aulia. Setidaknya sampai tubuh istrinya terbiasa dengan sentuhan tangan nya dan Hanan akan mencoba bersabar sampai hari itu tiba.
Hari dimana Aulia terbiasa dengan sentuhan tangan nya dan melupakan rasa trauma nya setelah apa yang dilakukan Fatih padanya dulu.
"Maafkan aku Mas, aku," suara Aulia tercekat saat teringat jika dia tidak bisa mengalahkan rasa takutnya akan sentuhan seorang pria.
Rasa bersalah kini hadir di dalam hati Aulia manakala melihat bagaimana tulusnya Hanan mencintainya bahkan menerima keadaan nya yang memiliki banyak kekurangan.
Bukan hanya memiliki banyak kekurangan, tapi Aulia merasa jika dia adalah manusia cacat karena tidak bisa memberikan hak suaminya.
"Sudah tidak apa apa, sekarang lebih baik kamu fokus dengan kesembuhan kamu saja dulu, ya." Jawab Hanan tanpa berani menyentuh tubuh sang istri yang masih terlihat begitu lemas dengan wajah yang pucat.
"Iya Mas, terima kasih." Jawab Aulia kembali merasa bersalah.
Akan tetapi, mau bagaimana lagi. Aulia pun sudah berusaha melawan rasa takut itu tapi semua masih belum membuahkan hasil.
Setelah keadaan Aulia membaik, Aulia pun bisa dibawa pulang dan sepulangnya dari rumah sakit, semua nya pun sepakat untuk langsung pulang ke rumah dan tidak lagi kembali ke hotel.
Bahkan, demi menjaga kondisi Aulia. Malam pertama pengantin baru itu di lalui dengan menggunakan kamar terpisah. Dengan Aulia yang tidur di kamar Ummi Fatimah sedangkan Hanan di kamar nya bersama dengan Abi Hamid.
*
*
Keesokan harinya di rumah Fatih.
Tok
Tok
"Masuk,"
"Eh, putri Ayah sudah bangun ternyata? Kita ibadah bareng yuk?" Ucap Fatih saat menyambangi kamar putrinya Aliya.
"Memang nya Ayah nggak ke masjid ya sama Opa?" Tanya si kecil Aliya yang tengah sibuk memakai mukena nya.
"Untuk hari ini Ayah mau sholat di rumah saja. Temenin ya? Soalnya Oma ikut Opa ke masjid. Ada kajian subuh yang rutin Oma ikuti setiap minggu nya. Jadi, Ayah nggak punya teman sholat di rumah,"
"Boleh dong, Aliya senang tiap sholat bareng Ayah. Kapan ya bisa sholat sama Ayah sama Bunda juga," lirih Aliya yang seketika memasang wajah sendu.
"Maaf ya sayang. Maafkan Ayah yang gagal meraih tangan Bundamu," gumam Fatih dalam hatinya, menatap sendu pada putrinya.