Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 18
Alby memperhatikan Nadira yang tidak memakan apa pun. Dia hanya duduk, tanpa menyentuh makanan.
" Kenapa tidak makan? "
Nadira kembali menggelengkan kepalanya.
" Aku tidak lapar. "
Alby menghela nafas, sejak kepergian kedua orang tuanya, nafsu makan Nadira menurun. Bahkan saat masih di Bandung pun Nadira jatuh sakit, karena pola makan yang tidak benar. Nadira benar-benar hanya menemani Alby yang sedang makan. Alby telah menyelesaikan makannya. Nadira pun dengan cekatan, membersihkan semua sisa makanan, dan menyimpannya. Lalu mencuci piring bekas makan Alby.
Saat Nadira selesai mengerjakan itu, Alby sudah tidak ada di meja makan, bahkan di ruang keluarga pun tak ada. Teh hijau yang di buat oleh Nadira juga sudah tidak ada. Saat Nadira akan ke kamarnya, dia mendengar Alby sedang berbicara di telepon dengan seseorang.
" Kamu terus cari informasi mengenai keberadaannya, aku memberimu waktu satu Minggu untuk itu. Hm..baik, aku akan menunggu."
Nadira bertanya dalam hati.
" Siapa yang di cari oleh Mas Alby. Sepertinya orang itu sangat penting."
Lalu Nadira pun pergi ke kamarnya untuk istirahat. Di kamar, mata Nadira tak juga terpejam. Bayangan pertemuan terakhir dengan orang tuanya, selalu saja berputar di otak dan terekam jelas. Ciuman yang bertubi-tubi di berikan sang Bunda saat terakhir bertemu, membuat Nadira menangis. Itu adalah saat terakhir Bunda memeluk dan mencium dirinya.
Alby yang berada di ruang kerja nya pun sama seperti Nadira. Bayangan saat penolakan yang di lakukan oleh Syifa membuat dirinya terluka. Kalau dulu dia selalu saja menyalahkan Nadira, tapi saat ini, dirinya tak mungkin menyakiti Nadira. Amanah dari sang Ayah mertua membuatnya dilema.
Pagi hari, Nadira bangun awal seperti biasa. Menyiapkan sarapan pagi dan mempersiapkan diri untuk mengontrol ol shop miliknya. Alby yang baru saja keluar dari kamarnya, mencium aroma masakan. Dan dia melihat Nadira sedang memasak.
" Selamat pagi, Dira? "
Alby menyapa Nadira yang sedang menata makanan di meja. Pagi ini Nadira memasak udang goreng tepung, dan oseng brokoli. Alby tak menampik, bahwa rasa masakan Nadira sangat enak. Dan Alby mulai terbiasa memakan masakan Nadira.
" Selamat pagi, Mas. Mau langsung sarapan? "
Alby menjawab dengan anggukan kepala. Dengan cekatan Nadira menuangkan nasi dan lauknya. Dan tak lupa secangkir teh di siapkannya. Setelah selesai melayani Alby. Nadira pun bergegas ke kamarnya. Membuat Alby bertanya.
" Kamu gak sarapan? "
Nadira pun menghentikan langkahnya.
" Aku belum mandi, Mas. Mas bisa sarapan duluan. Aku mau mandi dulu. "
Alby hanya mengangguk, dan membiarkan Nadira pergi ke kamarnya. Dua puluh menit kemudian, Nadira sudah turun kembali, menggunakan gamis berwarna peach dan juga hijab berwarna senada. Tampilan Nadira yang sederhana tapi terkesan sangat manis. Nadira yang menyangka Alby telah selesai sarapan, tampak kaget, karena Alby belum juga memulai sarapannya. Bahkan teh yang Nadira buat pun sudah mulai dingin.
" Loh, Mas. Kok gak di makan? Kamu gak suka ?"
Nadira melihat ke arah piring Alby.
" Aku nungguin kamu, kita sarapan bersama. "
Akhirnya pagi ini, Nadira dan Alby pun sarapan bersama. Semenjak kembali dari Bandung, Alby berusaha untuk bersikap baik pada Nadira. Setelah selesai sarapan, Nadira pun bersiap pergi ke tokonya. Nadira mengambil helm dan kunci motor yang biasa di gunakannya.
" Kamu jangan naik motor. Biar aku saja yang mengantarmu. "
Alby berkata, sambil mengambil kembali helm yang akan di gunakan oleh Nadira.
" Gak usah, Mas. Nanti kamu terlambat ke kantor. "
Nadira mencoba menolak secara halus.
" Aku pemilik perusahaan itu. Kalau aku datang sedikit terlambat, tidak jadi masalah."
Kali ini Nadira tak bisa menolak lagi. Akhirnya pagi ini Nadira di hantarkan oleh Alby menuju rukonya. saat di perjalanan, Alby bertanya jam berapa Nadira akan pulang.