Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Dia Butuhkan Istrinya
Melihat Sean mengabaikannya, Nicko kembali berkata, "Aku perhatikan, semenjak kau menikah dengannya, kau jadi berubah. Kalau kau tidak bahagia dengan pernikahanmu, maka sudahi saja. Sejujurnya, di pernikahan ini, kau menyakitinya atau dia menyakitimu?"
Sean membuka matanya. "Pergilah. Jangan menggangguku."
Nicko menghela napas kasar kemudian berkata, "Berhentilah, sebelum kalian saling menyakiti."
Sean merubah posisi tubuhnya menjadi duduk tegak, meraih gelas yang masih terisi lalu meneguknya sampai habis. Dia tidak memperdulikan Nicko dan terus meminum minuman beralkohol.
"Sean ... yang tahu dirimu, hanyalah kau sendiri. Jika tidak bisa diperbaiki maka lebih baik diakhiri. Jika tidak bisa hidup bersama, maka lebih baik melepasnya. Menahannya di sisimu, kau sendiri akan terluka. Masalah kakekmu, lambat laun dia akan mengerti."
Sean tidak bereaksi apa-apa dan menganggap ucapan Nicko seperti angin lalu. Dia kembali mengisi gelasnya yang sudah kosong, kemudian meminumnya lagi. "Kenz, pesankan 2 botol lagi," perintah Sean sambil menoleh pada asistennya.
Nicko membuang napasnya dengan kasar melihat Sean masih mengabaikannya. "Kalau mau ma*ti, jangan di sini!" umpat Nicko dengan wajah kesal.
"Pergilah." Sean kembali minum tanpa mendengarkan ocehan Nicko.
"Apa perlu aku hubungi Helena? Dari kemarin dia mencarimu dan menelponku berkali-kali karena kau tidak pernah mengangkat telpon darinya."
Tangan Sean berhenti di udara ketika dia ingin menuangkan kembali minuman ke gelasnya yang sudah kosong, setelah itu menatap Nicko dengan tatapan tajam. "Jangan coba-coba." Kemudian menuangkan minuman ke gelas lalu menenggaknya.
Nicko nampak frustasi. Dengan kasar dia menghempasan punggungnya ke sandaran sofa. "Bukankah hubungan kalian selama ini lebih dari persahabatan?"
"Semenjak kapan kau suka bergosip?" tanya Sean sambil melirik sekilas pada Nicko.
"Kau tidak pernah menampik berita tentang kalian berdua. Kau juga terlihat selalu bersamanya," kata Nicko santai.
Sean nampak masih acuh tak acuh. "Nicko, lebih baik tutup mulutmu."
"Aku hanya prihatin denganmu. Kau menikahi orang yang tidak mencintaimu sama sekali, apalagi dia terlibat dengan Felix. Sebenarnya wanita seperti apa yang kau nikahi?"
Sean kembali menenggak gelas yang terisi setengah, kemudian menoleh pada Nicko. "Kalau kau sedang senggang, lebih baik kau mencari gadis di luar. Jangan menggangguku."
Nicko mendengus. "Kau pikir aku pria apa? Aku ini sangat pemilih."
"Jangan banyak bicara. Temani aku minum atau pergi."
"Baiklah."
Tidak ada jalan lain selain menemaninya minum. Jika dia menghabiskan minuman itu sendiri, dia pasti akan terkapar. Lebih baik minum bersama.
"Bawa dia pulang ke apartemennya atau hubungi istri untuk menjemputmya di sini," ucap Nicko pada Kenz setelah melihat Sean sudah mabuk berat.
"Tapi Tuan Muda melarang saya untuk membawanya pulang ke apartemen, jika dia mabuk."
Nicko terlihat kesal. "Kau ingin menunggu apa? Yang dia butuhkan itu istrinya. Kau belum mengerti juga ya kenapa dia seperti ini?" Nicko menggelengkan kepalanya dengan wajah kesal. Dia bahkan belum menikah, tetapi sudah mengurusi rumah tangga orang lain.
"Bagaimana kalau Tuan Muda marah?" Kenz terlihat masih enggan. Dia tidak berani melanggar perintah Sean.
"Dia tidak akan marah. Aku akan menjaminnya."
Pada akhirnya Kenz membawa pulang Sean ke apartemennya. Dengan susah payah Kenz memapah Sean menuju unit apartemennya. Saat tiba di depan pintu, Kenz mencoba membangunkan Sean. "Tuan Muda, bangun. Kita sudah sampai."
Sean belum merespon, Kenz kembali membangunkannya sebelum dia memncet bel apartemennya.
Ketika pinti terbuka, suara wanita langsung terdengar di dari dalam. "Dia mabuk lagi?" Claire memperlihatkan wajah frustasi ketika melihat Sean sudah dipapah oleh Kenz dengan keadaan mabuk.
"Iya Nonya Muda," jawab Kenz.
"Tolong bantu aku bawa dia ke kamar."
Ketika mendengar suara Claire, Sean mengangkat kepalanya dan setelah melihat wajahnya, dia mengerutkan keningnya.
"Ayo, Tuan Muda," ucap Kenz ketika melihat Sean nampak mulai sadar.
"Aku tidak mau. Ini bukan rumahku." Sean kemudian menoleh pada Kenz. "Kenapa kau membawaku ke rumah wanita asing?"
Claire menghela napas mendengar ucapan Sean. "Ini adalah rumah Anda dan wanita itu istri Anda, Tuan Muda."
"Istriku??"
Sean beralih pada Claire dan meneliti wajahnya sejenak. "Kau benar, dia istriku." Sean melepaskan diri dari Kenz, setelah itu berjalan terhuyung-huyung mendekati Claire lalu memeluknya. "Kau ke mana saja? Aku sudah mencarimu sejak lama. Kenapa begitu lama baru kau kembali?"
Claire mengerutkan keningnya karena tidak mengerti maksud dari perkataan Sean. Setelah terdiam selama dua detik, dia berusaha untuk melepaskan diri suaminya karena kesulitan menahan bobot tubuh Sean.
"Kenz, kau boleh pulang. Aku yang akan membawanya masuk ke dalam."
"Baik Nyonya Muda. Kalau begitu saya permisi."
"Sean, ayo kita ke kamar." Claire mencoba memapah suaminya untuk masuk ke kamar setelah Sean melepaskan pelukannya.
"Aku bisa jalan sendiri."
Sean menjauhkan diri dari Claire kemudian berjalan terhuyung-huyung dan Claire hanya bisa mengikutinya dari belakang. Ketika melihat Sean memasuki kamar yang salah, dia segera berlari kecil menyusulnya.
"Sean, itu bukan kamarmu." Sean mengabaikan Claire dan berjalan masuk ke dalam kamar yang biasa ditempati oleh istrinya.
"Sean, kamarmu di sebelah. Cepat bangun!" Claire meraih tangan Sean dan berusaha untuk menariknya agar dia bangun dari tempat tidurnya.
"Sean, ayo cepat bangun!" Claire masih berusaha untuk menarik tangan Sean, tetapi dia tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya.
"Jangan menggangguku." Sean menghempaskan tangan Claire lalu kembali menutup matanya.
Dia hanya bisa menghela napas melihat tingkah Sean. "Sudahlah. Untuk apa aku perhitungan dengan orang yang sedang mabuk."
Claire memutuskan untuk kembali tidur. Dia masih mengantuk karena tidurnya terganggu dengan kedatangan Sean pada pukul 2 pagi. Dia akhirnya naik ke tempat tidur lalu berbaring di sebelah Sean. Dia tidak punya pilihan lain selain berbagi tempat tidur. Sebenarnya, dia bisa saja tidur di kamar Sean, tetapi dia takut kalau suaminya itu akan marah jika tahu dia tidur di kamarnya.
Claire memadanga wajah Sean sejenak kemudian berbaring memunggunginya. Baru saja dia terlelap, ada pergerakan dari belakang dan sebuah tangan kokoh melingkari perutnya. Claire membuka matanya lalu membalikkan tubuhnya dan langsung bertatapan dengan mata hitam Sean. Dalam keheningan, keduanya saling menatap tanpa berkata-kata.
Sean kemudian mengangkat dagu Claire dan perlahan memajukan wajahnya hingga bibir mereka berdua saling menempel. Otak Claire seketika menjadi kosong. Dia hanya membiarkan Sean mel*mat dan menyesap bibirnya dengan lembut. Kemudian lum*tan demi lum*tan terjadi.
Lum*tan yang awalnya ringan, semakin dalam dan menuntut tatkala keduanya saling membalas dan lidah mereka saling beradu. Sean kemudian merubah posisi Claire menjadi di bawahnya. Dia menyangga tubuhnya dengan kedua tangan agar tidak menghimpit tubuh istrinya lalu perlahan kembali mendekati wajah istrinya.
Lenguhan mulai terdengar ketika Sean mulai menjelajahi leher istrinya dan meninggalkan beberapa tanda di sana. Sean berhenti sejenak, kemudian menatap mata sendu Claire lalu berkata, "Claire, aku ingin meminta hakku."
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor