mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancurnya hati Sofia
Aaron tengah berada di kediaman Rafassyah, saat ini dia tengah duduk di ruang tamy sembari menunggu maid yang sedang memanggil sang tuan rumah.
"Aaron, kau datang?"
Aaron langsung beranjak bangun dari duduknya, dia menatap sepasang suami istri yang tengah berjalan menghampirinya.
"Selamat pagi, om tante. Maaf, Kedatangan saya mengganggu kalian."
"Ah tidak papa, gak ganggu kok. Ayo duduk-duduk!"
Aaron kembali duduk, sedangkan Andre dan Rena duduk di hadapan Aaron.
"Oh ya, apa kamu sudah menerima undangannya? Kami sudah mengirim kan lima ribu undangan pada keluarga kamu untuk di bagikan oleh kalian," ujar Rena.
"Ehm maaf, sebelumnya. Sebenarnya, kedatangan Aaron kesini ingin membicarakan sesuatu," ujar Aaron.
"Bicara soal apa?" Lanjut Andre.
Aaron menarik nafasnya sejenak dan menghembuskannya perlahan. Dia meyakinkan hatinya bahwasanya keputusannya kaki ini adalah keputusan yang benar.
Terlihat, Sofia berjalan menghampiri mereka. Senyum lebar terhias di wajahnya, raut wajahnya terlihat sangat bahagia melihat kedatangan Aaron.
"Mas ...,"
"Maaf, saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini."
JDEERR!!
Langkah Sofia terhenti, senyumnya luntur seketika. Tubuhnya menegang kaku, setelah mendengar apa yang Aaron katakan.
Andre pun langsung berdiri, raut wajah nya berubah menjadi marah. Rahangnya mengeras dengan tangan terkepal erat disisi tubuhnya.
"Jangan bercanda Aaron, undangan akan di sebar. Pernikahan kalian sudah di rancang, bahkan keluarga dan kerabat dekat sudah tahu kabar pernikahan kalian! Apa kamu ingin mempermalukan kami hah!!" Sentak Andre.
Aaron pun turut berdiri, tak ada rasa takut yang tampak di wajahnya. Dia hanya menatap datar Andre yang masih menatap tajam dirinya.
"Sabar mas," ujar Rena sembari mengusap bahu sang suami.
"Bagaimana bisa sabar! putri kita di permainkan! pernikahan tinggal di depan mata, dan dia mau membatalkannya?! kur4ng 4jar sekali!"
Sofia masih berdiri di tempatnya, mata yang jernih itu kini berkaca-kaca. Hatinya sakit setelah mendengar bahwa Aaron berniat akan membatalkannya.
Dirinya langsung suka pada Aaron setelah pertemuan saat itu, Aaron adakah tipe suami idamannya. Sofia belum pernah menjalin kasih dengan pria manapun, dan saat melihat Aaron. Sofia langsung jatuh hati.
"Maaf, jika keputusan saya sudah membuat keluarga kalian kecewa terlebih putri anda. Tapi, pernikahan ini benar-benar tidak bisa di teruskan. Mumpung, undangan belum tersebar. Akan lebih baik kita memutuskannya segera." Tegas Aaron.
"KAUU!!" Andre maju mendekati Aaron, berniat akan memukulnya. Namun, suara putrinya membuat niat Andre terhenti.
"JANGAN PI!!"
Sofia berdiri di hadapan Aaron, dia menghalangi sang ayah untuk memukul pria itu.
"Pria ini pantas menerima pukulan dari papi, Sofia! papi gak terima dia telah mempermainkan kamu! putri papi!" Sentak Andre.
"Iya, Sofia ngerti. Tahan emosi papi," ujar Sofia.
Rena menarik sang suami untuk menjauh, dia juga tidak mau ada keributan di rumahnya.
Sofia berbalik, dia menatap Aaron dengan tatakan sendu. Aaron tahu jika Sofia adalah gadis yang baik, maka dari itu Aaron memutuskan pernikahan mereka dengan sopan.
"Mas Aaron mau membatalkan pernikahan kita? Apa aku boleh tahu, kenapa mas Aaron mau membatalkan pernikahan kita?" Tanya Sofia dengan suara lembutnya.
Aaron menatap Sofia, tanpa merasa kasihan. Aaron berkata yang sebenarnya.
"Apa ada keluarga aku yang menyinggung mas?" Tanya Sofia.
Aaron menggeleng. "Tidak, tidak ada keluarga mu yang menyinggungku. Hanya saja, aku seorang pria beristri."
JDERR!!
Bagai tersambar petir, Sofia mendadak lemas mendengarnya. Air mata yang sedari dia tahan akhirnya jatuh juga, dia sangat kecewa dengan jawaban Aaron.
"KURANG 5JAR! JADI KELUARGAMU MENIPU KAMI HAH?!" Sentak Andre.
Andre tak dapat menahan emosinya lagi, dia bergerak cepat menghampiri Aaron dan melayangkan sebuah pukulan.
BUGH!!
"PAPI!!" Pekik Sofia dan Rena.
Tubuh Aaron terpukul mundur, untungnya dia bisa menyeimbangkan dirinya agar tidak terjatuh.
"Kamu pikir keluarga saya adakah mainan kamu dan keluargaku hah?! jika kamu seorang pria beristri, kenapa kamu dan keluargamu melamar putri saya!" Marah Andre.
Aaron menatap tatapan elang Andre, dirinya tak merasa takut sedikitpun setelah di pukul.
"Tahan diri papi," ujar Sofia menghalangi sang ayah yang akan kembali menyerang Aaron.
"Dia! dia telah menyakitimu! kenapa kamu masih melindungi dia hah!" Sentak Andre.
Sofia menggeleng dengan tatapan sendu, dia kembali menatap Aaron yang masih menatap Tuan Rafassyah.
"Jadi, mas Aaron sudah menikah? sejak kapan?" Tanya Sofia, mencoba kuat.
"Sejak enam tahun lalu, dan bahkan aku sudah menjadi seorang ayah." Ujar Aaron sambil menatap lekat Sofia.
Sofia memejamkan matanya, lukanya seperti di tabur garam. Hatinya sangat sakit setelah mendengar kata menyakitkan Aaron.
"Maaf Sofia, kita tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku tidak ingin mengorbankan dua orang demi satu orang, aku cinta dengan istriku. AKu tidak mungkin meninggalkan dia demi menikahi kamu, apalagi kami sudah memiliki anak," ujar Aaron dengan tegas.
Sofia mengatur nafasnya, lalu dia pun kembali membuka mata.
"Kalau gitu, pergilah. Aku akan menerima keputusan ini," ujar Sofia. Kemudian, wanita berlari pergi dan masuk ke kamarnya.
Melihat putrinya yang tengah terpuruk, Reba langsung menyusul putrinya. Kini, tinggallah Andre bersama dengan Aaron.
"Mulai saat ini, antara keluarga Rafassyah dan Smit. Sudah tidak ada hubungan apapun lagi! Sekarang, pergi dari rumahku!!"
Aaron mengangguk, dia sudah tahu akan seperti ini. Dan dia sudah mempersiapkan dirinya sendiri.
"Terima kasih, dan maaf sekali lagi." Ujar Aaron dan beranjak pergi.
Namun, baru melangkah beberapa langkah. Suara Andre membuat langkah Aaron terhenti.
"Anakmu laki-laki atau perempuan?" Tanya Andre di luar dugaan.
"Perempuan." Jawab Aaron tanpa membalikkan badannya.
Andre menatap punggung Aaron dengan mata memerah.
"Suatu saat, kamu pasti akan merasakan apa yang saya rasakan. Bagaimana sakitnya ketika putrimu di permainkan. Kita sama-sama sebagai seorang ayah dari anak perempuan, rasa sakit ku. Akan kamu rasakan saat putrimu dewasa nanti."
Aaron mengepalkan tangannya, secara tak langsung. Andre berharap agar putrinya tidak bernasib baik.
"Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ujar Aaron.
"Pegang kata-kata saya! sebagai seorang ayah yang putrinya di sakiti olehmu, saya berharap agar putrimu merasakan apa yang putri saya rasakan. Dengan begitu kamu akan tahu, bagaimana rasa marah saya padamu. Camkan itu Aaron!"
Aaron tak memperdulikan perkataan Tuan Rafassyah, dia melanjutkan langkahnya keluar dari rumah megah itu.
***
Cklek!
"DADDY! DADDY! DADDY!" Teriak Marsha setelah melihat Aaron yang sudah kembali malam hari. Selepas dari rumah keluarga Rafassyah, Aaron sempat kembali ke kantor nya.
Aaron meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya ketika melihat Zeva yang tengah tertidur di sofa.
"Syuutt, jangan berisik." Bisik Aaron.
Marsha menutup mulutnya dengan kedua tangan kecilnya, dia melirik sang bunda yang masih tertidur pulas.
"Putri cantik daddy, kok jam segini belum tidur sih." Ucap Aaron setelah dirinya berada di dekat Marsha.
Marsha merentangkan tangannya, Aaron dengan sigap menyambut putrinya itu. Lalu, dia mendudukkan tubuhnya di brankar dengan Marsha yang berada di pangkuannya.
"Kakak Ayla sama uncle Raihan kemana?" Tanya Aaron setelah menyadari keduanya tidak ada di ruangan itu.
"Nda tau, tadi katana mau Apel. Tapi dicini ada Apel, napain kelual cali Apel?" Celoteh Marsha sembari memainkan kancing kemeja Aaron.
Mendengar jawaban putrinya, seketika Aaron mengerutkan keningnya. Dia tengah berpikir kerasa dengan jawaban sang putri.
"Apel?" Gumam Aaron.
"Ini hari sabtu, malam minggu. Hmmm ... apa yang Apel yang di maksud itu Apel ... astaga!!"
Setelah sadar Apel yang di maksud, Aaron pun menepuk keningnya. Beruntung putrinya tak tahu maksud nya, sehingga tak perlu dirinya khawatir.
"Nanti kalau Malcha dah cembuh, kita jalan-jalan yah daddy!" Linta Marsha dengan kepalanya mendongak menatap Aaron.
Aaron mengangguk, tangannya mengelus kepala sang putri. Matanya menatap lembut ke arah mata jernih anaknya itu.
"Apapun, untuk princess daddy." Ujar Aaron sembari mengecup pipi gembul Marsha.
Marsha tersenyum kebar, melihat senyuman putrinya. Tak sadar Aaron pun turut tersenyum juga. Namun, senyumannya mendadak luntur setelah mengingat ancaman dari tuan Rafassyah.
Aaron hanya bisa berharap, jika apa yang di ucapkan om Andre hanyalah perkataan yang di ucapkan secara tak sengaja.
"Marsha tidak boleh mencintai pria yang salah, dia harus berada di tangan pria yang tepat. Dia tidak boleh mendapatkan pria seperti ku." Batin Aaron. Matanya tak lepas dari senyum Marsha yang merekah.
_____
Halo kawan, teruntuk hari ini satu dulu yah. Banyak banget kegiatan hari ini, jadi tangan pada pegel😅