Kamu Milikku..

Elsa dan eric yang berada di dalam satu mobil terlihat sangat canggung, berulang kali elsa menelan ludahnya kasar.

Eric yang diam tanpa mau memecahkan keheningan, terlihat sangat fokus melihat ke arah depan mobilnya, menatap kemacetan yang ada di depannya.

“Mm… pak, nanti saya turun di halte dekat kantor aja ya, soalnya tidak enak kalau dilihat sama karyawan yang lain.” Ucap elsa yang melihat eric masih fokus menyetir.

“Hmm…”

Elsa yang mendengar jawaban eric, memelototkan matanya melihat ke arah eric.

“Permisi bapak eric yang terhormat, apa tidak ada kata lain yang bisa terucap selain kata Hmm….?”

Ucap elsa sengit.

“Oke…” ucap eric yang terlihat akan membelokan setir kemudi.

Elsa menahan kesal melihat sikap cuek eric saat ini, ingin rasanya dia pukul kepala atasannya itu.

“Kapan lo mau ganti bumper mobil gue….?”

Rasanya seperti makan roti isi satu bungkus, tanpa dikunyah langsung ditelan aja. Itulah perasaan elsa setelah mendengar eric yang baru saja berucap.

“Masalah itu, saya… eh.. bisa nggak kalau bapak perbaiki dulu, nanti habisnya berapa baru bapak kasih tahu saya.” Ucap elsa dengan nada gugup.

Tanpa elsa sadari eric tersenyum samar mendengar kata kata elsa barusan, eric tak menjawab ucapan elsa.

Dia menambah kecepatan mobilnya, elsa yang asik melamun, tidak menyadari kalau mobil yang eric kemudikan telah masuk ke dalam basecamp perusahaan.

“Ayo turun.” Eric membuka pintu mobilnya.

“Ha…? Kog sudah sampai perusahaan aja, pak tadi kan saya minta di turunan di halte dekat perusahaan.” Ucap elsa sambil membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil, tanpa sadar dia mengikuti langkah eric dari belakang.

Tiba tiba terdengar suara yang memanggil eric dari arah belakang mereka.

“Eric…”

Langkah eric terhenti sesaat mendengar suara yang dia kenal memanggilnya, elsa yang berjalan di belakang eric tiba tiba membentur punggung belakang eric.

“Aduh… pak kalau berhenti jangan mendadak gini dong.” Elsa mengelus keningnya yang terasa sedikit sakit karena benturan keras di dada eric.

“Elsa, bisa bantu gue saat ini. Gue mohon…” tanpa melihat elsa, eric berbicara dengan posisi eric yang masih berada di depan dan elsa yang berada di belakang eric.

“Apa yang harus saya lakukan pak.” Tanya elsa berbisik mendekat ke arah punggung eric.

“Tolong peluk gue dari belakang.” Lirih eric.

“Apa pak, nggak mau ah, nanti kalau kekasih saya lihat gimana….” Elsa menggelengkan kepalanya di belakang eric.

“Gue mohon el, kali ini aja.” Ucap eric dengan lirih dan hanya bisa eric dan elsa saja yang dengar.

“Mm… baiklah, tapi sebentar aja ya.” Elsa mendekati punggung eric dan memeluk tubuh tegap eric dari belakang.

“OMG… wangi banget tubuh pak bos,” batin elsa setelah memeluk tubuh eric dan dengan jarak yang begitu dekat, elsa bisa mencium wangi parfum eric.

“aduh kenapa dengan jantung gue nih, kenapa jadi deg.. degan kayak gini sih.” Monolog elsa.

Terdengar suara sepatu high heels mendekati mereka, eric yang memegang tangan elsa mengeratkan pelukan elsa di tubuhnya.

“Eric, apa yang kalian lakukan…?” Tanya seorang wanita di belakang elsa.

Elsa yang akan melepaskan pelukannya di tubuh eric, dipegang tangannya oleh eric.

Eric menoleh ke belakang menatap tajam ke arah wanita yang memanggilnya tadi, elsa yang ada di samping eric ikut menatap wajah wanita di depannya. Tampak wajah wanita itu terlihat tidak suka dengan elsa saat menatap ke arah elsa, tapi lain jika wanita itu menatap eric, terlihat di kedua netra wanita tersebut seperti memendam perasaan penuh kerinduan.

“Untuk apa elo datang ke sini…?” Eric merangkul pundak elsa, tubuh elsa terasa sangat kaku ketika eric mengeratkan rangkulannya.

“Siapa dia sayang, apa elo sudah melupakan gue, elo tahu nggak , gue datang kesini karena gue sangat kangen banget sama elo eric.” Saat tangan mona akan memegang lengan Eric, tiba tiba eric menghindar.

“Maaf…, gue sudah tidak ada rasa lagi sama elo, lebih baik elo pergi dari sini.” Ucap eric sambil menarik tubuh elsa yang dia rangkul tadi.

“Tunggu dulu, siapa dia, elo belum menjawab pertanyaan gue.” mona sedikit terpancing dengan ucapan eric yang menolak kehadirannya.

Dengan senyum smirk, eric melihat ke arah mona.

“Elo mau tahu siapa dia, dia adalah kekasih gue.” Eric melihat ke arah elsa dengan senyuman

yang belum pernah eric perlihatkan di depan elsa.

Jantung elsa rasanya berdegup semakin cepat melihat senyum manis yang eric perlihatkan.

“Tidak mungkin, gue tidak percaya, coba elo buktikan kalau memang benar dia kekasih loe.” mona tidak percaya kalau eric secepat itu melupakan dirinya.

“Apa perlu gue cium dia di depan elo, baru elo percaya.” Dengan nada yang sedikit meninggi Eric berkata melihat ke arah mona.

“Ya, gue perlu bukti.” Dengan sarkas mona berucap melihat ke arah eric.

Dengan tiba tiba eric meraih tengkuk elsa dan mencium bibir elsa, tidak hanya ciuman, eric juga melumat bibir elsa.

Elsa yang mendapat perlakukan seperti itu hanya diam tanpa mau menolak atau mengakhirinya,

Mona yang melihat kelakuan eric dan elsa, dengan sebal menghentak hentakkan kakinya pergi dari hadapan mereka berdua.

Beda dengan eric dan elsa saat ini, elsa yang terbuai dengan ciuman eric tanpa sadar dia membalasnya, begitupun dengan eric dia tidak mau melepaskan lumatannya di bibir elsa.

Lama mereka berciuman, sampai elsa yang merasa akan kehabisan nafas berniat melepaskan ciumannya.

Eric yang merasa elsa yang akan melepaskan tautan bibir mereka, tersadar akan perbuatannya.

“Maaf..” ucap eric sambil mengelap bekas saliva yang ada di sudut bibir elsa.

“Sebaiknya kamu masuk dulu,” eric menyuruh elsa masuk ke dalam gedung perusahaan terlebih dahulu, eric akan menangkan jatungnya yang sedang berdetak dengan tidak karuan saat ini.

Elsa melangkah dengan cepat pergi ke lobi perusahaan, dia juga akan menangkan jantungnya yang berdetak dengan sangat cepat.

“OMG.. Kenapa dengan jantung gue, waktu ciuman sama rio nggak seperti ini rasanya.” Elsa menepuk-nepuk dada kirinya.

“Sayang…” rio yang datang dari samping elsa , tiba tiba merangkul bahu elsa.

Elsa yang terkejut dengan ulah rio, berusaha melepaskan rangkulan rio dari pundaknya.

“Kenapa sayang…?” Tanya rio heran dengan perlakuan elsa yang tak biasa.

“Mm… nggak apa apa sayang, cuma aku.. aku lagi nggak enak badan aja.” Ucap elsa yang tidak enak hati dengan rio, mengingat kejadian tadi dengan eric.

“Perlu kita ke rumah sakit.” Ajak rio kawatir melihat kondisi kekasihnya saat ini.

“Nggak perlu sayang, ayo kita ke atas.” Elsa menggandeng tangan rio, rio tersenyum senang melihat perlakuan manja elsa.

Tanpa elsa ketahui, tak jauh dari kedua orang itu. Eric yang melihat elsa bergandengan tangan dengan rio, mengepalkan tangannya. Entah apa yang terjadi dengan eric saat ini, kenapa hatinya sangat tidak tenang saat melihat elsa bersama rio.