"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu dengan tangan gue sendiri. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam keluar dengan lincah dari bibir Axel, membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
Azizah melangkah mundur, bersembunyi dibalik pembatas dinding dengan tubuh bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Hari itu, Azizah membuat keputusan besar dalam hidupnya, meninggalkan Suaminya, meninggalkan neraka berbalut pernikahan bersama dengan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Bicara Omong Kosong!
"Sial!!" Darren menggeram frustasi saat gagal membuntuti Alexa. Beberapa saat lalu Ia melihat Alexa baru saja keluar dari suite room sebuah hotel mewah bersama seorang pria berkebangsaan asing tepat saat dirinya juga keluar dari lamar hotelnya juga.
Jangan tanya Darren habis ngapain. Yang jelas itu suda biasa untuk pengusaha lajang yang masih muda seperti dirinya.
Padahal tadinya, Darren berharap bahwa Axel bisa datang secepatnya dan melihat semuanya karena Alexa cukup lama berada di restauran yang ada di dalam hotel ini.
Namun sialnya Alexa sudah pergi sebelum Axel datang. Lebih bodohnya lagi Darren kehabisan battery jadi tidak bisa mengabadikan momen-momen yang baru saja Ia lihat.
Darren sejak dulu memang tidak menyukai Alexa, selain karena dia yakin Alexa hanya pandai membual dan merayu. Dia juga tahu bahwa wanita itu jahat dan licik seperti kedua orangtuanya.
Mereka penggila harta dan juga kekuasaan.
Entah apa yang membuat Axel menjadi bucin akut terhadap Alexa, padahal jelas-jelas Alexa hanya menghabiskan uangnya untuk shopping dan bersenang-senang.
Apa Alexa adalah pengikut alam? Pergi ke mbah dukun? Ckck. Pikir Darren dalam hati.
Di tengah rasa frustasinya tiba-tiba...
"Darren"
Axel dan Linda datang dengan santai namun wajahnya sarat akan rasa penasaran.
"Xel..."
Nah, sekarang Darren sendiri bingung harus mengatakan apa.
"Hmn"
Axel duduk di hadapan Darren dan melirik ke arah Linda kemudian memberi kode pada sepupunya itu untuk duduk juga.
"Ehem... "Darren berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk mengutarakan apa yang dilihatnya pada Axel, karena Darren tahu ini tidak akan mudah.
"Jadi barusan Gue lihat Alexa baru aja check out sama bule" Lanjutnya dengan suara mantap. Tatapannya tajam menatap manik biru abu-abu milik sahabatnya itu.
Bukannya marah Axel malah diam membisu, tatapannya sangat dingin hingga Linda dan Darren bisa merasakan udara di sekitar mereka seakan mengalami penurunan suhu.
"Loe nyuruh Gue kesini cuma buat omong kosong ini?"
"Gue bersumpah Xel, ini bukan omong kosong! tapi.."
"Enough!!"
Tiba-tiba suara Axel menjadi berat dan rendah tapi justru terdengar sangat menakutkan.
"Jangan bicara omong kosong Gue bilang! Kecuali Loe punya bukti"
Habislah sudah. Darren tidak memiliki buktinya!
"Jadi??"
Axel bertanya dengan sinis, melihat ekspresi Darren yang panik.
"Gue emang ngga punya bukti Xel, tapi Gue bersumpah..."
"Cukup!!!"
Potong Axel dengan cepat sebelum Darren menyelesaikan kalimatnya.
"Jangan pernah lagi Loe temuin Gue"
"Maksud Loe?"
"Hubungan pertemanan kita selesai. Loe bukan sahabat Gue. Loe selalu berusaha buat misahin Gue sama Alexa. Why? Loe suka sama Lexa?"
"What?? Are you kidding me?"
"Cih, Nggak usah muna Loe"
Axel berkata dengan sinis. Hati Darren seakan tertusuk duri yang tajam. Sakit. Dia berusaha menyelamatkan Axel dari seekor rubah betina yang licik tapi ternyata Axel menganggapnya serendah itu. Menyukai Alexa? Yang benar saja!
"Gila. Gue nggak nyangka pemikiran Loe sepicik itu tentang Gue. Fine. Terserah Loe kalo mau hubungan persahabatan kita selesai sampai disini. Gue juga nggak sudi punya sahabat sepicik Loe!. Gue berusaha menyelesaikan Loe dari rubah betina yang licik tapi malah... Udahlah percuma juga Gue terusin"
"Pergi Loe!"
"Nggak usah Loe suruh Gue bakalan pergi!!"
Darren dengan wajah penuh kekecewaannya pergi meninggalkan Axel yang juga merah padam karena marah.
"Aaaaarggh!!! Brengsek!"
Axel memukul meja dengan keras hingga beberapa pengunjung restoran itu terlonjak kaget namun tidak ada yang berani menegur, termasuk Linda.
"Cabut Lin"
Axel berdiri dan mulai beranjak dari sana.
Linda hanya mengangguk dan dengan patuh mengekor di belakang sepupu sekaligus pimpinannya itu.
Lagipula Linda juga merasa ngeri dan takut melihat wajah Axel yang sangat menyeramkan seperti kuburan tanah kusir.
Mereka pun kembali ke kantor nkarena masih banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan.
Sementara itu,
Di Surabaya....
"Terima kasih pak, Insya Allah Saya berjanji akan bekerja dengan baik"
Azizah berkata dengan wajah sumringah, baru saja Ia diterima di pabrik garmen tempat ayahnya bekerja dulu.
Bibinya lah yang membantunya untuk bisa masuk. Bibi Ani adalah karyawan senior di pabrik ini.
Sudah genap 20 tahun mengabdi sebagai staff QC di pabrik garmen yang memproduksi pakaian khusus ekspor ini.
Meskipun Azizah di terima sebagai operator sewing, tapi dia sangat bahagia.
"Kalau sering lembur pasti uang tambahannya juga banyak" pikirnya.
"Sama-sama mba Azizah. Jangan mengecewakan Saya. Harus kerja yang benar, gesit dan rajin yah"
"Siap pak, Terimakasih"
Setelah menyelesaikan interviewnya Azizah menemui Bibinya sebentar di dan pamit untuk pulang Karena esok hari Dia sudah mulai masuk kerja.
Azizah keluar dari pabrik dengan wajah berbunga-bunga.
Entah kenapa Dia dahulu bisa se-bucin itu pada Axel, padahal jelas-jelas Dia tidak merasakan kebahagiaan seperti saat ini.
Merasa lepas, bebas, tanpa beban dan tanpa penderitaan.
Harusnya Dia pergi saja dari dulu. pikir Azizah.
Azizah kini tengah menikmati kegiatannya berjalan kaki menyusuri pinggiran jalan raya yang di penuhi dengan pepohonan yang rindang, semilir angin semakin membuat wanita yang tengah hamil muda itu.
Sampai atensinya tercuri oleh suara seorang anak kecil yang sedang menangis.
Penasaran, Azizah pun mendekati sumber suara...
"Ya Allah, kasihan... anak siapa yah? Atau jangan-jangan dia tersesat?"
Azizah sedikit terkejut saat melihat anak kecil masih berseragam sekolah tengah berjongkok memeluk erat lututnya di balik pohon seraya menangis.
Naluri keibuannya secara impulsif muncul ke permukaan.
"Assalamualaikum, Hai anak cantik..."
Azizah berkata dengan sangat lembut, Anak itupun menoleh, wajahnya imut tapi agak memerah, mungkin karena terlalu lama menangis.
Azizah menghampiri anak itu dan ikut berjongkok di hadapannya.
"Kamu siapa? Kenapa sendirian disini dan menangis? Kamu tersesat?"
Anak itu hanya menggeleng tanpa menghentikan tangisnya.
"Terus kenapa sendirian disini? Bahaya loh, nanti kamu di culik bagaimana?"
"Nggak Apa-apa tante, kalo Aku di culik, mama nggak akan sedih... Karena mama nggak sayang Tasya hiks hiks hiks"
Gadis kecil cantik bernama Tasya itu semakin tersedu-sedu, hingga Azizah bisa merasakan sakit yang anak itu rasakan.
Entah mendapat Ilham dari mana, Azizah tiba-tiba memeluk Tasya dengan lembut...
"Sssst... Tasya? Nama kamu Tasya?"
"Iya Tante, namaku Alifia Natasya"
Jawab gadis kecil yang sepertinya berusia 6 tahun itu.
"Nama yang cantik, nah.. Tasya, Tasya nggak boleh yah bilang mama Tasya nggak sayang sama Tasya, semua Ibu di dunia ini pasti sayang sama anaknya"
Azizah mencoba menghibur Tasya tanpa melerai pelukannya.
"Huhuhu enggak Tante, mama Tasya memang nggak sayang sama Tasya, mama benci sama Tasya... Huhuhu"
"Sssst....ya udah kalo gitu Tasya bangun dulu yuk... Kita duduk di bangku itu yuk... Tante temenin.. Okey?"
Tasya mengikuti arah telunjuk Azizah yang tertuju pada sebuah kursi di ujung jalan di dekat taman.
Gadis kecil itu kemudian mengangguk.
Azizah pun menggenggam jemari kecil Tasya dan menuntunnya ke arah bangku taman itu...
Bersambung
Kira-kira siapa ya Tasya ini???
axel harus menyesali seumur hidupnya