"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5.Buah Simalakama
Bahama terus menatap Lou tanpa daya. Dia tidak sanggup melihat sahabat baiknya itu mati di hadapannya. Dengan memberanikan diri, dia menyentuh kaki Handrille. Memohon pengampunan untuk sahabatnya itu. Tatapan tajam Tuan Vengsier Eiger pun tertuju kepadanya. Sebuah isyarat, tiada ampun bagi sang pembangkang.
"Kumohon, ampuni dia...."
Bahama terus memohon dengan sungguh-sungguh untuk menyelamatkan nyawa sahabatnya. Dengan posisi bersimpuh dan memegang kaki Handrille dengan kuat, Bahama mencoba mencegah pria beringas itu bertindak. Sedangkan Lou, masih tetap dengan keteguhan hatinya. Tidak mau menerima tawaran pimpinan organisasi yang duduk tenang di singgasananya.
"Singkirkan tanganmu dari kakiku!! Jika tidak, aku juga pasti menghajarmu!!"
Ucapan dengan nada geregetan, membuat sosok Handrille semakin menakutkan. Pria kokoh dengan tampang beringas itu dengan mudah melepaskan kakinya dari genggaman kuat tangan Bahama. Dan dia, mendekati Lou yang masih dengan berani berdiri menantang. Walau kondisi badannya babak belur dengan tangan patah yang disanggah kain di pundaknya.
"Masih tidak mau berubah pikiran?" tanya Handrille yang masih memberi waktu kepada Lou untuk memilih. Sedangkan jari-jarinya sengaja di tekuk-tekuk dan berbunyi krek-krek yang sengaja memberi ilusi kepada Lou, bahwa tangan itu sanggup meremukan tulang-tulangnya. Sungguh diluar nalar manusia yang tidak takut pada bahaya dihadapannya. Lou masih teguh dengan pendiriannya.
"Tetap, tidak!! Keluarkan aku dari sini!! Aku harus kuliah!!" teriak Lou dengan nada marah dan jengkel. Teriakan itu membuat nyali Bahama semakin menciut.
Bahama pasrah, tidak ada cara lagi untuk menyelamatkan sahabatnya itu. Handrille tanpa bersuara lagi, langsung bertindak. Lou yang sudah babak belur dihajarnya habis-habisan. Wajahnya ditinju, kakinya ditendang. Dengan tenaga yang tersisa, Lou yang tidak pandai bertarung mencoba membela diri. Tapi, perlawanannya tidak berhasil.
Power yang dimiliki oleh Lou, nol besar. Skill bertarungnya tidak ada. Fisiknya lemah dan sangat menyedihkan. Tubuhnya dihajar oleh Handrille tanpa ampun. Tak ada seorang pun yang berani menolongnya. Bibir dan pelipisnya berdarah.
"Ugh!!"
Rintihan kesakitan Lou, meruntuhkan ketegaran Bahama. Dia tidak sanggup menyaksikan keadaan Lou yang sangat mengenaskan. Bahama langsung menabrak tubuh Handrille agar pria beringas itu menghentikan aksinya menghajar dan menendang tubuh Lou yang sudah tak berdaya.
"Cukup!! Hentikan!! Kumohon tuan Han, hentikan!!"
Teriak Bahama dengan nada memelas. Berharap hati Handrille tersentuh. Namun tanpa perintah langsung dari Tuan Vengsier Eiger, Handrille tidak bisa menuruti Bahama. Tuan Vengsier Eiger tahu hal itu, dan akhirnya buka suara.
"Ini belum seberapa, Bahama! Untuk menjadi anak buahku, buang semua perasaanmu sebagai manusia! Hilangkan rasa cinta dan belas kasihanmu!! Jika tidak, kamu tak akan bisa menjadi penguasa dunia kejahatan!!"
Mendengar kalimat-kalimat diktaktor yang tegas dan keras, membuat Lou langsung pingsan. Sedangkan Bahama gemetaran, melihat sahabatnya terkulai lemas dan tak sadarkan diri. Apalagi, ucapan yang tak manusiawi keluar keras dari mulut sang pimpinan tertinggi organisasi.
"Ugh...maafkan aku Lou, aku sudah menyeretmu ikut ke jalan yang gelap ini."
Rintih Bahama sambil mengucurkan air matanya. Dadanya sesak, melihat kondisi sahabatnya yang tak berdaya. Dia tidak mampu menyelamatkan nya. Tatapan tajam pun mengarah kepadanya, sebuah perintah yang menyakitkan harus diterimanya dan harus dijalankannya.
"Menangislah dan ucapkan selamat tinggal pada hati nuranimu!! Buang dia ke tempat yang jauh!! Kemudian, datanglah ke kantor bawah tanah!! Handrille akan menunjukan arah kepadamu!!"
Bagai hempasan petir yang menyambar tubuhnya, perintah itu menghancurkan semua perasaan Bahama. Setelah memberi perintah itu, Tuan Vengsier Eiger turun dari singgasananya dan meninggalkan ruangan itu.
Anak buahnya sebagian mengawal dirinya, sebagian menggotong tubuh Lou keluar. Dengan tangan terpaksa, Bahama mengikuti perintah yang menyakitkan itu. Di sana, sudah disiapkan mobil untuk mengangkut tubuh terkulai tanpa daya itu. Bahama terus menangis, ketika mengangkut tubuh lemah tak sadarkan diri dari sahabatnya itu. Bahkan tubuh itu hancur lebur, dan tak ada harapan sadar mau pun hidup lagi.
Air mata Bahama terus mengalir. Tangannya mengepal kuat. Pandangannya tajam setajam mata pedang. Hatinya menahan kemarahan sehingga bibirnya gemeretak. Ia mengumpat dalam hati.
"Aku pasti membunuhmu!! Ya!! Aku akan hidup sesuai keinginanmu!! Kejam, sadis dan tak mengenal belas kasihan!! Aku akan melebihi dirimu tua bangka Vengsier Eiger!! Akan kukendalikan dunia kegelapan di bawah kakiku sampai dunia cahaya pun tak dapat menyentuhnya!! Kemudian kuhabisi kau dan seluruh keluargamu!! Lihat saja nanti!!"
Bara dendam dan rencana pengkhianatan telah ditanam dalam hatinya. Berlalunya waktu, dendam itu semakin tumbuh dan menjadi kekuatan yang maha dahsyat. Entah kapan dan di mana, dendam akan sirna di hati manusia.
Mobil pun berhenti, atas perintah Tuan Vengsier Eiger. Tubuh Lou harus dibuang oleh tangan Bahama sendiri. Handrille mengingatkan hal itu dan bagai makan buah simalakama. Bahama terpaksa melakukannya. Jiwa Bahama meronta, bergejolak penuh amarah. Namun ia harus berusaha memendam semua perasaan itu. Tubuh Lou ia angkat perlahan. Handrille melihat hal itu.
"Cepat, lempar saja tubuhnya ke jurang!! Jangan ragu melakukannya!! Atau aku sendiri yang melemparnya??"
Ucapan Handrille yang tak berperasaan, membuat dada Bahama marah. Dan rasanya mau meledak. Namun ia segera sadar, Handrille membawa beberapa anak buahnya. Tidak ada gunanya jika ia melawan untuk saat ini.
"Tidak perlu!! Aku saja!!"
Bahama membopong tubuh kurus Lou turun dari mobil. Bahama menangis, saat dirinya sudah ada di tepian jurang. Tangannya sangat berat untuk melempar tubuh kurus tak berdaya itu. Bahama tak memiliki kekuatan apa-apa untuk menyelamatkan nya saat ini.
"Maafkan aku Lou. Hanya Tuhan yang bisa menolongmu!! Semoga kau masih hidup!! Kumohon bertahanlah!! Lalu, temui aku untuk balas dendam!!"
Bahama melempar pelan tubuh Lou ke jurang. Handrille pun tersenyum puas menyaksikan nya. Begitu Bahama kembali masuk ke dalam mobil, Handrille menepuk pelan pundaknya. Namun Bahama dengan reflex menyingkirkan tangan itu. Handrille melihat api dendam berkobar pada mata pemuda gagah itu.
Tak ada yang mau bicara selama perjalanan kembali ke markas. Bahama yang menguatkan hatinya untuk balas dendam, memupus semua kesedihan dan keperihan hatinya saat ini. Hanya kekuatan yang bisa membuatnya berhasil mewujudkan ambisinya itu.
Sesampainya di markas, Handrille membawanya ke ruang bawah tanah. Sesampainya di sana, Bahama tercengang. Di sana, banyak senjata api berbagai macam jenis, model dan teknologinya. Semua senjata tercanggih di masa itu pun ada. Sangking kagumnya, aura kemarahan akibat ambisi balas dendam pun sirna.
"Untuk hari ini, aku ditugaskan menunjukan tempat rahasia ini kepadamu!! Mulai besok, kau harus beroperasi. Ayo, kita ke kantormu!! Karena aku sudah menyaksikan dirimu menepati perintahnya, beliau sudah menyiapkan kantor khusus untukmu!!"
Ucapan Handrille membuat darah panas mengalir lagi ke tubuh Bahama. Ambisi balas dendam nya semakin kuat, setelah melihat senjata-senjata itu. Dia sudah bertekad, akan menguasai semuanya dan membunuh Tuan Vengsier Eiger dengan tangannya sendiri. Lalu, bagaimana dengan Lou? Masih hidupkah dia?