Balas Dendam Sang Don Juan

Don Johnson’s POV

Hingar bingar music yang memekakkan telinga di Club Malam langgananku di kota Manhattan ini, tidak mampu mengusir gundah gulana dalam hatiku. Perasaan bersalah yang sangat besar pada Cathy membuatku ingin berlari dan berteriak. Hanya saja aku tidak menemukan cara untuk melampiaskannya.

Proses perceraianku dengan istriku tinggal selangkah lagi. Setelah itu aku benar benar homeless, tanpa pekerjaan dan tanpa rumah. Nasibku nyaris sama seperti Cathy. Tanpa masa depan. Aku menatap nanar gelas minuman yang aku pegang, berharap dari padanya akan keluar sebuah jawaban atas apa yang aku alami.

Tiba tiba aku dikejutkan oleh tepukan di punggungku, Odelia. Mau apa lagi betina jalang ini? Bukankah semua hutangku sudah lunas?

“Bagaimana kabarmu Don?” sapa Odelia

“Pergi kau jalang, aku sudah tidak punya urusan apa apa lagi denganmu,” dengus ku kesal

‘“Jangan kasar begitu Don, setidaknya kita masih bisa berteman,” sahut Odelia

“Aku tidak sudi berteman denganmu, kau wanita jalang tak tahu diri,” jawabku

“Hai mengapa kau begitu marah padaku? Apa salahku Don. aku selalu bermurah hati padamu, bahkan aku bisa kau nego, dan tidak hanya itu, aku selalu memberikan kehangatan tubuhku saat kau perlu.”

“Diam kau brengsek, aku enggan berbicara padamu,”

“Kau yakin?” ujar Odelia

Aku palingkan mukaku darinya.

“Don, sekarang kau tidak punya pekerjaan, kau bahkan hampir bercerai dan aku yakin sebentar lagi kau homeless…kau mau tidur di bawah jembatan Manhattan? Pertimbangkan baik baik. Aku bisa memberimu solusi Don,”

“Aku tidak sudi meminjam uang pada jalang murahan macam kau lagi,” jawabku ketus.

“Ckckckck, jahat sekali kau Don. Untuk pria yang sudah bangkrut dan tidak punya banyak pilihan, kau terlalu sombong ganteng,”

Odelia mengulurkan kartu namanya. Di sana tertera nama club tempatku minum minum ini dan nama dia sebagai ownernya.

“Baca itu, tempat ini sekarang milikku Don. Kau bisa dapat makan minum gratis dan pekerjaan di sini. Kau tidak harus tinggal dibawah kolong jembatan,” kata Odelia dengan senyum lebar

Aku tidak ambil peduli, walaupun dalam hati aku merasa heran. Banyak betul dia punya uang sehingga bisa beli tempat ini.

“Bisa saja kau hanya pura pura. Dan lagi aku juga tidak mau tahu,” jawabku.

“Aku bersumpah kau akan kembali merangkak di kaki ku Don. Lihat saja.” seloroh Odelia sambil berbisik manja di telingaku.

Lalu dia pergi meninggalkanku seorang diri. Seorang Bartender mendekatiku dan berkata, “Kau sungguh beruntung, Odelia tampak menyukaimu. Harusnya kau terima ajakan dia untuk bekerja di sini. Aku lihat kau seharian hanya duduk dan minum Whisky. Pasti kau tidak dalam kondisi baik baik saja.”

Aku memandang bartender itu dan berkat,” Aku muak dengan dia,”

“Menikahi wanita kesepian macam Odelia jauh lebih menguntungkan dari pada menikahi gadis single manapun. Koneksinya banyak, uangnya melimpah. Siapa tahu kau bisa meraih kejayaan mu lagi.”

Aku merenung, dalam hati aku membenarkan kata kata bartender muda ini. Aku memang tidak tahu harus kemana lagi. Duniaku sudah hancur sejak peristiwa penggerebekan itu. Jobless, diceraikan dan diusir. Apa lagi yang lebih buruk dari ini? Malam ini aku juga tidak punya tempat untuk tidur. Bayar motel murah saja aku juga tidak punya uang.

Perlahan aku melihat ke arah Odelia. Tidak terlalu buruk. Dia lumayan cantik, walaupun dia menor dan yah terkesan murah! Odelia seperti tau aku melihat ke arahnya. Tiba tiba dia menghampiriku lagi dan berkata,” Bagaimana? Sudah berubah pikiran?”

Segera kutarik pinggangnya dan kucium bibirnya dengan beringas di hadapan orang banyak. Dia tampak tidak siap. Namun aku tidak peduli. Kudorong dia ke pinggir club yang agak gelap dan kuremas dadanya hingga dia mendesah pelan. Matanya menjadi Sayu dan tubuhnya hangat menegang.

Dia balas ciumanku lalu segera menarikku ke ruangannya. Dalam ruangan itu dia mulai liar, jika selama ini dia selalu minta dilayani, tampaknya malam ini dia berubah pikiran. Dia bersimpuh di hadapanku dan mulai memainkan senjataku dengan liar. Lalu dia melucuti dirinya dan diriku serta menghisap senjataku dengan kuat. Aku mengerang rendah. Tak tahan dengan apa yang dia lakukan, aku mengangkatnya dan membalikkan badannya diatas Sofa lalu menghujamkan milikku di dalam dirinya tanpa ampun. Ku hentakkan diriku berulang ulang dengan keras, hingga dia mengerang dan merintih.

Erangan dan rintihannya malah membuatku makin gila. Ku tekan kepalanya dan kutarik rambutnya dengan keras. Lalu kusumpal mulutnya dengan mulutku sambil terus berpacu diatasnya makin lama makin liar dan keras. Dia menjerit dalam mulutku. Tapi aku sudah tidak peduli lagi. Aku pacu dengan keras kuat dan kasar. Semua rasa aku tumpahkan pada permainan itu, amarah ,hasrat gairah semuanya hingga pelepasanku mendekat.

Kubalikkan badannya dan dengan kasar aku buka mulutnya dan aku sumpalkan milikku ke dalam mulutnya tanpa ampun. Rasa berkuasa, otoritas dan memiliki menjalar ke setiap rasa dan sel tubuhku. Aku merasa puas dan menang, aku terus memacu dalam mulutnya. Aku pegang kepala rambutnya dengan kuat dan aku mainkan hingga aku meraih pelepasanku. Hingar Bingar musik di klub malam itu seperti membiusku dan Odelia. Kami bermain berkali kali hingga kelelahan.

******

Odelia melingkar di dadaku setelah permainan dahsyat kami. Dia nampak sangat puas dan tidak menyangka bahwa aku bisa berumah pikiran secepat itu.

“Kau tahu Don, dari sekian banyak laki laki yang pernah tidur denganku, hanya kau yang membuatku merasakan permainan yang sesungguhnya,” kata Odelia sambil memainkan bulu dadaku.

Aku tersenyum Smirk,” Aku bisa memberikannya padamu tiap hari,”

“Pantas saja wanita di dalam tabloid yang tertangkap basah bercinta denganmu itu sampai melakukan percobaan bunuh diri. Aku rasa dia tidak bisa jauh darimu. Karena permainanmu yang luar biasa.”

Aku tersentak kaget, “Maksudmu Catherine Donovan, istri Leo Dawson?”

“Hemm ya…dia baru saja keluar rumah sakit. Beberapa anak buah tuan Leo Salvatore yang kukenal menceritakannya padaku,” ujar Odelia sambil mengenakan kembali bajunya.

“Salvatore katamu?” ujarku penuh tanya pada Odelia.

“Ya. Apakah kau tidak tahu bahwa nama lengkap Tuan Leo, adalah Leo Dawson Salvatore?”

Aku diam membisu, bayangan Cathy yang begitu gembira saat aku membantunya keluar dari Mansion Leo kembali melintas. Aku juga teringat dengan Nicholas Salvatore mantan kekasih cathay yang penuh drama.

“Sudahlah, itu bukan salahmu. Dia sendiri kurang hati hati dan terlalu percaya padamu. Yang penting semua hutangmu lunas, baik yang di bank atau padaku. Aku senang kau kembalikan uangku. Karena aku bukan istri leo Salvatore yang hanya tinggal duduk manis ongkang ongkang kaki. Aku harus kerja keras untuk bisa dapat uang lebih,”

Aku menghembuskan nafas dengan berat. Sejujurnya, perasaan bersalahku lebih dalam pada Cathy dibandingkan rasa bersalah pada istriku. Aku yakin, setelah bercerai dariku, dia akan mudah mendapat penggantiku dan masih tetap bisa bekerja sesuai profesinya dengan baik. Sementara perbuatanku pada Cathy menghancurkan reputasinya untuk selamanya.

Aku harus menemui Cathy, setidaknya aku harus mengingatkan dia tentang suaminya itu. Dan aku tidak ingin Odelia tahu. Aku khawatir malah akan menjadi persoalan baru untuk Cathy.

Segera setelah Odelia keluar kamar, aku hubungi cathy. Mati. Ponselnya mati. Shit!!!

Aku berpikir keras, bagaimana cara menghubungi Cathy. Tiba tiba aku ingat link discord yang pernah kami buat untuk mengkomunikasikan pesan pesan yang sifatnya rahasia dan personal. Aku mengirim pesan melalui link itu dan menjelaskan secara singkat pada Cathy. Aku minta dia untuk berhati hati pada suaminya. Karena semua yang terjadi denganku dan dia adalah jebakan dari suaminya sendiri. Aku juga menjelaskan ada kemungkinan suaminya berperan dalam berbagai kasus yang menyebabkan dia kehilangan karir dan aset pribadinya.

Aku juga menjelaskan bahwa nama Keluarga Leo adalah Salvatore. Aku meminta Cathy untuk menyelidiki keterkaitan antara leo dan nick mantan pacarnya dulu. Siapa tahu saling terkait. Siapa tahu Leo ada hubungan keluarga dengan Nick. Siapa tahu Leo berpikir bahwa Cathy dan mungkin juga aku adalah penyebab kematian Nick.

*****