Sebelum meninggalkan Kenanga untuk selamanya, Angga menikahkan Kenanga dengan sahabatnya yang hanya seorang manager di sebuah bank swasta.
Dunia Kenanga runtuh saat itu juga, dia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Angga, dan kini Kakaknya itu pergi untuk selama-lamanya.
"Dit, gue titip adik gue. Tolong jaga dia dan sayangi dia seperti gue menyayanginya selama ini" ~Angga ~
"Gue bakalan jaga dia, Ngga. Gue janji" ~ Aditya ~
Apa Kenanga yang masih berada di semester akhir kuliahnya bisa menjadi istri yang baik untuk Aditya??
Bagaimana jika masa lalu Aditya datang saat Kenanga mulai jatuh cinta pada Aditya karena sikap lembutnya??
Bagaimana juga ketika teman-teman Aditya selalu mengatakan jika Kenanga hanya istri titipan??
Lalu, bagaimana jika Aditya ternyata menyembunyikan latar belakang keluarganya yang sebenarnya dari semua orang??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami sempurna
Malam harinya, bukan hanya ada Aditya yang tidur di sampingnya saja yang membuat Anga tak bisa tidur, tapi juga udara malam yang tak pernah terasa dingin di Ibu kota dan sekitarnya.
Biasanya Anga tidur di ruangan yang sejuk karena AC, kini Anga terus merasa gelisah karena kamar yang terasa panas. Kipas angin satu-satunya di kamar itu juga tiba-tiba rusak padahal semalam masih bisa di gunakan.
Anga melihat ke samping, dimana Aditya tampak tidur dengan tenang tanpa terusik dengan udara sepanas itu.
Padahal tempat tidur yang tak begitu besar serta guling yang berada di tengah-tengah mereka membuat Anga semakin kepanasan.
Berkali-kali dia mengusap keringat di pelipis serta menggunakan buku untuk mengipasi wajah dan lehernya sendiri.
"Kalau gini caranya, kapan bisa tidur??" Anga ingin menangis rasanya. Baru di hadapkan dengan masalah sekecil itu saja Anga sudah tak bisa menahan air matanya.
Tapi Anga langsung mengusap air matanya saat pria di sampingnya bergerak dan memiringkan rubuhnya menghadap ke arah Anga.
Pria itu tidak berkata apapun meski matanya terbuka menatap Anga.
"Tidurlah, biar Mas kipasin"
Anga melongo saat Aditya mengambil buku di tangannya dan langsung menggunakan buku itu untuk mengipasi wajah dan bagian leher Anga.
"N-nggak udah Mas. Biar Anga aja, maaf kalau Anga berisik. Tidur Mas jadi terganggu"
"Biar Mas aja, besok kamu ada kuliah pagi kan??"
"T-tapi Mas.."
"Shhttttt, tidurlah"
Anga hanya diam sambil menatap Aditya yang memejamkan mata namun tangannya terus bergerak mengipasi Anga.
Padahal besok pagi Aditya juga bekerja, bukan cuma dia yang kuliah.
"Apa ini yang Kak Angga maksud kalau dia adalah pria yang tepat untukku??"
"Kalau memang benar Mas Adit adalah pria yang di gariskan untukku. Aku akan mencoba menerima semuanya dengan ikhlas. Semoga Allah lekas membuka hatiku untuk suamiku ini"
Karena jujur saja, di dalam hati Anga sudah ada seseorang yang menghuninya sejak lama.
Seperti baru saja terlelap, Anga kembali terbangun saat merasakan usapan lembut di punggung tangannya.
"Dek, bangun yuk. Sudah subuh"
Anga mendengar, namun masih merasa berat untuk membuka mata.
"Dek??"
"Iya Mas??"
"Ayo subuh dulu!!"
Anga terpaksa membuka matanya. Menurutnya ini masih terlalu pagi, padahal dulu dia menunaikan sholat subuh di saat matahari sudah terbit. Kadang Anga malah kesiangan dan melewatkan kewajibannya itu.
"Iya" Anga akhirnya bangun dan kembali menunaikan ibadah bersama suaminya.
Saat Anga masih berada di dalam kamar. Anga mendengar suara berisik dari depan rumah. Anga yang penasaran mencoba melihat keadaan di luar dari jendela kamarnya.
Ternyata ada banyak Ibu-ibu yang mengerumuni tukang sayur di pagi yang masih sedikit petang ini.
Tapi yang menarik perhatian Anga, di tengah ibu-ibu itu, ada Aditya di sana.
"Mas Adit ngapain di sana?? Belanja juga??"
Anga tak mendengar dengan jelas apa yang mereka omongkan di sana. Tapi mereka tampak tertawa dengan keras seperti sedang menggoda saat Aditya mulai menjauh dari kerumunan Ibu-ibu itu.
Anga buru-buru keluar dari kamar menghampiri Adit.
"Mas Adit habis belanja??" Anga melihat kantung keresek di tangan Adit. Harusnya tanpa bertanya Anga sudah tau karena dia melihat Adit di tukang sayur.
"Iya, kalau belanja di depan situ. Datangnya setiap hari, namanya Mang Ade, sayurnya seger-seger terus harganya lebih murah. Nggak perlu ke pasar lagi"
Anga semakin heran, sebenarnya apa yang tidak bisa di lakukan oleh Adit. Pria itu bahkan mendekati kata sempurna untuk seorang suami. Bekerja, membersihkan rumah, mencuci baju, memasak dan belanja sendiri.
Andai saja mereka menikah karena cinta, Anga pasti lebih bahagia dan begitu beruntung mendapatkan suami seperti Aditya.
"Mas masak dulu ya, mumpung masih jam segini"
"Anga bantu ya Mas??" Anga tentu tidak ingin berdiam diri terus menerus. Dia ingin belajar mulai sekarang.
Aditya tampak mengerutkan keningnya, mungkin dia bingung karena Anga tidak bisa memasak namun ingin membantunya.
"Anga cuma mau belajar masak, biar nggak Mas Adit terus yang masak"
"Boleh" Adit dengan senang hati menerima niat baik Anga itu.
"Mas Adit, Assalamualaikum!!"
Anga yang mengikuti Aditya ke dapur ikut berbalik saat mendengar suara seseorang datang ke rumahnya pagi-pagi begini.
"Walaikumsalam Mbak Sri!!" Aditya tampaknya sudah mengenal suara tamunya itu.
Anga mengekor Aditya yang kembali keluar menemui tamunya. Tapi Anga hanya sampai ke batas pintu dapur saja dan hanya melihat Aditya dari kejauhan karena merasa malu.
"Ada apa Mbak Sri??"
"Mas Adit, Mbak masak soto banyak hari ini. Daripada mubazir, Mas Adit bantu habisin ya?? Kalau Mbak sama anak-anak dan Mas Wandi saja mana habis" Wanita berumur empat puluhan itu memberikan rantang pada Aditya.
"Wah makasih banyak loh Mbak. Padahal saya aku sudah mau masak"
"Yo rapopo. Masaknya besok aja" Logat jawa sangat kental pada wanita itu.
"Ya udah deh Mbak. Rejeki mana boleh di tolak" Adit menerima rantang dari Sri.
"Nah gitu dong. Tapi Mas Adit, Mbak dengar dari Ibu-ibu kalau Mas Adit sudah menikah. Kok nggak kasih kabar Mbak Sri to Mas?? Kapan nikahnya?? Kenalin istrimu sama Mbak Sri dong!!"
Anga yang mendengar percakapan Aditya dengan tetangganya itu menjadi gugup.
"Iya sebentar ya Mbak, aku panggil dulu"
Aditya membawa rantangnya masuk sekalian memanggil Anga.
"Dek, ikut Mas ke depan ya?? Mas kenalin sama tetangga Mas"
"Tapi Mas, Anga malu" Cicit Anga menundukkan kepalanya.
"Kenapa harus malu?? Ada Mas juga, lagian istri Mas ini cantik kok, kenapa harus malu??"
Anga harus kembali mengigit bibirnya untuk menahan senyumnya karena malu.
"Kalau mau senyum, senyum aja. Jangan di tahan, kamu makin cantik kalau senyum"
Mana ada wanita yang tidak meleleh kalau terus di perlakukan seperti itu.
"Masss!!" Anga mengeluh manja tapi Aditya malah terkekeh melihat tingkah istri kecilnya.
"Ayo!!"
Anga membiarkan tangannya di genggam Aditya saat membawanya keluar.
"Mbak Sri, kenalin ini Kenanga, istri ku. Dan Anga ini Mbak Sri"
Hati Anga berdesir saat Aditya mengenalkan dirinya sebagai seorang istri di hadapan orang lain.
"Panggil aja Anga Mbak" Anga mengulurkan tangannya pada Sri.
"Oalah Ayu tenan Mas. Pinter sampean cari istri" Puji Sri yang melihat sosok Anga. Wanita dengan tinggi 168cm cukup tinggi bagi wanita indonesia.
Bentuk badan Anga yang ideal tak kurus dan tidak gemuk namun tonjolan di bagian tertentu membuat Anga terlihat seksi. Aditya sendiri tidak tau kenapa wanita umurnya belum genap dua puluh satu tahun itu memiliki badan seindah itu.
Belum lagi kulit Anga yang putih bersih, wajah yang cantik dengan mata besar dan bulu mata lentik. Hidung mancung dan bibir merah tanpa polesan lipstik menjadi pelengkapnya.
"Saya Mbak Sri, rumahnya di sebelah. Main ke sana ya?? Temani Mbak di rumah kalau di tinggal Mas Wandi kerja" Sambung Sri sambil menunjuk rumah di sebelahnya.
"Anga masih kuliah Mbak, jadi waktu luangnya cuma sedikit" Aditya yang menjelaskan.
"Oh masih kuliah to?? Tapi yo nggak papa, kan bisa main kalau cuma bentar-bentar aja. Nanti Mbak ajari tips berumah tangga biar langgeng. Jadi istri yang baik biar suami betah di rumah. Gratis wes, mau yo??"
"I-iya Mbak. Kapan-kapan Anga main ke rumah Mbak"
"Yowes, Mbak pulang dulu"
"Makasih sotonya ya Mbak" Ucap Adit agak keras karena Sri sudah mulai jauh.
"Sama-sama Mas Adit" Teriak Sri.
"Nggak usah di dengerin omongan Mbak Sri ya??"
"Emangnya kenapa Mas??"
"Kenapa??" Aditya mengerutkan keningnya.
"Jadi kamu mau belajar jadi istri yang baik buat Mas?? Kamu mau tau caranya biar Mas betah di rumah dari Mbak Sri?? Kalau itu sih, Mas boleh-boleh aja" Aditya menyipitkan matanya sambil tersenyum jahil untuk menggoda Anga.
"B-bukan begitu maksudnya Mas!!"
"Emangnya gimana??" Aditya semakin maju dsn mendesak Anga.
"Emm, i-itu cuma mau makan soto dari Mbak Sri. Kayaknya enak dari baunya. Ayo sarapan aja Mas"
Aditya terkekeh melihat kegugupan Anga. Wanita itu bahkan mencari alasan yang tidak masuk akal untuk menghindari Aditya.
"Manis banget" Gumam pria matang itu.
*
*
*
Mas Aditnya Anga......