"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab : 8
Lia menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak mau menunjukkan rasa takut pada Pandu. Ia berusaha untuk tetap bersikap tenang dan berani.
"Aku tidak mau," jawab Lia dengan suara yang tegas. "Aku mau nonton film dengan teman-temanku. Tolong jangan ganggu aku."
Pandu mengerutkan kening. Ia tidak menyangka Lia akan menolaknya. Ia menatap Lia dengan tatapan yang mengancam.
"Lo pikir lo bisa menghindar dari gue?" tanya Pandu dengan nada yang kasar. "Gue akan selalu ada di sekitar lo. Dan gue akan selalu mengawasi lo."
Lia mengeratkan genggaman tangannya. Ia merasa takut, tapi ia berusaha untuk tetap tegar. Ia tidak mau menunjukkan rasa takutnya pada Pandu.
"Aku tidak peduli," jawab Lia dengan suara yang tegas. "Aku akan tetap berteman dengan Kania dan Rangga. Dan aku tidak akan membiarkanmu menggangguku."
Pandu terdiam sejenak, merenungkan jawaban Lia. Ia tidak pernah menemukan anak perempuan yang berani menentangnya seperti Lia. Ia terkejut dan sedikit tertarik pada keberanian Lia.
"Oke, lo berani ya," ujar Pandu dengan nada yang sedikit kagum. "Gue penasaran mau lihat sampai kapan lo bisa bertahan di kelas ini."
Pandu kemudian menarik tangannya dan berbalik meninggalkan Lia. Ia menatap Lia dengan tatapan yang tajam dan mengancam.
Lia menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk menenangkan diri. Ia berusaha untuk mengusir rasa takut yang menyerang hatinya. Ia bertekad untuk tetap berani dan menjalani kehidupan baru di kelas IPS 3 dengan penuh semangat.
"Lia, kamu nggak papa, kan?" tanya Kania dengan nada yang khawatir. Kania dan Rangga yang melihat peristiwa itu tampak cemas.
Lia mengangguk dan mencoba menunjukkan senyum yang tegar. "Aku nggak papa. Dia cuma nakal aja."
"Kamu nggak usah takut, Lia," kata Rangga. "Pandu itu cuma suka meresahkan. Dia nggak berani ngapa-ngapain kamu. Lagian, kita bertiga kan berteman?"
Lia mengangguk mengerti. Ia merasa lega mendengar kata-kata penghiburan dari Kania dan Rangga. Ia berharap perkataan mereka benar dan ia bisa bergaul dengan baik di kelas baru ini.
"Aku juga bakal lindungi kamu kok, Lia. Jangan takut ya," sambung Kania dengan nada yang menenangkan.
Lia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Kania dan Rangga. Ia merasa lega memiliki teman yang selalu mendukungnya. Ia berharap bisa menjalani kehidupan baru di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru.
Lia, Kania, dan Rangga bertiga berjalan menuju mal untuk menonton film. Sepanjang jalan, Lia masih memikirkan perkataan Pandu. Ia merasa sedikit takut pada Pandu, tapi ia juga merasa penasaran dengan sikap Pandu yang mengancam tapi sedikit kagum pada keberanian Lia.
"Lia, kamu kok diam aja? Kenapa kamu kelihatan galau?" tanya Kania dengan nada yang khawatir.
Lia menggeleng dan mencoba menunjukkan senyum yang tegar. "Nggak papa, aku cuma mikirin pelajaran aja."
Rangga menangguk mengerti. Ia tahu Lia sedang berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di kelas IPS 3. Ia merasa sedikit canggung dan takut untuk mendekati Pandu dan teman-temannya, tapi ia bertekad untuk terus mencoba dan menunjukkan sikap yang ramah.
Saat mereka sampai di mal, Lia melihat Pandu sedang berjalan dengan teman-temannya di depan bioskop. Lia terkejut dan menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha untuk menghindar dari pandangan Pandu.
"Kenapa kamu menghindar dari Pandu?" tanya Rangga dengan nada yang penasaran.
"Aku takut dia akan mengganggu kita," jawab Lia dengan suara yang gemetar.
"Kamu nggak usah takut," kata Kania. "Pandu itu cuma suka bercanda aja. Dia nggak berani ngapa-ngapain kamu."
"Tapi dia mengancam aku tadi," kata Lia. "Dia bilang akan selalu mengawasiku."
"Itu cuma kata-kata kosong," kata Rangga. "Pandu itu baik kok. Dia cuma nakal aja."
Lia menatap Rangga dengan wajah yang penuh pertanyaan. Ia tidak percaya apa yang dikatakan Rangga. Ia masih merasa takut pada Pandu.
"Percaya sama aku," kata Rangga dengan nada yang yakin. "Pandu itu baik kok. Dia cuma suka bercanda aja."
Lia menangguk mengerti. Ia berharap perkataan Rangga benar. Ia ingin percaya bahwa Pandu bukanlah orang yang buruk. Ia ingin berteman dengan Pandu, tapi ia masih merasa takut pada Pandu.
"Oke, kita nonton film ya," kata Kania dengan senyum. "Lupakan Pandu sebentar. Kita nikmati malam ini."
Lia tersenyum dan menangguk. Ia berusaha untuk mengusir rasa takutnya dan menikmati malam ini bersama Kania dan Rangga. Ia berharap bisa menjalani kehidupan baru di kelas IPS 3 dengan penuh semangat dan persahabatan baru.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu ingin aku lanjutkan?
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!