Pria Bayaran Untuk Wanita Kaya Tersakiti

Galih bersandar pada badan mobil dengan kedua tangan bersedekap didada, ia menatap serius Rere yang masih terkejut karena kedatangannya. Ya, Rere masih terdiam membeku dikejauhan sana, seakan tidak percaya Galih bisa menemukan dirinya di Mansion. 

“Kau mau terus melamun seperti itu, Baby?” Tanya Galih dengan kedua tangan membentang untuk menerima pelukan Rere. 

~POV Rere

Astaga, tidak tahu mengapa aku sangat senang melihat Galih datang malam ini. Disaat perasaan hati kacau sepenuhnya disaat itulah sang penyembuh datang, siapa yang tidak senang dengan semua itu. Tanpa berpikir dua kali kedua kakiku langsung berlari menuju Galih yang masih menunggu pelukan. 

Aku memeluk Galih sangat erat, menumpahkan segala kesedihan didada bidang miliknya. Tangan Galih mengelus punggung belakangku, usapan tangan besar miliknya sangat membuatku nyaman. 

“Tidak apa, Baby. Tumpahkan segala rasa sedih yang ada di hatimu, menangislah..” Galih terus menguatkan aku. 

Sungguh aku tidak berdaya malam ini, segala halnya semakin terlihat nyata sekarang. Saka benar-benar membawa wanita itu menuju kehidupannya, tanpa malu serta tanpa memikirkan perasaanku malah bermain panas di kamarku sendiri. 

“Galih, aku tidak tahu mengapa.. Malam ini aku membutuhkan dirimu,” Ucapku pada pria tampan itu. 

Terserah Galih mau menilai apa, intinya aku hanya menginginkan pria itu malam ini. Tangan Galih merela pelukan kami, ia mengusap air mataku yang sudah tidak mengalir lagi. 

“Sesuai yang aku katakan, aku akan selalu ada di sampingmu, Rere. Aku sepenting itu didalam hidupmu, kau harus mengerti semua itu.” Ujar Galih, ia meraih tanganku untuk masuk kedalam mobil. 

Udara malam ini sangat dingin, mungkin saja sebentar lagi hujan karena aku mendengar suara gemuruh. Disaat didalam mobil aku melihat Galih yang mengambil sesuatu di bangku belakang mobil miliknya. Barulah aku sadar jika mobil ini sangat mewah untuk dimiliki pria miskin seperti Galih. 

“Ini mobil siapa?” Tanyaku kepada pria tampan yang sangat baik hati itu. “Aku lupa bertanya, sebenarnya kau bekerja sebagai apa?” Aku mengulang tapi lebih memperjelas pertanyaan yang sangat ingin aku ketahui. 

Bagaimana bisa aku langsung tertarik pada pria yang bahkan aku tidak tahu seperti apa warna kehidupan yang ia jalani. Aku memang tidak terlalu memperdulikan miskinnya dia, yang terpenting bisa mendinginkan dahaga panas yang aku rasakan ini. 

Galih menyerahkan cokelat ditanganku, ia tersenyum manis padaku. Astaga, mungkin saja aku akan terus diabetes kalau terus diberikan senyuman manis seperti itu. 

“Apa maksudnya?” Tanyaku, tidak pernah aku diperlakukan manis seperti ini sebelumnya oleh Saka. 

Ya, meskipun kami sudah menikah selama lima tahun tapi sikap romantis Saka bisa dihitung oleh jari. Pria itu selalu sibuk dan bahkan jarang memberikan waktunya untukku, aku kira sangat sibuk bekerja ternyata sedang memberikan jatah kepada istri simpanannya. 

“Ini cokelat untukmu, katanya.. Memakan cokelat bisa membuat suasana hati menjadi lebih baik,” Jelas Galih, aku mengerti dengan pejelasannya. 

Yang sebenarnya adalah aku tidak terlalu suka dengan makanan manis, tapi menolak pemberian Galih sungguh tidak mampu untuk aku tolak. Aku membuka bungkus cokelat itu sambil diperhatikan dengan baik oleh Galih, rasanya sedikit gugup. 

“Kau mau?” Tawarku kepada Galih disaat menyuapkan satu potong cokelat kedalam mulut. 

Galih mengangguk, tapi tiba-tiba saja ia meraih tanganku hingga kami sangat dekat. Pria tampan itu melakukan lumatan bibir serta seakan menghisap bibirku, jujur aku kewalahan membalasnya. Mataku mengerjap disaat Galih sudah selesai melakukannya, ia menatapku penuh damba. 

“Rasanya jauh lebih nikmat jika dimakan dari mulutmu,” Kata Galih. 

Ayolah aku sampai terdiam membeku karena semua ulahnya, sungguh tiba-tiba dan mengejutkan. “Lagi?” Tawarku, hahaha sepertinya aku ketagihan dengan rasa bibir dari Galih. 

“Dengan senang hati, Nona..” Galih melumat bibirku lagi, kali ini lebih lembut dan penuh menuntut. Sampai tanganku memegang dada bidangnya, aku sangat suka berciuman didalam mobil seperti ini. 

“Emmm..” Aku memukul dada bidang Galih karena sudah merasakan sesak, pria itu melepas tautan bibir kami sambil tersenyum puas. “Aku ingin tahu, apa pekerjaan mu?” 

Galih menuntun tanganku untuk berpindah duduk di pangkuannya, bahkan didalam mobil yang sempit sangat mudah Galih memindahkan tubuhku untuk duduk di pangkuannya. 

“Menurutmu pekerjaan apa yang aku lakukan?” Malah dia bertanya balik padaku. 

Posisi ini membuat kami semakin dekat, aku sangat jelas dan sangat dekat dengan wajah tampannya. Tangan Galih juga sibuk merapikan rambutku, terkadang ia mengecup area wajahku. Ntahlah, aku diperlakukan Galih selayaknya boneka hidup. 

“Kau pasti seorang supir pribadi, iyakan?” Aku yakin dengan tebakanku sekarang. 

Galih mengangguk mantap. “Sayangnya aku sudah di pecat sekarang maka_”

“Tidak perlu khawatir, jadilah supir pribadiku. Agar selalu dekat denganku, seperti yang dilakukan Zoya dengan Saka.” Aku mengatakan itu kepada Galih yang menatapku serius. 

Sepertinya Galih membutuhkan penjelasan yang sangat panjang dariku, tapi baru aku mau memulai menjelaskan malah mendengar sesuatu yang berjalan didepan mobil kami. 

“Tontonan menarik..” Kata Galih yang membuatku semakin bingung. 

~POV Rere End

Rere sedikit melihat kearah belakang dan benar saja ia melihat Zoya yang menuju pos satpam yang menjaga Mansion. Zoya seperti menunggu seseorang dan Rere tahu siapa yang ditunggu oleh wanita itu. 

“Kau ingin menontonnya secara langsung, Baby?” Tanya Galih, ia sudah menduga jika Zoya akan se terang-terangan itu berselingkuh dengan Saka. 

Dengan cepat Rere menggelengkan kepalanya, ia tidak mau melihat Saka dengan Zoya lagi. “Aku merasa paling bodoh disaat melihat mereka berdua, Galih..” Kata Rere yang terdengar menyedihkan di telinga Galih. 

“Pria murahan memang pantas bersama dengan wanita murahan,” Ucapan Galih membuat Rere langsung mendongak, ia menatap penuh kearah Galih yang tersenyum padanya. “Saka tidak akan pernah bisa menggapaimu, hal itu yang membuat dia melakukan hal gila ini. Seharusnya kita harus segera memberi pelajaran yang tidak terlupa untuknya,” Saran Galih. 

Rere mengangguk pelan, ia mendengar suara desahan dan penyatuan tubuh meskipun didalam mobil Galih. “Mereka sedang ngew*?” Tanya Rere, ia terlalu takut untuk melihat adegan apa yang sebenarnya sedang terjadi.