Jihan yang polos dan baik hati perlu mengumpulkan uang dalam jumlah yang besar untuk membayar tagihan medis ibunya yang sakit parah. Terpaksa oleh situasi, dia menandatangani kontrak pernikahan dengan CEO perusahaan, Shaka. Mereka menjadi suami istri kontrak.
Menghadapi ibu mertua yang tulus dan ramah, Jihan merasa bersalah, sedangkan hubungannya dengan Shaka juga semakin asmara.
Disaat dia bingung harus bagaimana mempertahankan pernikahan palsu ini, mantan pacar yang membuat Shaka terluka tiba-tiba muncul...
Bagaimana kisah perjalanan Jihan selama menjalani pernikahan kontrak tersebut.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Di dalam kamar hotel, Shaka sesekali melirik pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Sudah hampir 30 menit, Jihan belum juga keluar. Sedangkan Shaka sudah 2 kali duduk di balkon kamar. Dia juga baru selesai menghabiskan secangkir hot chocolate yang dia buat sendiri dari dapur di kamar itu.
"Dia pingsan atau apa.!" Gumam Shaka yang akhirnya beranjak dari sofa dan berjalan ke arah kamar mandi. Bukan karna peduli ataupun khawatir, tapi lebih ke tanggungjawab karna Jihan pergi dengannya. Sebab Jika terjadi sesuatu pada Jihan, pasti dia yang akan dimintai pertanggungjawaban.
"Jihan.?!! Kenapa lama sekali.?!" Sambil berteriak, Shaka menggedor pintu beberapa kali.
"Jangan terlalu lama di dalam, kamu ingin buat masalah ya.?!" Teriaknya lagi.
Hampir 5 menit menghabiskan suara dan tenaga untuk membuat Jihan membuka pintu kamar mandi, tapi sia-sia. Jangankan membuka pintu, dari dalam kamar mandi pun tidak terdengar suara apapun. Shaka yang tadinya kesal, kini mulai panik. Pikirannya sudah negatif duluan, takut Jihan pingsan seperti dugaannya.
"Jihan, jangan bercanda.! Cepat buka pintunya.!" Shaka mendobrak pintu dengan membenturkan tubuhnya beberapa kali. Suara bising itu sama sekali tidak membuat penghuni kamar mandi bersuara. Shaka semakin yakin kalau di dalam sana memang terjadi sesuatu.
Tanpa pikir panjang, pria itu segera menghubungi petugas hotel untuk meminta bantuan. Sampai akhirnya bantuan datang, Shaka langsung menyuruh petugas hotel itu membuka pintu kamar mandi. Dengan peralatan yang mereka bawa, dua orang petugas hotel berhasil membuka pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam.
Shaka sempat mengucapkan terimakasih sebelum menyuruh dua petugas itu untuk menunggu di luar kamar, agar tidak melihat kondisi Jihan yang kemungkinan tanpa memakai sehelai kain karna sedang mandi.
Setelah memastikan dua pria itu keluar kamar, Shaka bergegas masuk ke kamar mandi berukuran 4 x 3 meter itu.
"Astaga.!" Shaka reflek memalingkan wajah, walaupun akhirnya kembali menatap ke arah bathtub lagi. Dimana ada Jihan yang sedang berendam dengan keadaan mata terpejam.
Shaka hampir gagal fokus melihat bagian bahu Jihan yang terekspos hingga bagian dadanya sedikit terlihat. Untung saja bathtub itu di penuhi busa, membuat mata Shaka aman dari pemandangan yang bisa menggoyahkan imannya.
"Jihan.!! Jihan,,,!!" Shaka menepuk agak keras dua pipi Jihan menggunakan tangannya, berharap Jihan membuka mata dan tidak menyusahkannya.
"Aku harus bagaimana,," Shaka bingung sendiri melihat Jihan belum membuka matanya. Akhirnya pria itu menarik handuk, lalu menutupi tubuh Jihan agar bisa mengeluarkannya dari bathtub untuk mendapat pertolongan pertama kalau memang pingsan.
Tapi saat Shaka baru menundukkan badan dengan kedua tangan siap meraih tubuh Jihan, mata wanita itu malah terbuka lebar dan berteriak.
"Aaaaaaa,,,,!!! Pak Shaka mau ngapain saya.?!!" Kedua tangan Jihan reflek mengamankan dua aset berharga miliknya, padahal sudah tertutup rapat oleh handuk.
Shaka hampir terjengkang ke belakang saking kagetnya dengan suara teriakan Jihan. Pria itu pantas mendengus kesal. Rupanya Jihan ketiduran. Tau begitu, Shaka tidak akan repot-repot menghubungi petugas hotel. Apalagi dia sampai harus masuk ke kamar mandi lagi dan membuat bajunya basah terkena air dari bathtub.
"Saya pikir kamu sudah pindah alam.! Dasar merepotkan.!" Cibir Shaka kesal. Tanpa memperdulikan keterkejutan Jihan, pria itu keluar kamar mandi dan menutup pintu dengan kencang.
"Ya ampun, jam berapa ini." Gumam Jihan yang sudah menyadari kalau dia terlalu lama di dalam kamar mandi, sampai Shaka bisa masuk ke dalam, padahal pintunya di kunci.
Jihan segera keluar dari bathtub dan membersihkan tubuhnya. Tadi terlalu menikmati berendam air hangat, membuatnya ketiduran di dalam bathtub. Mungkin karna kelelahan juga setelah menempuh perjalanan jauh dan merasakan udara dingin di Swiss, jadi begitu menceburkan diri ke dalam bathtub berisi air hangat, tubuhnya langsung rileks dan berakhir ketiduran.
...********...
"Belum genap 2 jam Jihan, kamu sudah bikin masalah." Gerutu Shaka sebal. Pria itu baru saja menceritakan kerepotannya yang harus menghubungi petugas hotel untuk membantunya membuka pintu kamar mandi. Tidak hanya bercerita, Shaka juga memberi peringatan dan ceramah panjang lebar supaya Jihan lebih berhati-hati lagi ke depannya. Jadi tidak ada tragedi konyol seperti tadi.
"Saya kan ketiduran Pak, bukan sengaja tidur. Memangnya Pak Shaka nggak pernah ketiduran.?" Nada bicara Jihan sedikit sewot. Dia tidak sengaja tidur di kamar mandi, tapi marahi habis-habisan. Memang wajah Shaka datar dan dingin saat memarahinya, tapi kata-katanya itu yang membuat Jihan senewen karna cukup pedas.
"Kamu ini sudah tau salah malah masih membela diri." Shaka melirik tajam, lalu beranjak dari sofa sambil meraih dompet di atas meja.
"Saya ada urusan di luar, lebih baik kamu lanjutkan saja tidurnya dan jangan buat masalah lagi.!" Pesannya sebelum keluar dari kamar hotel dan menguncinya dari luar.
Jihan melongo melihat Shaka meninggalkannya seorang diri di kamar hotel.
"Dasar gunung es.!! Tega sekali mengurung ku disini.!" Umpat Jihan sambil memukul-mukul bantal sofa di pangkuannya, membayangkan kalau bantal itu adalah Shaka. Puas melampiaskan kekesalan pada bantal sofa, Jihan lalu beranjak ke ranjang sambil membawa ponsel di tangannya. Wanita itu membuka aplikasi chat dan membalas beberapa pesan dari Diana serta mengabari Mama mertua dan Juna.
Jihan tidak memperdulikan Shaka yang belum kembali meski sudah pukul 12 malam. Hampir 2 jam sejak Shaka keluar dari kamar hotel. Jihan memilih tidur walaupun sempat ada perasaan khawatir. Takut bos tampannya itu pergi ke jalan yang salah, sebab budaya di negara ini tidak seperti di negaranya.
...*******...
Semakin larut, udara dingin makin terasa menusuk tulang. Penghangat di kamar hotel seolah tidak berfungsi untuk Jihan yang baru pertama kali pergi ke luar negeri ketika musim dingin. Wanita itu memberingsut, tangannya berusaha meraih sesuatu untuk mencari kehangatan dalam keadaan mata masih terpejam. Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, benda hangat serta empuk, Jihan langsung memeluknya erat dan kembali tertidur pulas mengarungi alam mimpi.
Sementara itu, Shaka harus menahan diri untuk tidak bergerak setelah tubuhnya di kuasai oleh Jihan. Dia bahkan baru beberapa menit berbaring di ranjang setelah kembali dari club.
"Anak ini benar-benar.!" Gerutu Shaka lirih. Pria itu akhirnya memaksakan tidur karna sudah mengantuk. Dia tidak menghiraukan tangan dan kaki Jihan yang menindih tubuhnya.
...******...
Semalam Jihan bisa tidur pulas setelah memeluk Shaka. Kini saat pagi menjelang, Jihan bangun lebih awal dan terkejut mendapati tangan dan kakinya mengurung Shaka dalam pelukan. Tidak mau ketahuan Shaka, Jihan buru-buru melepaskan pelukannya dan bergeser menjauh. Tapi siapa yang mengira kalau Shaka sebenarnya sudah bangun lebih dulu, hanya saja masih memejamkan mata.
"Kamu mengambil keuntungan dalam kesempatan. Sudah puas peluk saya semalaman.?" Ujar Shaka dalam keadaan mata terpejam. Jihan membelalak sempurna, dia menutupi wajahnya dengan selimut dan berharap bisa menghilang dari hadapan Shaka karna malu.