Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
"Keren gak?" tanya Zio sambil menaik turunkan alisnya.
Arsa ingin tertawa melihat kekonyolan ketua mafia. "Aku keluar dulu," ucap Arsa akhirnya.
Lalu Zio pun ikut keluar. Ini adalah pengalaman pertamanya bekerja sebagai pelayan.
Zio pun ikut melayani pelanggan, para cewek-cewek meminta dilayani oleh mereka bertiga. Yaitu Arsa, Naufal dan Zio.
"Sempat-sempatnya tebar pesona sama cewek," gumam Arsy dan tidak sengaja didengar oleh Naura.
"Cemburu?" goda Naura. Arsy menoleh, padahal dia bergumam cuma pelan.
"Aku? Cemburu? Sorry ye." Kemudian Arsy menjauh dari Naura.
Naura tersenyum. "Masih bilang gak suka, gengsi aja terus," gumam Naura.
"Kalau begini, bisa betah berlama-lama disini," ucap si A pengunjung perempuan.
"Iya, mana tampan-tampan, lagi," ujar si B.
Begitulah tanggapan para cewek pada ketiganya. Namun mereka tetap dengan pekerjaan masing-masing. Dan mereka harus profesional.
Naura hanya memperhatikan mereka bertiga, Zio yang tadinya kaku, sekarang sudah bisa menyukai kan diri.
"Mana Arsy?" tanya Zio yang baru menyadari jika Arsy tidak ada melayani pelanggan.
"Mungkin di ruangannya," jawab Naura. Zio pun mengangguk. Mereka semua istirahat sejenak dan digantikan pelayan lain.
"Seru juga ya, ternyata kehidupan seperti ini sangat menyenangkan," ucap Zio pada Arsa dan Naufal.
"Ya begitulah, hidup jangan terlalu dibawa serius. Ada kalanya kita juga cari hiburan," ujar Arsa.
Zio tersenyum, biasanya dia hanya bergaul dengan penjahat, pebisnis dan senjata. Tapi sekarang dia merasa menjadi manusia biasa yang hidup sederhana.
"Ayo lanjut, pesanan pelanggan sudah siap," ajak Zio. Kini dia yang begitu antusias untuk melayani pelanggan. Karena menurutnya cukup menyenangkan.
Hingga sore hari, pelanggan datang silih berganti, apalagi ada tiga cogan yang menjadi pelayan. Bahkan ada yang datang lagi hanya untuk sekedar melihat tiga cogan tersebut.
"Berapa aku harus bayar gaji Tuan mafia?" tanya Arsy dengan nada bercanda.
"Gak banyak kok, cukup jadi pacar pura-pura ku untuk ketemu kakek," jawab Zio serius.
Arsy terdiam, ia menimbang antara mau dan tidak. Arsy juga sudah lama tidak bertemu kakek Kyro.
"Baiklah, karena kamu sudah berbaik hati membantuku, sebagai imbalannya aku bersedia bertemu kakek."
Zio bersorak dalam hati. Jika saja tidak di tempat keramaian, mungkin dia sudah berjingkrak-jingkrak saking senangnya.
"Terima kasih, akhirnya aku bisa lega dan bebas dari gadis pilihan kakek," ucap Zio.
"Kenapa kamu menolaknya? Siapa tahu gadis itu cantik?" tanya Arsy.
"Aku sudah punya seseorang yang aku sukai, dan dia lebih cantik. Tapi aku menyukainya bukan karena kecantikannya saja, tapi kebaikan hatinya juga. Maaf, aku jadi curhat," jawab Zio.
Zio menumpang mandi di ruangan Arsy, kemudian ia kembali berganti pakaian dengan pakaian yang ia kenakan tadi pagi.
Begitu juga Arsy yang sudah berganti pakaian. Arsy hanya berpenampilan apa adanya dan senyaman nya saja. Kemudian keduanya pamit duluan sebelum restoran ini tutup.
"Kelihatannya Arsy tidak menolak, tidak seperti saat David mengejarnya," kata Naufal.
"Ya, karena dia sudah menyelidiki nya terlebih dahulu, baik itu David ataupun Zio. Arsy tidak sembarangan memilih teman," ujar Arsa.
Naura dan Naufal pun manggut-manggut, mereka juga mengakui jika Arsy itu cerdas. Bahkan mereka berdua kalah jika dibandingkan dengan Arsy.
Sementara di parkiran, Arsy meminta Zio untuk menyetir, Zio membukakan pintu mobil untuk Arsy terlebih dahulu. Baru setelah itu dia yang masuk.
"Kenapa kamu tidak mau menggunakan mobil saat ke kampus?" tanya Zio. Saat ini mereka sudah keluar dari parkiran restoran.
"Aku lebih nyaman bawa motor, gak ribet dan terhindar dari macet," jawab Arsy tanpa menoleh ke Zio.
Setelah itu keduanya terdiam, Zio tidak ada yang ingin dibicarakan. Mulutnya seperti dibungkam untuk mengeluarkan kata-kata.
Hingga mobil yang mereka kendarai tiba didepan pintu gerbang. Pintu terbuka otomatis, kemudian Zio pun masuk.
"Mansion mu sungguh megah," puji Arsy.
Zio hanya tersenyum, jika dibandingkan, mansion keluarga Henderson lebih megah dari mansion milik Zio.
Zio pun membukakan pintu mobil dan mengajak Arsy untuk masuk. Pelayan sudah membuka pintu, karena ia sudah mendengar suara mobil.
Pelayan terlihat takjub saat melihat tuan mudanya membawa seorang gadis cantik. Setelah sekian lama dia bekerja disini, baru kali ini pelayan itu melihat tuan mudanya membawa pulang seorang gadis.
"Selamat datang Nona," sapa pelayan sambil menunduk.
"Terima kasih Bik, tidak usah terlalu formal Bik," ucap Arsy. Pelayan tersenyum kikuk, lalu mengangguk.
"Kakek ada bik?" tanya Zio.
"Ada Tuan muda, tuan sedang beristirahat di kamar. Apa perlu saya panggilkan Tuan?"
"Tidak usah, biar aku saja yang menemuinya di kamar."
Zio pun mengajak Arsy menemui sang kakek di kamarnya. Zio sengaja tidak memberitahu sang kakek kalau dia akan memperkenalkan gadis pujaan hatinya.
Zio mengetuk pintu, kemudian pintu pun dibuka oleh sang asisten. Zio melihat kakeknya sedang memejamkan mata. Zio pun tidak ingin mengganggu istirahat sang kakek.
"Anak nakal, sekarang baru menemui kakek," ucap Kyro.
Zio yang hendak keluar pun tidak jadi. Ternyata sang kakek tidak tertidur. Kyro belum melihat siapa yang datang?
"Kek, aku ingin memperkenalkan seseorang," kata Zio. Kyro membuka matanya sedikit, kemudian ia memejamkan matanya kembali.
Kyro membuka matanya lebar saat melihat Arsy. Tadi Kyro memejamkan matanya karena mengira hanya bayangan saja. Namun saat ia membuka matanya kembali, ternyata gadis itu masih ada.
"Kek, dialah yang aku ceritakan," ucap Zio.
"Kakek apa kabar?" tanya Arsy dan langsung mencium tangan Kyro.
Zio terdiam mematung saat melihat interaksi Arsy dengan sang kakek yang seperti sudah pernah bertemu.
"Kamu jangan mau sama anak nakal itu, kakek akan pilihkan yang lebih baik untukmu," ucap Kyro. Arsy tidak menjawab ia hanya tersenyum.
"Kek, apa maksudnya? Bukankah kakek memintaku untuk mengenalkan dia ke kakek?" tanya Zio heran.
"Jangan perduli anak itu, dia menolak pilihan kakek," ucap Kyro pada Arsy. Arsy mengerti, tapi pura-pura tidak mengerti.
"Kek, dialah orang yang aku suka, tapi kenapa bisa seperti ini?"
"Apa kamu bawa kalung pemberian kakek?" tanya Kyro pada Arsy tanpa mempedulikan perkataan Zio.
"Ada kek, aku selalu membawanya," jawab Arsy mengeluarkan liontin tersebut dari balik bajunya.
Zio tercengang, bola matanya membesar saat melihat Arsy mengeluarkan liontin tersebut.
"Jadi dia ...?"
"Ya, dialah gadis yang menolongku, tapi sayang, cucuku tidak menyukai gadis secantik ini," ucap Kyro dramatis.
Zio menarik tangan Arsy pelan, tanpa ragu ia memeluk Arsy. Arsy yang tidak menyangka pun terdiam mematung.
"Hey, apa-apaan ini? Lepas!" perintah Kyro.
"Dia gadis yang kucintai kek, aku tidak tahu ternyata dia juga gadis yang menolong kakek," kata Zio dengan perasaan bahagia.
Kyro menjauhkan Arsy dari Zio. "Kamu jangan mau sama anak nakal itu," ucap Kyro lagi.
"Kek, bagaimana bisa seperti itu, jika saja aku tahu lebih awal. Sumpah, aku tidak akan menolak pilihan kakek."
Arsy tidak bisa berkata apa-apa, dia juga tidak tahu, apa yang ingin ia katakan pada kakek dan cucunya itu.