Novel Ini adalah Seasons Kedua Dari Novel Cerai Yuk.
🌹🌹🌹
SINOPSIS
Ditinggal meninggal oleh istri yang sangat ia cintai, membuat dunia seorang Raditya Gunawan, bapak dengan tiga orang anak tersebut, runtuh seketika.
Dia seperti tak memiliki tujuan hidup lagi. Bahkan dirinya tidak mau menikah lagi. Alasan dia bertahan sampai dengan saat ini hanyalah anak-anaknya.
Namun sepertinya prinsip itu mulai tergoyahkan. Saat tanpa sengaja, dia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki paras yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, Kalista Vionita (Lilis)
Tetapi meski wajah mereka sangat identik, karakter keduanya sangat berbeda. Membuat Raditya begitu sulit untuk menaklukkan pribadi perempuan yang bernama Melisa Indah Permata itu.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa.. atau Mel.." - Melisa
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis... atau Lilis.. "- Raditya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAWA KITA
Sebuah pesawat komersil tujuan Paris-Indonesia, baru saja landing di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Seorang wanita dengan pakaian casual, sepatu sport dan kaca mata hitam, dengan rambut tergerai bebas, berjalan ke arah pintu keluar bandara tersebut.
Dia lalu berdiri di depan bandara seperti sedang menunggu seseorang. Dan benar saja, tak lama dia berdiri, sebuah mobil hitam berhenti di depannya.
Seorang pria yang memakai setelan jas hitam, turun dari mobil itu. Dia langsung mengambil koper dari tangan perempuan tersebut, dan memasukkannya ke dalam bagasi mobilnya.
Wanita itu kemudian membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Mereka kemudian melaju meninggalkan bandara.
"Sorry ya, aku telat jemputnya." ucap pria itu.
"Aman. Aku juga baru sampek kok." ucap sang wanita.
"Oh ya Bi, kamu laper nggak? Apa mau makan dulu?" tanya sang pria yang tak lain adalah Radit.
"Boleh juga, mas. Kebetulan aku udah rindu banget sama nasi uduk." kata wanita bernama Bianca itu.
"Di sana nggak ada ya?" Radit tertawa pelan.
"Iya tuh, tiap hari, makannya rotiiiii mulu. Kalau nggak ya steak. Bosen banget." kata Bianca yang juga tertawa pelan.
"Gimana acara kamu? Sukses pastinya kan?" tanya Radit lagi.
"Sukses dong. Aku bahkan udah tanda tangan kontrak dengan beberapa brand besar di sana." jelas Bianca.
"Wah, hebat dong. Selamat ya?" kata Radit. Bianca tersenyum manis.
Sementara di rumah. Sekembalinya dari rumah mama dan papa Radit, Melisa mulai menjalankan perannya menjadi ibu seutuhnya. Dia mengira, jika semuanya itu mudah. Namun ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.
Bagaimana tidak, meski pun dibantu oleh baby sitter, ternyata menjadi ibu itu sangat menguras tenaganya. Dia bahkan seperti tidak ada waktu untuk sekedar bermain HP apalagi untuk menonton drakor favoritnya. Waktunya benar-benar di sedot habis untuk mengurus tiga bocah yang beda generasi itu.
Seperti misalnya Kinan, yang selalu cemburu dengan adiknya. Atau si tengah, Kaila, yang sering membongkar mainan dan membuat berantakan rumah. Di tambah dengan Demian yang lagi aktif-aktifnya merangkak. Naik sana naik sini.
"Hah! Ternyata tidak semudah yang dibayangkan." Melisa menjatuhkan dirinya di atas sofa yang ada di depan TV. Setelah mengurus tiga anak kontraknya itu, dia akhirnya bisa juga merebahkan tubuhnya.
Anak-anak Radit sudah tidur semua. Setelah tadi Melisa membacakan dongeng kepada Kinan dan Kaila, dua gadis cantik itu akhirnya terlelap juga. Sementara Demian sudah tidur di dalam box bayinya, setelah diberi susu oleh Sus Laras.
Pintu rumah di buka perlahan. Melisa terperanjat dan langsung menoleh ke belakang.
"Belum tidur, Lis.." ucap Radit.
"Belum, gue belum ngantuk. Lo baru pulang?" tanya Melisa.
"Sebenarnya udah dari tadi, cuma tadi jemput temen dulu di bandara." jelas Radit.
"Crush lo?" tebak Melisa to the point.
"Hah? Crush? Astaga, aku mana ada gitu-gitu Lis." Radit tertawa pelan.
"Yah, siapa tau kan.." ucap Melisa.
"Ya udah, aku mandi dulu ya." ucap Radit. Pria dewasa itu pun berlalu, masuk ke dalam kamarnya.
Melisa melanjutkan menontonnya. Sesekali dia tertawa bahkan terbahak-bahak. Hidupnya memang bebas banget. Plong seperti tanpa beban. Padahal sih, hampir gila sebelum bertemu Radit. Haha.
Namun karena kelelahan seharian, Melisa pun tertidur di depan TV. Posisinya menjadi terbalik, bukan dia yang nonton TV, tapi TV yang menonton dirinya.
Saat Radit sudah selesai mandi dan hendak mengambil minuman dingin di kulkas, dia melihat Melisa sudah tergeletak dengan posisi seperti orang habis di perkosa. Acak-acakan. Dengan rambut yang antah berantah modelnya. Sungguh penampakan yang sangat miris.
Radit mendekati Melisa, dia sedikit membungkuk. Memperhatikan wajah gadis itu, yang tidur dengan posisi tengkurap seperti bayi.
"Lis.. Lis..." panggil Radit. Namun tak ada jawaban.
"Lis, jangan tidur di sini. Pindah ke dalam aja." pinta Radit. Namun lagi-lagi Melisa tidak merespon.
Radit lalu berdiri tegak dan bertopang pinggang. Dia menarik napas panjang. Memperhatikan tubuh molek Melisa yang yang hanya memakai tank top dan hot pants itu. Membuat lidah sang manager bergerak gerah.
"Kenapa dia susah sekali di bangunkan?" tanya Radit pada dirinya sendiri.
"Apa aku angkat aja ya?" tanya Radit lagi.
Radit lalu mulai mendekati Melisa. Dibaliknya perlahan badan Melisa dengan sangat hati-hati.
Barang antik soalnya. Pecah berarti beli🤣
Tangan Radit sudah berada di belakang kepala Melisa, dan tangan satunya lagi di belakang lutut gadis bar-bar itu. Radit pun mulai mengangkat Melisa dan hendak membawa istri kontraknya itu ke kamarnya.
Namun baru beberapa langkah, melisa membuka matanya yang membuat Radit terkejut. Dengan spontan Radit melepaskan pegangan tangannya dari tubuh Melisa. Membuat gadis ceplas-ceplos itu jatuh ke bawah dan pinggangnya terbentur lantai.
"Lis... maaf... maaf.." ucap Radit. Dia langsung mendekati Melisa yang sudah terduduk di lantai.
"Aduhhh, lo ngapain sih. Sakit kan. Aduhhh.." keluh Melisa seraya memegang punggungnya.
"Sorry ya, aku pikir tadi, kamu tidur. Jadi mau aku pindahin ke dalam."
"Lah kalau udah niat begitu, napa di lepasin. Kan gue emang tidur tadi. Gimana sih?" Melisa tampak kesal.
Nah kan Dit, udah jatuh. Pecah itu. Berarti jadi beli. 🤣
"Maaf ya..?" Radit mengulurkan tangannya. Melisa langsung menerima uluran tangan Radit.
"Ada yang sakit nggak?" tanya Radit.
"Ya elah, lo pakek nanya. Ya jelas sakit lah, namanya juga jatuh. Kecuali lo jatuh cinta, baru kagak sakit." ucap Melisa. Radit terdiam mendengar kata-kata Melisa.
"Ya udah, pijitin gue." pinta Melisa.
"Hah? Pijit?" ucap Radit setengah berteriak.
"Napa? Lo nggak mau? Kan lo yang bikin gue tadi jatuh. Gimana sih?" dumel Melisa.
"Ya udah. Sini." ucap Radit.
Melisa kembali duduk di sofa depan TV. Posisi dia membelakangi Radit dan Radit dibelakangnya. Siap untuk melakukan praktik pijit memijitnya.
Namun saat posisi sudah oke, Radit justru terdiam sesaat. Dia hanya memandang punggung Melisa saja, namun belum berani untuk menyentuhnya. Membuat Melisa menoleh ke belakang.
"Napa lo?" tanya Melisa.
"Enggak.." jawab Radit.
Radit pun mulai menyentuh pinggang Melisa dan mulai menekan-nekannya perlahan.
"Ih, enak banget. Sini juga." pinta Melisa. Radit pun hanya mengikutinya saja. Dengan wajah dia alihkan ke arah lain.
Terlalu berat cobaan ini, ya Allah.... - Raditya
"Kuat dikit napa? Lembek banget lo." ucap Melisa. Namun Radit hanya diam saja. Tidak merespon kata-kata Melisa. Dia masih berfokus untuk menguatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan.
"Oh ya gue lupa, lo kan udah tua ya...? Pantes lembek, Hahaha.." Melisa tertawa keras.
"Maksud kamu apa bicara kayak gitu?" Radit mulai sensi. Kesabarannya perlahan terkikis.
Harga diri Radit sebagai laki-laki, seperti sedang di pertaruhkan saat ini. Apakah Melisa sedang memancing ikan, dan ternyata ikannya masuk ke dalam perangkap.
"Maksud gue, lo kayaknya udah nggak kuat lagi gitu." Melisa semakin menjadi-jadi. Dasar gadis bar-bar.
"Jadi kamu perlu bukti?" tanya Radit. Melisa terdiam sesaat. Kemudian dia berbalik melihat kepada Radit. Membuat Radit juga terdiam dan menelan salivanya.
Lama mereka saling lihat. Saling bertatapan mata. Seolah sedang berbicara lewat bahasa telepati. Antara ingin melanjutkan ke tahap berikutnya atau kembali sadar diri. Dan saat suasana sudah semakin mencekam....
"Hahahaha...Lo lucu banget sih." tiba-tiba saja Melisa tertawa lepas sambil memegang pundak Radit. Membuat Radit juga ikut tertawa.
Dan setelah Radit memijit Melisa, mereka kemudian beranjak dari duduknya, dan berjalan ke kamar.
Masing-masing....
*Bersambung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
GIMANA? KASIH LIKE DULU DONG 😄🤣
tapi jangan jadi jahat lagi ya... 😊
btw, bapaknya Kalista tau nggak ya kalau anaknya udah meninggal
hidup tanpa ayah/ibu. nggak disukai sodara-sodara...😭
masa cuma gini aja..
penasaran...
masa cuma 3thn lebih lama gk pp mel yo tak dukung sapa tau jodoh 😄🤭
pasti gak menduga si Radit 😄