NovelToon NovelToon
PETAKA GHIBAH

PETAKA GHIBAH

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Balas Dendam / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Hantu / Trauma masa lalu / Tumbal
Popularitas:61.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yenny Een

Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.

Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.

Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?

Ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8 Pertemuan

"AAAAAAAAAAAAAA!"

Ella dan mama Ellie lari terbirit-birit. Di belakang mereka ada sosok tinggi besar merangkak dengan lidah terjulur panjang mengejar mereka.

BOOOOOM!

Mobil Ellie meledak dengan ledakan yang cukup besar, menghancurkan mobil sampai menjadi kerangka. Penduduk Desa Damai ramai berdatangan untuk menolong mereka. Ellie dan Ella kembali dibawa ke Aula Desa. Makhluk tinggi besar merangkak yang mengejar mereka seketika menghilang seiring dikumandangkannya azan subuh.

Bu Mila, para Dosen dan Mahasiswa yang ada di sana bersikap cuek kepada Ella dan mamanya. Mereka sama sekali tidak memperdulikan Ella dan Ellie. Mereka kesal dengan tingkah Nyonya Ellie. Hanya warga Desa Damai yang menolong Ella, Nyonya Ellie dan juga Pak Udin.

"Mah, kok bisa ada di desa ini?" bisik Ella.

"Semua demi kamu. Mamah tau kamu pasti gak akan betah di tempat seperti ini. Mamah bela-belain tidur di mobil. Dan benar, Mamah mendapatkan telepon kamu minta pulang."

"Sekarang mobil kita terbakar, gimana kita pulang?"

"Hmmm, kita masih punya bis. Mereka yang cuekin kita juga gak bisa pulang. Pasti mereka mau nebeng," jawab Ellie.

Dira menghampiri Bu Mila. Dira baru saja memesan dua buah bis di kota terdekat untuk mengantar mereka pulang. Dira memastikan bis itu dalam satu jam akan tiba. Semua bersiap-siap untuk menunaikan sholat subuh. Setelah selesai, semua pun sarapan. Para mahasiswa membantu membersihkan Aula Desa sebagai tanda terima kasih mereka kepada warga Desa Damai yang sudah dengan tulus hati menyambut mereka.

Waktu tak terasa cepat berlalu. Ellie masih dengan kesombongannya tersenyum. Dia mengira Bu Mila dan beberapa Dosen akan kembali mengemis kepadanya untuk ikut pulang bersamanya. Ellie bersiap-siap masuk ke dalam bis mereka. Sopir bis Ellie memberitahu kepada Ellie untuk sementara bis mereka tidak bisa beroperasi.

"APA! Saya tidak mau tau, pokoknya dalam waktu setengah jam bikin bis ini nyala." Ellie dan Ella masuk ke dalam bis mereka.

Pak Udin membantu ke dua orang sopir bis memperbaiki bis. Sementara itu Bu Mila dan para Dosen berpamitan kepada Kades dan warga Desa Damai. Dira meminta bantuan para warga Desa Damai untuk mengambil sembako yang sudah dia pesan bersama bis yang baru saja tiba.

Sembako-sembako itu dibagikan kepada para warga Desa Damai. Mereka juga tidak henti-hentinya berterima kasih kepada semua tamu mereka. Ellie dari dalam bis melihat ada dua buah bis parkir di pinggir jalan dekat pintu Aula Desa. Dia juga melihat para warga mengantarkan kepergian dua bis itu.

"Pak Udin, Pak!" panggil Ellie.

"Iya Nyonya," dengan sedikit berlari Pak Udin masuk ke dalam bis.

"Itu bis siapa?"

"Saya dengar dari warga, dua bis itu menjemput para Dosen dan anak-anak Nyonya," jawab Pak Udin.

"Jadi mereka gak ikut kita?"

"Tidak Nyonya,"

"Saya mau pulang. Cepetan!" Ellie menyuruh Pak Udin pergi dengan isyarat tangannya.

Sopir bis dan Pak Udin masih mencari apa yang membuat bis mereka tidak bisa beroperasi. Dan tiba-tiba ada seorang wanita mendekati mereka.

"Permisi Pak. Boleh saya ikut ke kota?"

"Maaf, tapi bisnya belum bisa jalan," jawab Pak Udin.

"Bisa Pak. Asal saya ikut,"

"Maksudnya?" Sopir bis mengernyitkan keningnya.

"Pasti bisa jalan. Karena Bapak-bapak niatnya mau nolongin saya," jawab wanita itu.

Pak Udin saling berpandangan dengan kedua sopir bis. Pak Udin masuk ke dalam bis meminta izin kepada Nyonya Ellie. Tentu saja Ellie merasa keberatan apalagi dengan Ella. Mereka juga mendengarkan penjelasan dari Pak Udin.

"Apa? Dia bisa membuat jalan bis? Siapa dia? Setan?" ejek Ellie.

"Mah, biar kata dia setan, asal kita bisa pulang. Ayoooo Mah!" Ella memaksa.

Akhirnya Ellie mengizinkan Pak Udin membawa wanita itu. Wanita itu masuk ke dalam bis dan duduk di kursi sebelah kiri. Ella dan Ellie memperhatikan penampilan wanita itu yang menggunakan baju putih memakai topi pantai dengan rambut panjang yang terurai.

Sopir bis menyalakan starternya. Dan akhirnya bis mereka melaju meninggalkan Desa Damai. Ellie dan Ella saling berpandangan, ternyata wanita itu membawa keberuntungan, mereka tersenyum karena bisa keluar dari Desa Damai. Dari jauh masih terlihat kepulan asap hitam yang membakar mobil mereka.

Ella terlelap di pojok kanan sana, Ellie masih mengingat kejadian tadi pagi ketika dia melihat keranda mayat melayang di samping mobilnya. Dia dengan jelas melihat wanita yang sangat dikenalnya. Ellie menggeleng-gelengkan kepalanya. Menepis semua ingatannya. Tidak mungkin Ellie bertemu lagi dengan wanita itu setelah sekian lama.

Ellie tiba-tiba memandangi wanita yang ikut bersama mereka. Jarak mereka hanya tiga buah kursi ke depan. Ellie seperti mengenalnya, rasa penasaran Ellie semakin dalam, jiwa keponya meronta-ronta, semakin lama ditahan keingintahuannya semakin menjerit.

Ellie berdiri melangkahkan kakinya. Pelan dan sangat pelan. Tinggal dua kursi lagi Ellie sampai ke tempat wanita itu. Tiba-tiba Ellie mendengar suara orang berbisik di telinganya.

"Penasaran siapa aku?"

Ellie menoleh ke arah kanannya. Tidak ada siapapun. Ellie mengedarkan pandangannya ke penjuru bis. Ella masih terlelap, Pak Udin juga. Ellie kembali menatap ke arah belakang punggung wanita yang ada di depannya. Dan lagi-lagi suara itu berbisik di telinganya.

"Dasar, kepo akut!"

Ellie kembali mencari sumber suara yang entah milik siapa. Ellie dengan mantap berdiri di belakang wanita berbaju putih. Ellie menaruh tangannya di pundak wanita itu. Dan tiba-tiba saja kepala wanita itu berputar dengan sendirinya. Bagian wajahnya berada di atas punggungnya. Wanita itu melotot mengeluarkan air mata darah dengan mulut yang menyeringai.

"AAAAAAAAAAAAAAA"! Ellie menjerit histeris dan jatuh tidak sadarkan diri.

...----------------...

Setelah pulang dari Desa Damai, Dira dan Dilara bertambah akrab. Ternyata Dira adalah kakak tingkat Dilara di kampus. Dira satu angkatan dengan Salma dan Salman di satu jurusan yang sama. Dira sering main ke rumah Salman ya tentu saja untuk bertemu dengan Dilara.

Dilara sejak didorong Ella di Aula Desa kembali tidak percaya diri. Dilara mulai mengingat kejadian di saat terakhir melihat kondisi mamanya yang sangat memprihatinkan. Dilara waktu itu mendengar keluarganya dibenci seluruh warga desa. Dilara tidak tahu apa penyebabnya. Dilara takut orang-orang yang melihatnya juga membencinya.

Dilara menangis sendirian. Dira yang sedari tadi berdiri di balkon kamar Salman memperhatikan, Dira meloncat ke balkon sebelah kamar Dilara.

"AAAAAAAA!" Dilara kaget memegang dadanya.

"Maaf, maaf Dila. Kamu kaget ya?" Dira menghampiri Dilara dengan perasaan bersalahnya.

"Kok loncat Kak? Gak takut klo patah kaki?" Dilara sambil mengkondisikan jantungnya yang campur aduk antara perasaan kaget dan entah perasaan apa yang saat ini memenuhi hati. Yang pasti Dilara senang Dira ada disampingnya.

"Maaf Dila, maaf. Aku dari tadi manggil, kamunya aza yang gak respon. Kamu kenapa?" Dira duduk di samping Dilara.

"Aku kangen seseorang Kak," jawab Dilara.

"Kangen? Seseorang? Siapa?" Dira dengan perasaan tidak senang.

"Seseorang yang pernah mengisi hari-hariku," isak Dilara.

"Siapa dia?" Dira menatap penuh tanya ke arah Dilara.

"Seorang teman yang menghilang,"

"Siapa dia?"

"Aku juga tidak pernah tau siapa dia. Aku hanya mempunyai ini," Dilara menunjukkan nomor ponsel seseorang.

"Hubungi dia," kata Dira.

"Percuma, dia sudah menghilang," Dilara menghela napas.

Dira duduk sangat dekat di samping Dilara. Dira mengambil ponsel Dilara dan memencet tombol berwarna hijau di layar.

BBBBZZZZZ!

BBBBZZZZZ!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Ajeng Sripungga
Luar biasa
Yenny Een: Mksh atas dukungannya 🙏🤗
total 1 replies
Queen
hmmm, dendam Clara terbalas
Queen
😱
Queen
msh ingat 😁
Queen
walaupun jahat, tapi kasian ya
Queen
😱
Queen
tokotok 🤣
Queen
Ella jadi setan 😱
Queen
gila cinta 🤣
Queen
syukur deh
Queen
😰
Queen
rasa in
Queen
🤣
Queen
😁
Aila
ihhhhh /Drool/
Queen
hmmmm
Queen
Clara sdh end kh?
Zzz
/Facepalm/
Queen
sama² selingkuh
Anang
🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!