Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Rasa
Setelah pertempuran di ranjang. Rian mulai bersikap baik dengan Andin.
“Mau makan apa?” Tanya Rian di pagi hari.
“Kamu bangun lebih dulu ya? Maaf aku kesiangan” ujar Andin sambil mengucek matanya.
Rian mengusap pucuk kepala Andini. Lalu pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah dirinya selesai mandi, Rian menggunakan pakaian dengan pakaian santai.
“Aku tunggu di bawah, kita sarapan di luar” ujar Rian.
“Tapi...” Andin belum selesai berbicara hanya bisa melihat Rian berjalan keluar dari kamarnya.
Rian menggunakan kaos berwarna biru tua dengan celana jean biru. Andin pergi ke kamar mandi dan memandang tubuhnya yang penuh dengan bercak merah. Andin memutuskan untuk sarapan di kantor barunya saja.
Rian terkejut melihat Andin yang berpenampilan rapi layaknya pegawai. Mata Rian menyipit melihat Andin yang tersenyum ke arahnya.
“Kamu sepertinya salah kostum. Kita hanya makan di luar bukan mau rapat” ujar Rian sambil menunjuk pakaian Andin.
“Aku makan di kantor saja. Aku tidak ingat kalau kamu melarang aku kerja bukan? Sepertinya kita tidak ada kesepakatan itu” ujar Andin melewati Rian yang terdiam di tempat.
‘Apa? Dia bilang dia kerja? Sejak kapan?’ Ucap Rian dalam hati.
“Andin...” panggilan yang baru di dengar oleh Andin ke dirinya.
Andin menoleh ke arah Rian yang berjalan mendekat ke arahnya.
“Apakah kurang uang yang aku berikan kekamu?” tanya Rian dengan nada dingin.
"Ri... Apakah kamu lupa. Uang itu untuk membeli keperawananku bukan untuk memberi nafkah!” ujar Andin dengan nada yang dingin.
“ Kamu sudah mulai berani dengan aku ya” ucap Rian kepada Andin yang dia ketahui dari sang kakek adalah gadis yang lemah lembut.
“Aku bicara apa adanya.” Ucap Andin lalu berjalan ke arah mobil yang berada di seberang jalan. Taksi online yang di pesannya sebelum bertemu dengan Rian di bawah.
Rian merasa begitu kesal dengan perilaku Andin. Rencana Rian yang ingin mengajak Andin bersenang-senang kini di batalkannya. Rian kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya dengan pakaian kantor. Rian kini mode beruang kutub karena rasa kesalnya terhadap Andin, padahal dirinya sudah berusaha memulai terlebih dahulu hubungan ini. Rian ingin membuka dirinya ke Andin, karena dia sadar pernikahan itu sesuatu hal yang serius dan sakral yang jika mampu hanya di lakukan seumur hidup sekali.
Sedangkan Andin kini telah sesampai di kantor barunya. Andin langsung di antar ke ruangannya karena pekerjaannya adalah sekretaris CEO perusahaan itu.
Andin duduk dan berusaha mengatur nafas karena ia akan setiap hari bertemu dengan pemilik perusahaan. Andin takut performa kerjanya tidak di sukai bosnya pasalnya ia di beritahu oleh asisten pribadi CEO bahwa sang bos sangatlah selektif dalam memilih seketaris.
Asisten pribadi CEO datang lebih dahulu dari pimpinannya. Asisten CEO itu langsung berjalan mendekat ke arah Andin.
“Selamat pagi nona Andin, Semoga anda bisa bekerja sama dengan baik. Oh ya Sepuluh menit lagi pemilik perusahaan akan datang, Jika ia datang kamu harus sambut dia dengan sopan” ucap Ardy yaitu asisten Rian sejak dia menjadi CEO di perusahaan perfilman.
“Siap pak” ucap Andin lembut sambil menundukkan kepalanya.
Setelah memberi arahan ke Andin. Ardy kembali ke lobi untuk menyambut Rian yang akan sampai ke kantor dalam beberapa menit lagi.
Setelah sampai di perusahaan, Rian di sambut ramah oleh semua karyawan baik itu wanita atau laki-laki.
Rian melangkahkan kakinya menuju lift khusus untuk dirinya.
“Kamu cari tahu istri saya kerja di mana!” ucap Rian yang membuat Ardy bingung.
Ketika pernikahan itu terjadi Ardy tidak hadir karena menggantikan Rian dalam beberapa pertemuan bisnis. Karena itulah dirinya tidak tahu wajah atau pun nama istri bosnya itu.
“Baik pak” ucap Ardy.
Ting... ting suara pintu lift terbuka. Rian memerhatikan sosok wanita yang terlihat dari samping. Pasalnya meja wanita itu berhadapan dengan pintu ruangan CEO. Di lantai paling atas ini hanya ada sofa dan meja besar dan dua ruangan.
Ruangan utama tertulis ruangan CEO dan ruangan di ujung tertulis ruangan Asisten CEO.
Andin langsung berdiri ketika telinganya mendengar suara pintu lift terbuka.
Langkah Rian semakin lebar ketika ia mengenal siapa sekretaris barunya itu.
Andin hanya mampu menunduk sebagai bentuk hormat tanpa melihat wajah atasannya. Sampai suara pintu tertutup barulah dia mengusap dadanya karena begitu gugup.
“Ardy kamu tidak mengenal sekretaris baru itu?” tanya Rian dengan mata menyelidik.
“Tidak pak, menurut CV yang ia berikan dia memiliki kemampuan dalam hal ini” ujar Ardy singkat.
“Panggil dia, lalu kamu lanjutkan pekerjaanmu” ucap Rian yang ingin memberikan kejutan kepada istrinya itu.
“Sebelumnya perintahkan dia untuk menyiapkan kopi untuk saya” ucap Rian sebelum Ardy keluar dari ruangannya.
Ardy berjalan ke meja kerja Andin, dirinya memberitahu Andin apa yang di perintahkan bosnya itu. Andin dengan cekatan ke dapur yang berada di ujung jalan dan membuatkan atasannya itu kopi sesuai dengan arahan Ardy.
Dengan langkah pelan namun pasti dirinya melangkah menuju ruang CEO dengan nampan kopi di tangannya.
Andin membuka pintu ruangan CEO dengan satu tangan. Ketika dia sampai di depan meja dengan kepala tetap menunduk tidak berani menatap CEO yang kini menatapnya dengan intens.
Setelah meletakan kopi di meja CEO, Andin mundur tiga langkah ke belakang dengan kepala masih menunduk.
“Apa hobi kamu menunduk? Atau takut terpesona dengan ketampananku?” ujar Rian dengan senyumannya.
‘Aku seperti mengenal suara ini tapi di mana ya?’ pikir Andin dalam hati.
“Maaf pak, saya tidak mau terkesan tidak sopan.” Ucap Andin singkat.
“Semoga kita bisa kerja sama secara profesional” ujar Rian yang kini telah melangkahkan kaki mendekat ke Andin yang masih menunduk.
“Siap pak” ucap Andin.
Rian mendekatkan wajahnya dengan cepat ia mencium pipi Andin sehingga wajah Andin memerah dan menoleh ke orang yang menciumnya itu.
“Kamu” ucap Andin sambil menunjuk wajah Rian.
Rian sangat puas dengan ekspresi keterkejutan sang istri.
“Kamu tidak ingin di katakan kurang ajar dengan atasanmu bukan?” tanya Rian.
Andin begitu terkejut melihat Rian ada di hadapannya. Andin kesal dengan Rian namun bagaimana dia harus melawan suami yang menjadi atasannya?
Andin memutuskan untuk diam dan keluar dari ruangan Rian dengab wajah yang begitu garang.
Rian ketawa lepas melihat ekspresi sang istri. 'Akan menarik hari-harinya yang akan datang setelah ini' Pikir Rian setelah Andin pergi.
Beberapa menit kemudian Ardy masuk keruangan Rian mengantar beberapa file yang di gunakan untuk menandatangani kerja sama dengan pak Samuel seorang produser dan investor untuk film Kenangan Cinta. Film yang akan di buat untuk mengenang perjalanan dan kesetiaan sang kakek dengan nenek Zainab.
Rian menanda tangani semua surat tersebut sebelum rapat pertemuan dengan Samuel itu terlaksanakan.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu yang mendakan ada tamu. Rian menoleh ke arah Ardy karena selama ini dia tidak mau ada tamu masuk ke ruangan CEO nya kecuali Ara. Tapi mengingat hubungan dia dengan Ara merenggang, sangat tidak mungkin ada tamu.
Ardy paham dengan tatapan sang atas sehingga dirinya mengecek siapa gerangan pengetok karena Ardy sudah mengarahkan Andin untuk mengetuk 3 kali lalu langsung masuk sebagai kode bahwa dia orang dalam.
Namun ketukan itu tidak berhenti hingga Ardy terpaksa memeriksanya.
Ardy melemparkan senyuman kepada Ara yang ada di ambang pintu.
"Silahkan masuk nona" ujar Ardy
Setelah mempersilakan Ara masuk, Ardy menghampiri Andin untuk bersiap dalam dua puluh menit lagi akan di adakan rapat. Andin di perintahkan Ardy untuk mengingatkan rapat yang akan di laksanakan dua puluh menit lagi dengan pak Samuel. Sedangkan Ardy akan menyiapkan dokumen-dokumen untuk rapat tersebut.
Ardy kembali kerungannya setelah berbicara beberapa menit dengan Andin.
Andin sedikit terkejut mendengar sebutan sayang yang cukup besar terlontar dari mulut wanita yang bertanya dengan dia. Andin tidak bermaksud menguping tapi suara wanita yang tidak ia kenal namun sering ia lihat di perfilman itu benar-benar besar sebelum pintu ruangan Rian tertutup.
Andin hanya menduga-duga bahwa itu adalah kekasih Rian dulu. Mengingat ia sebenarnya ngefans dengan Rian namun sikapnya berubah sejak tahu karakter kasar Rian.
Wajah tampan Rian kini berputar putar di kepalanya sehingga menimbulkan senyuman manis di wajah Andin, Wajah Rian bisa memberikan pengaruh positif untuk seseorang jika di iringi dengan kata-kata manis. Di tambah dengan sentuhan-sentuhan kecil namun berarti.
Andini menggelengkan kepalanya untuk mengusir hayalannya yang aneh-aneh tentang sang suaminya itu. Di lihatnya jam tangannya ternyata sudah menunjukan waktu yang di ucapkan Ardy.
Andin berjalan mendekat kearah pintu ruangan CEO dan mengetuk pintu tiga kali lalu membuka knop pintu tanpa menunggu pemilik ruangan menyuruhnya masuk.
Andin terkejut melihat...