Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 35
Foster menarik tangan Mina, membawanya keluar. Namun Mina bersikeras menolaknya dan tetap bertahan di tempatnya berdiri. Foster menarik napas, mencoba bersabar menghadapi gadis itu, kemudian menggendongnya.
"Kak Foster, apa-apaan ini?" Mina malu pada orang-orang.
"Diam. Jangan menguji kesabaranku." balas Foster datar.
Akhirnya Mina pasrah. Tangannya memeluk leher Foster kuat-kuat, takut dirinya akan terjatuh. Ia tidak berani menatap orang-orang dalam restoran yang mereka lewati. Pandangannya sempat kembali melirik Paul yang masih setia di tempat tadi, mengamati mereka dengan ekspresi yang bisa Mina artikan. Paul pasti bingung siapa Foster, laki-laki yang memukulinya tanpa sebab.
Kak Foster memang pernah menjemputnya dikampus, dan waktu itu ada Paul juga. Tapi pria itu mungkin sudah lupa dengan wajah kakak iparnya.
Setelah memasangkan safety belt Mina, Foster melajukan mobil memasuki jalan raya, meninggalkan restoran sialan itu. Foster tahu jelas pandangan pria yang ia pukuli tadi saat pria itu memandangi Mina. Itu bukan pandangan biasa, tersisip rasa suka di dalamnya. Dan Foster terbakar cemburu ketika Mina tersenyum lebar bersama laki-laki itu.
Ia tidak akan membiarkan siapapun merebut Minanya. Biar saja semua orang mengatakan dirinya pria brengsek, sombong, dan semena-mena, selagi gadisnya tidak jatuh ke dalam pelukan laki-laki lain.
Mobil Foster berhenti di parkiran gedung apartemen miliknya. Apartemen yang ia beli beberapa bulan lalu, dan tidak diketahui oleh siapapun. Termasuk mamanya sendiri. Apartemen itu khusus ia beli kalau sewaktu-waktu dirinya ingin sendiri dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Pria itu menggendong Mina kembali. Membawanya ke apartemennya.
"Kakak akan membawaku kemana?" " tanya Mina, dengan suara indah yang Foster sukai.
"Ke apartemen rahasiaku." Mina melotot.
"Buat apa? Aku nggak mau. Turunkan aku, aku mau pulang ke rumah mama!" gadis itu berusaha berontak namun tentu saja tidak berhasil.
Foster menghela napas panjang memandang wajah Mina sebentar sebelum menggesekkan kartu pada pintu apartemen. Namun Mina tiba-tiba melakukan perlawanan dengan menggigit bahu pria itu kuat-kuat hingga Foster lengah, dan kesempatan itu dipakainya untuk melarikan diri.
"Mina!" Foster mengejarnya. Mereka saling kejar-kejaran. Mina berlari secepat kilat, tapi langkah Foster jauh lebih cepat hingga ia berhasil mendapatkan gadis itu dan langsung mengangkatnya bak karung beras, membawanya masuk ke dalam apartemen mewah miliknya lalu membanting gadis itu ke sofa. Tidak kasar, tapi tidak lembut juga. Pria itu merasa kesal karena Mina melawannya. Bahunya masih sakit akibat gigitan kuat gadis itu.
"Coba saja kabur lagi." ujar pria itu dengan wajah kesal. Napasnya terengah-engah. Ia sudah mengunci apartemen, mau kabur pun Mina tidak akan berhasil. Tapi gadis itu masih saja bersikeras mencari cara. Padahal sudah tahu tidak akan ada hasilnya.
"Aku nggak mau di sini. Tolong kak Foster pulang kan aku ke rumah orangtua aku." kata Mina ketus.
"Jangan melawanku nona kecil, sudah kubilang bukan aku bukan pria yang bisa kau lawan." Foster menatapnya tajam.
"Kakak sudah menyakiti temanku. Aku harus minta maaf padanya. Katakan, kenapa kak Foster memukulnya, memangnya dia salah apa hah?"
Foster tersenyum miring.
"Dia tidak salah apa-apa, aku hanya tidak suka dia memperlakukan milikku seperti miliknya." ucapnya.
Perkataan pria itu membuat Mina berpikir keras. Lalu setelah bisa menyerap baik-baik maksud dari perkataan Foster, mata gadis itu melebar. Ia bangkit berdiri dan berdiri berhadap-hadapan dengan kakak iparnya sambil berkacak pinggang.
"Siapa yang milik siapa? Aku milik diriku sendiri. Bukan milik siapa-siapa, apalagi milik laki-laki playboy kayak Foster! Nggak sudi, hmph!" katanya langsung membuang muka ke arah lain. Ia masih ingat ciuman Foster dengan wanita kemarin.
Alis Foster terangkat.
"Playboy?" Ia mengucapkan kata itu lagi sambil menatap Mina lekat-lekat.
Gadis itu balas menatapnya dengan berani.
"Iya playboy. Apa perlu aku ingetin? Kak Foster itu suaminya kak Iren. Tapi berani menggoda aku, bahkan kemarin berciuman dengan wanita lain dikantor. Apa itu namanya kalau bukan playboy? Kalau kak Foster bisa berciuman sembarangan dengan wanita lain, aku bisa juga dong jalan sama pria lain!" sentak Mina nyalang. Ia marah pada dirinya sendiri karena bisa-bisanya terlibat dengan laki-laki macam itu.
Hening sebentar, lalu tawa keras kakak iparnya terdengar di seluruh ruangan. Sinting. Kakak iparnya memang laki-laki paling aneh yang pernah ia temui.
Saat suara tawa Foster berhenti, laki-laki itu menatap Mina lagi. Tatapan meresahkan yang sukses membuat Mina tersipu malu.
"Katakan, kau cemburu karena wanita itu menciumku bukan?"
Mata Mina melebar.
"Dih, siapa yang cemburu? Kakak jangan sembarangan!" elaknya. Ia refleks mundur karena Foster terus maju. Begitu terus sampai akhirnya Mina terduduk di sofa dan Foster menguncinya dengan tubuh besar pria itu. Lutut Foster menumpu di sofa sementara kedua tangannya mengunci badan mungil Mina.
"Kau pasti cemburu." ulangnya. Suaranya terdengar seperti bisikan.
"Nggak."
"Iya."
"Nggak!"
"Kalau begitu kenapa semalam kau langsung pulang ke rumah orangtuamu? Kenapa mematikan panggilanku? Apa alasanmu?" pria itu menatap mata Mina lekat-lekat.
"K ... Karena aku kangen mama papa, karena aku kangen rumah, karena ... karena ..."
Mina menunduk, mencari alasan lain. Aduh, kenapa ia jadi makin gugup begini sih.
"Karena kau marah melihatku berciuman dengan wanita lain. Kau bingung kenapa dirimu marah karena itu kau tidak mau melihatku dulu. Kau juga jalan dengan laki-laki lain karena ingin membalasku, itu namanya cemburu, nona kecil." kata Foster panjang lebar. Ia mengetuk hidung Mina dengan telunjuknya.
Mengetahui Mina cemburu padanya betul-betul membuatnya bahagia.
"Sudah aku bilang aku nggak cemburu!"
Foster tergelak. Susah sekali membuat gadis ini mengaku. Kalau begitu biarkan saja.
"Terserah kau saja. Aku hanya ingin bilang, ciuman kemarin bukan seperti yang kau lihat. Wanita itu tiba-tiba menciumku, tepat di saat kau masuk ke dalam ruangan. Aku sama sekali tidak ada hubungan dengan wanita itu. Jangan marah lagi ya," gumam Foster. Ia berharap Mina percaya penjelasannya. Hanya pada gadis itu ia mau menjelaskan dan bicara panjang lebar begini, karena biasanya ia adalah sosok pria yang sangat irit bicara dan teramat sangat dingin.
"Si ... Siapa yang marah?" Mina menunduk lagi. Setelah mendengar penjelasan kak Foster, entah kenapa ia merasa senang. Ternyata hanya salah paham. Semoga perkataan kakak iparnya bisa di percaya.
Foster terkekeh. Matanya turun ke kaos ketat yang dikenakan Mina. Isi di dalamnya yang tercetak jelas langsung membangkitkan gairah Foster. Pria itu bicara lagi.
"Hei, angkat wajahmu. Tatap aku." gumamnya lembut. Mina menurut, dan Foster merasa gadis itu manis sekali kalau menurut begini. Tatapan mereka bertemu.
"Aku ingin memilikimu. Bisakah hari ini kita ..."
Mina menggigit bibir lirih. Ia tahu maksud Foster. Dadanya bergerak naik turun, darahnya mengalir begitu cepat, tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. Dan Foster menggunakan kesempatan itu untuk mengecup bibirnya.