“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Ingin Cucu!
“Apa kau membohongi Mama selama ini? Ke mana Tiara Alvin! Pantas saja kau kini tak mau ada cleaning service, kau takut ketahuan jika sebenarnya Tiara tak ada di sini. Iya?”
“Ma, kenapa berasumsi sendiri, sih? Kenapa tak bisa dengarkan aku dulu! Aku ini baru bangun tidur, kepalaku masih pusing! Tunggulah sebentar, aku akan jelaskan semuanya!” Alvin gusar.
“Jelaskan apalagi? Kenapa kau terus membuatku kecewa? Sampai kapan kau akan seperti ini terus Alvin? Mama tahu, kau seperti ini karena dia yang telah hilang ingatan! Mama juga tahu, kau tak mencintai Tiara! Kurasa, semua ini hanya rekayasa! Benar kan?” dari raut wajahnya nampak sekali jika Sinta memendam kekecewaan yang sangat mendalam.
Jika boleh jujur, tentu saja Alvin memang tak mencintai Tiara. Hatinya masih untuk Livi. Tak semudah itu bagi Alvin untuk bisa mencintai Tiara. Baginya, cinta bukan main-main. Jika berani jatuh cinta, maka harus siap dengan segala resikonya.
“Ma, Alvin sedang bertengkar dengan Tiara! Tiara kabur, dia marah dan membawa semua baju-bajunya! Aku stres, Ma! Lihatlah semua ini, berantakan ‘kan? Semua ini jelas karena dia pergi! Bukan karena rekayasa! Mama tak tau isi hatiku, tapi Mama sok tahu! Jangan semakin membuat aku terluka dengan ucapanmu itu!” Alvin mulai bersandiwara.
“Apa? Bertengkar? Baru saja beberapa minggu menikah, apalagi yang kalian ributkan?” Sinta mengerutkan dahinya.
“Dia bertemu mantannya, saat acara makan malam di Samudra grup. Aku membawanya ke sana, untuk mengenalkan dia pada rekan bisnis Papa dan yang lainnya. Tapi di sana, dia malah bertemu mantannya dan membuatku cemburu!”
“Siapa mantannya? Kenapa bisa ada di acara Samudra Grup?”
“CEO Gelora Utama! Mama tak mungkin tahu, karena itu perusahaan kelas bawah, yang berada jauh dibelakang perusahaan kita!”
“Kau tak membohongi Mama kan Alvin?” Sinta sedikit mendesak.
“Enggak, Ma. Terserah, mau percaya atau tidak, yang penting aku sudah menjelaskan, kenapa Tiara tak ada di sini!” Alvin merasa bangga, karena ia berhasil mengelabui mamanya sendiri.
“Kalau begitu, jemput dia ke sini! Jangan jadi pria yang egois, kau harus memaafkan masa lalunya. Mungkin dia juga tak sengaja! Jangan apa-apa main emosi dan marah-marah. Tidak semua orang bisa memahami sifatmu, termasuk istrimu. Dia adalah orang asing yang masuk ke dalam duniamu, harus memahami dirimu. Karena itulah jangan terlalu keras! Kau harus lembut pada wanita! Mama tak mau tahu, jemput dia sekarang juga! Bawa kembali semua baju-bajunya. Mama akan tunggu di sini dan meminta cleaning service membersihkan semua ruangan kotor ini! Cepat mandi, sarapan dan bawa istrimu!” tegas Sinta tanpa jeda.
“Apa? Jemput?” Alvin sungguh malas sekali.
“Alvin Gunadi Raharja, cepat!”
Alvin pun terpaksa mendengarkan ucapan Sinta, ibundanya. Semua sudah terlanjur, Akhirnya Alvin sendiri yang pusing dengan kebohongannya itu.
Sepanjang perjalanan, Alvin marah-marah pada Doni. Doni yang memberikan kode pintu apartemen Alvin pada ibundanya. Hal ini tentu saja membuat Alvin menyalahkan Doni habis-habisan.
Tapi apa mau di kata, siapapun tak ada yang berani membantah permintaan ibunda Alvin. Dia adalah ratu di dalam keluarga Antariksa Grup. Tak pernah ada yang berani membantahnya, apalagi melawannya.
Tak lama, Alvin pun sampai di rumah Tiara. Malas sekali rasanya, Harus merayu dan meminta Tiara untuk tinggal di rumahnya. Pasti akan ada sebuah drama baru, jika mereka benar-benar tinggal bersama.
Alvin enggan keluar dari mobil, ia menyuruh sekretaris Doni untuk turun dan merayu Tiara. Alvin tak mau tahu, ia ingin terima beres tanpa harus bersusah payah.
“APA? Tinggal di apartemen Tuan Alvin?” Tiara syok bukan main.
“Nona, semua ini demi kebaikan Anda dan juga Tuan Alvin.” Doni berusaha merayu Tiara.
“Ti, gak apa-apa. Lo di sana aja, biar di sini gue sama Fani. Kan sekarang Fani ada mbak Ayu juga yang jagain dan rawat Fani 24 jam.”
Tiara menghela napas panjang, “tapi, Dil, aku itu bingung. Sampai kapan aku harus kayak gini? Sekretaris Doni, aku tanya, kapan perjanjian ini akan berakhir? Aku lelah, rasanya sangat membingungkan.”
“Nona Tiara, tak bisakah kau berpikir, bahwa perjanjian itu tak usah berakhir?” tiba-tiba sekretaris Doni berkata hal aneh.
“Hah? Sekretaris Doni, kenapa kau berbicara seperti itu?”
“Gue rasa, ucapan sekretaris ini ada benernya, Ra. Lo itu udah nikah sama si CEO itu! Ngapain juga perjanjian lagi? Tinggal lanjutin aja, selesai udah! Cinta mah datengnya belakangan, entar juga lo makin cinta ama tuh CEO! Gue aja nih ya, kalau jadi elu, udah gue rayu-rayu tuh dia! Biar jatuh cinta dan klepek-klepek ama gue!” Dila terkekeh.
“Tapi, sepertinya, jika wanitanya modelan seperti Anda, Tuan Alvin pun tak akan mungkin tertarik!” ujar Doni asal bicara.
“Heh, berani-beraninya lo ngatain gue! Apa maksud lo? Kurang ajar!”
“Sshhtt, Dila, udah! Aduh, kok jadi gini sih? Sekretaris Doni, aku akan menyiapkan baju-bajuku dulu, walau bagaimanapun aku tak bisa menolak keinginannya. Tolong bantu aku, membawakan koper di atas lemari.” Tiara tak enak, mereka malah jadi bertengkar.
“Baik, Nona,”
“Dasar sekretaris belagu! Lo pikir emang lo tampan gitu? Cuih banget!”
“Maaf, aku memang tampan Nona Dila,”
“Hueeekkkk!!!”
“Dila, sekretaris Doni, udah!”
Tiara tak lupa pamit pada Fani, sang adik tercinta. Sebenarnya Tiara sedih, tapi apa boleh buat, ia tak bisa menolak permintaan Alvin. Setelah selesai, Tiara pun pamit dan segera menuju mobil Alvin.
Di perjalanan tak ada satu patah kata pun terucap dari mulut Alvin maupun Tiara. Mereka sama-sama bingung harus memulai pembicaraan seperti apa. Intinya, keduanya pasti akan sangat canggung. Mengingat, jika mereka harus tinggal bersama mulai dari sekarang.
Setelah sampai di apartemen, benar saja ibunda Alvin masih menunggu dan sudah duduk santai di sofa mewah apartemen Alvin. Ibunda Alvin nampak menyambut Tiara dengan suka cita dan rasa bahagia.
“Sayang, maafkan sifat kekanak-kanakan Alvin, ya. Kamu jangan marah lagi, jika dia membuatmu kesal atau kecewa, katakan saja padaku. Biar Mama yang memberinya pelajaran!”
“Baik, Ma, maafkan Tiara yang telah mengecewakan mama, ya,”
“Ah, tentu tidak sayang. Sudah, kamu harus betah tinggal di sini. Harus banyak sabar menghadapi dia, ya. Atau, apa kamu mau tinggal di rumah Mama? Kita tinggal satu rumah saja, bagaimana?” ajak ibunda Alvin.
“Eh, apaan sih Mama! Enggak-enggak. Aku tak mau ya harus tinggal satu rumah dengan kalian! Aku sudah menikah, ini adalah privasiku. Sebelum nikah pun aku sudah terbiasa hidup sendiri, ‘kan? Jangan mau, Tiara! Sudah, di sini saja!” cegah Alvin.
“Hey, apa kamu bilang? Tiara? Jangan sebut nama pada istri itu! Tak sopan kamu!”
“Iya-Iya, maaf. Kan aku masih belum baikan! Sudahlah, Ma. Kau jangan ikut campur urusan rumah tanggaku! Aku bisa menyelesaikannya sendiri!”
“Tak semudah itu, ya, Vin. Mama tak bisa membiarkanmu acuh dan egois pada istrimu. Mama akan memberi tahu kalian sesuatu. Semua ini Mama lakukan demi keutuhan rumah tangga kalian!” tutur Ibunda Alvin.
“Apa itu Ma?” tanya Tiara.
“Apalagi sih, Ma?” Alvin mulai gusar.
“Tiara harus promil, ia harus hamil secepatnya!” pinta ibunda Alvin.
“Astaga, Mama! Apa-apaan ini?” Alvin refleks kaget.
“Apa? Kenapa? Kenapa kau marah?”
“A-aku tak marah. Aku hanya kaget saja. Itu terlalu cepat, Ma. Kita saja menikah belum lama.”
“Tiara belum siap, Ma,” Tiara berusaha mengelak.
“Mama sudah mau gendong cucu dari kalian! Teman-teman arisanku sudah memiliki cucu, Vin. Mama juga mau, ‘kan! Ditambah lagi, biar kamu gak egois terus! Biar Tiara juga gak harus kabur-kaburan kayak gini!”
“Ma, Tiara gak akan kabur lagi. Tapi untuk kehamilan, sepertinya kita tunda dulu saja, ya,” Tiara memohon.
“Betul, kita masih ingin menikmati momen indah bersama! Kalau sudah ada anak itu ribet, Ma!”
“Kalian bisa menikmati momen setelah melahirkan. Biarkan saja baby sitter yang mengurus anak kalian! Pokoknya, Mama mau Tiara hamil dalam waktu dekat. Dengar ya, minggu depan kita Akan promil ke Dokter kandungan. Tiara, nanti Mama yang akan mengantarmu untuk menjalani program kehamilan!”
“Ma!”
“Pokoknya cepat atau lambat, Tiara harus hamil! Mama akan lakukan apapun caranya, agar Mama bisa segera memiliki cucu dari kalian!” ujar Sinta dengan begitu tegas.
“Ma, tapi …”
“Tak ada yang boleh membantahku! Mama akan membawa Tiara promil minggu depan! Titik!” ujar ibunda Alvin, dengan nada yang meninggi dan keras.
Ya Tuhan, apa lagi ini? Kenapa rumit sekali hidupku ini?