Awalnya pertemuan tak sengaja dan berujung di ranjang tetangga.
Saking kesepiannya, Intan Novalia berselingkuh dengan tetangganya yaitu seorang dosen bernama Doni pratama.
Keseringan di tinggal dinas oleh sang suami yaitu Indra Arshaka. Intan, secara diam-diam menduakan suaminya sendiri tanpa sepengetahuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 3
Tap.. Tap.. Tap..
"Eh, kunci mobilnya mana..?" Ucap Indra sambil merogoh sakunya. Dia lupa mengambil kunci mobil miliknya dan mengira benda tersebut sudah ia masukan ke dalam saku.
Indra menghela nafasnya sejenak, dia sebenarnya malas untuk kembali ke apartemennya.
"Huft.. Aku tak berani menyuruh Intan untuk membawakan kunci kesini. Entah apa yang membuatnya kesal, sampai-sampai dia enggan bicara denganku."
Terpaksa Indra melangkahkan kakinya kembali untuk masuk ke dalam lagi, dia lebih baik mengambil kunci mobilnya sendiri dari pada menyuruh isterinya yang saat ini sedang dalam mode sangar.
Sebenarnya mudah, Indra harusnya peka pada sikap isterinya saat ini. Sudah 2 minggu dia tak menyentuh Intan, wajar saja Intan merindukan sesuatu yang hangat apalagi dalam urusan ranjang.
Dan yang lebih parahnya, Indra malah izin pergi ke rumah orang tuanya dulu di saat hari ulang tahun Intan. Bukan tanpa alasan, Indra ingin memberikan titipan yang di ingkan oleh ibunya.
"Kenapa Intan gak mau ikut, ya? Apa dia tidak merindukan orang tuaku? Aku benar-benar tak paham dengan sikapnya saat ini. Tapi, tak papa. Mau bagaimana pun dia, aku tetap mencintainya."
Dalam lift, Indra terus bergumam. Dia menatap ponselnya dengan wallpaper foto sang isteri. Jari telunjuknya mencoba mengelus foto tersebut sambil menunjukan senyum tipisnya.
Ting
Saat itu juga, Indra keluar dari lift dan berjalan menuju apartemennya. Kemudian Indra pun menekan sandi pintu lalu membukanya.
Ceklek
Dengan membuka pintu yang pelan, Indra menatap seluruh ruangan yang nampak sepi. Dia merasakan kalau Intan seperti sedang tak ada di rumah.
"Sayang...?"
"Intan, apa kamu sedang mandi?"
Langkah kaki Indra terus berjalan menulusuri beberapa ruangan. Tak ada jawaban dari Intan, namun hanya keheningan yang ada. Indra mengerutkan dahinya merasa aneh, kepanikan muncul dalam dirinya
"Intan kemana..? Ponselnya ada disini. Tapi, kenapa orangnya gak ada? Kalau memang dia pergi, seharusnya dia membawa ponselnya, kan? Dan lagi, aku tidak bertemu dengannya di bawah."
Indra merasa bingung, kemana sebenarnya perginya Intan? Pasalnya, jika Intan pergi ke minimarket terdekat pun, dia tidak pernah lupa untuk membawa ponselnya.
Dengan cepat Indra mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar apartemen untuk mencari Intan. Rasa menyesal Indra yang sudah membuat sang isteri marah, dirinya kini merasa khawatir dan panik.
Lalu setelah Indra pergi, tiba-tiba pintu apartemen Doni pun terbuka.
Ceklek
"M-maafkan saya, mas Doni. Saya sudah membuat anda merasa tak nyaman." Ucap Intan sambil menundukan kepalanya karena merasa malu.
Gelagat Doni pun menunjukan kebingungan bercampur dengan rasa malu. Bagaimana tidak, sesuatu telah terjadi antara mereka tadi.
"Ah.. tidak papa, mbak. Tidak perlu meminta maaf." Timpalnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Entah apa yang terjadi tadi, situasi mereka saat ini benar-benar gugup. Intan bahkan memalingkan wajahnya karena tiba-tiba terasa panas.
"Itu.. Ah, saya.. Kalau begitu, saya mau bersiap-siap dulu untuk pergi mengajar." Ucapnya sambil melirik Intan yang masih memalingkan wajahnya menatap ke arah lain.
Doni pun mengerti dan tak mau untuk membahas itu.
"Ya, silahkan, mas." Ucap Intan sambil mengangguk cepat. Saat itu juga, Doni pun masuk ke dalam apartemennya lagi.
Intan masih tetap tak berani menatap wajah Doni. Dia hanya berdiri di luar sambil menghela nafas sejenak merasa lega dengan situasinya sekarang.
"Huft.."
Intan menghela nafasnya sejenak sambil mengelus dada. Pikirannya saat ini kacau dan beberapa kali dia pun menggelengkan kepalanya. "Apa yang kau lakukan Intan! Kau benar-benar tak tahu malu. Bisa-bisanya kau melakukan itu."
Puk
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Intan dari belakang, dia pun terkejut dan langsung menoleh ke arah belakang.
"Hosh.. Hosh.. Sayang..!"
Mata Intan terbelalak saat melihat seseorang yang tak lain adalah sang suami tepat berada di depan matanya. Kepanikan muncul dari raut wajah Intan. Hatinya pun bertanya-tanya, apakah Indra melihatnya sejak tadi.
"M-mas.. Bukankah tadi kamu sudah berangkat?" Tanyanya dengan terbata-bata. Intan bahkan melihat Indra yang seperti habis berlari karena sang suami terlihat seperti mengatur nafasnya sejak tadi.
"Aku mencarimu, Intan. kenapa kamu ada di depan pintu apartemen mas Doni?"
Deg
Pertanyaan Indra membuat Intan mematung dengan ekspresi terkejut. Dia tak berani menatap suaminya dan malah menunjukan rasa paniknya.
"Kuharap.. Mas Indra gak salah paham." Gumam Intan mencoba melirik sang suami meski takut.
Bisa di bilang saat ini Intan sedang ketar-ketir dengan situasinya, dia gak ingin Indra salah paham, apalagi jika tahu apa yang terlah terjadi antara Intan dan Doni.
Indra menatap lekat sang isteri untuk mendengarkan penjelasan tentang maksud Intan yang sedang berdiri di depan pintu apartemen Doni.
"Aku........"
******
Sebelumnya....
30 menit yang lalu, saat Doni mencoba melepaskan rambut Intan yang tersangkut di kancing bajunya, Intan tanpa sadar menyentuh dada bidang Doni beserta otot perutnya.
Doni saat itu juga terkejut dan menundukan kepalanya menatap apa yang sedang Intan lakukan. "A-apa yang sedang anda lakukan, mbak Intan...?"
Intan tersadar lalu mendongakan kepalanya. Namun tanpa sengaja, hidung mereka sedikit menempel, hembusan aroma mint dari Doni membuat mata Intan tertuju pada bibir pria yang ada di depannya.
Glek
Entah kenapa, saat ini bibir Doni seperti meminta untuk di cium. bentuk bibirnya yang bagus, bagian atas terlihat tipis namun bibir bawahnya tebal. Tanpa sadar tangan Intan menyentuh bibir tersebut dan mengusapnya pelan.
Deg.. Deg.. Deg..
Jantung Doni berdetak dengan kencang, dia pun mematung seketika saat bibirnya di sentuh seorang wanita. Padahal posisi Doni saat ini bisa saja dia mendorong Intan. Namun entah kenapa, tangannya tiba-tiba mati rasa dan malah seperti pasrah saat Intan melakukan itu.
"Aku ingin menciumnya."
Mata Doni terbelalak sempurna, entah hantu apa yang merasuki tubuh Intan sehingga dia dengan beraninya melontarkan kata-kata yang tak masuk akal tersebut.
Dahi Doni mengerut, hatinya bahkan berkata-kata. Apa yang Intan ucapkan? Dia sangat terkejut dengan ucapan sepele tersebut yang mempunyai makna negatif. Bukan tanpa sebab, posisi Intan yang tak lain berstatus isteri orang sangat tak pantas mengatakan hal tersebut.
Terlepas dari masalalu nya, dia sangat benci dengan perselingkuhan maupun pengkhianatan, apalagi sekarang Intan sudah melakukan kontak fisik dengannya.
Grep
Tiba-tiba Doni menyentuh tangan dan menatap Intan dengan tatapan tajam. "Apa yang anda lakukan, mbak Intan?"
Deg
Dengan cepat Intan langsung tersadar dan menarik kembali tangannya yang baru saja mendarat di bibir Doni. Dia merasa malu dan kacau saat ini, bahkan Intan tak berani menatap Doni.
"M-maaf.. Tanpa sadar saya sudah melakukan hal yang ceroboh."
Bukan tak ingin Doni melakukan hal yang sama, dia sadar dengan posisinya dan juga status Intan bukanlah wanita yang tidak akan bisa dia miliki.
"Ah, t-tidak papa." Jawabnya tiba-tiba gugup.