PETAKA GHIBAH

PETAKA GHIBAH

Bab 1 22 April 2020

Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.

Clara menyiapkan pesta ulang tahun sederhana untuk anaknya yang bernama Dilara yang ke 15. Clara memasang hiasan dan balon-balon warna warni. Tidak lupa Clara membuat kue ulang tahun berwarna ungu dengan hiasan terbuat dari Fondant bertemakan alat make-up.

(ilustrasi kue ultah Dilara)

Kafi suaminya sengaja membawa Dilara jalan-jalan ke pasar malam yang diadakan setahun sekali di desa mereka. Memberi waktu untuk Clara menyiapkan pesta kejutan untuk Dilara. Dan ternyata sedari sore hujan tidak kunjung reda, terpaksa Kafi dan Dilara menghabiskan waktu bermain wahana yang ada di pasar malam.

Clara mendengar suara ketukan pintu dari arah luar. Clara mengintip dari tirai jendela, terlihat beberapa orang berdiri di depan rumahnya dengan pakaian sedikit agak basah. Pasti ada sesuatu yang sangat penting, sehingga mereka rela datang ke rumahnya di saat hujan petir melanda. Dan salah satu dari mereka adalah Pak Kepala Desa, Clara segera membukakan pintu rumah.

"Iya ada yang bisa saya bantu?" Clara dengan sopan bertanya kepada Pak Kades dan para warga.

"Maaf Bu Clara, hmmm, saya mendapatkan laporan dari warga, keluarga Ibu meresahkan warga," kata Pak Kades.

"Meresahkan bagaimana Pak?" Clara mengernyitkan keningnya.

"Sudah Pak Kades kita bawa saja ke Polisi,"

"Iya Pak Kades, banyak sudah memakan tumbal. Tangkap saja dia!"

"Tumbal? Maksudnya apa Pak Kades?" Clara dalam kebingungan meminta penjelasan.

"Dia! Dia pemakan bayi di kampung kita! Lihat yang ada di belakangnya. Sesosok perempuan berambut panjang pemakan bayi!" tunjuk seorang nenek tua menggunakan tongkat yang ada di tengah warga ke belakang Clara.

"Apa ini? Saya tidak mengerti. Apa maksud Anda Mak Tua?" Clara ketakutan, karena tatapan para warga sangat tidak ramah. Carla merasa terancam.

"Maaf Bu Clara, mereka bilang Bu Clara memakai pesugihan. Dan dalam beberapa bulan terakhir bayi-bayi di kampung kita ini meninggal tidak wajar. Dan kata mereka ini semua karena pesugihan yang dilakukan keluarga Bu Clara," dengan berat hati Pak Kades menjelaskan kepada Clara. Jauh di dasar hati paling dalam, Pak Kades tidak mempercayai rumor yang beredar. Tapi Pak Kades harus menjalankan tugasnya.

Clara akhirnya mengerti yang di maksud Pak Kades. Mungkin para warga kaget melihat perubahan keluarga Clara. Clara akhirnya dengan sabar menjelaskan kepada para warga.

Clara dan suaminya dulu termaksud keluarga yang sangat sederhana di desanya. Rumah mereka pun bisa di bilang gubuk derita. Gubuk kecil yang berdindingkan anyaman bambu, beratap jerami, beralaskan tanah, tanpa aliran listrik.

Nasib baik menghampiri mereka. Kafi ketika di sawah tanpa sengaja melihat seekor ular terluka. Orang-orang takut menolong ular itu, mereka lebih sayang nyawa mereka. Berbeda dengan Kafi. Kafi memejamkan mata berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Kafi pelan-pelan menolong ular itu dan membawanya ke gubuk mereka.

Sama seperti Kafi, Clara juga menaruh kasihan kepada ular hijau itu. Mereka berdua mengobati luka ular dengan daun-daun dan akar-akaran yang mereka tumbuk dan tempelkan di kulit ular tersebut. Sebagai tanda terima kasih, ular memberikan kelereng berwarna kuning kepada mereka.

Hasil penjualan kelereng emas itu mereka sumbangkan kepada tetangga yang membutuhkan, kepada janda-janda, anak yatim piatu. Dan juga digunakan untuk memperbaiki rumah mereka sehingga layak disebut rumah dan ditempat tinggali.

Para warga semua diam. Memang benar, setelah kehidupan Kafi dan Clara berubah, semua warga juga mendapatkan keuntungan. Kafi dan Clara tidak pelit, mereka selalu berbagi.

"Jangan dengarkan omongannya! Ingat bayi-bayi kalian yang meninggal tidak wajar!" Nenek tua itu terus memprovokasi warga.

Warga-warga kembali terpancing emosi. Emak-emak yang sudah kalap mata menyerang Clara. Mereka mencakar, mencubit, memukul, menjambak bahkan menendang perut Clara. Orang-orang yang pernah ditolong Clara termasuk Pak Kades mencoba melerai Emak-emak yang sudah kemasukan setan. Mereka melindungi Clara.

"Cukup! Berhenti! Kalian jangan mudah difitnah. Kita cari buktinya!" teriak Pak Kades.

"Bu Clara tidak mungkin seperti itu," sahut salah satu warga.

"Jangan dengarkan! Habisi wanita itu!" Nenek tua itu memukulkan tongkatnya ke arah Pak Kades dan orang-orang yang mencoba melindungi Clara.

Keributan tidak dapat dihindari lagi. Clara penuh dengan luka. Bajunya sobek, nampak lah pakaian dalamnya. Pria-pria memandang penuh nafsu ke arah Clara yang berwajah cantik dan berkulit putih.

Salah seorang dari mereka mengangkat tubuh Clara dan masuk ke dalam rumah diiringi beberapa pria lain di belakangnya. Tubuh Clara dihempaskan ke atas sofa. Clara berontak berusaha lari, dengan sadisnya salah seorang dari empat orang pria itu memukulkan vas bunga ke kepala Clara. Kepala Clara berdarah, matanya berkunang-kunang, darah segar menetes jatuh ke pipinya.

Pria-pria kejam itu semakin rakus melihat tubuh Clara. Satu orang memegangi tangan Clara di atas kepalanya, dua orang membuka lebar dan memegang kaki Clara. Mulut Clara dibekap. Dan mereka bergantian melecehkan dan melakukan tindakan asusila pada Clara. Clara tidak berdaya, nafasnya hampir habis. Tubuhnya gemetar menahan sakit. Clara menatap mereka semua satu persatu. Clara tidak akan melupakan wajah-wajah iblis itu.

Di luar rumah masih terdengar keributan. Pak Kades dan warga yang masih waras mencari Clara. Mereka mendobrak masuk pintu rumah Clara.

BRAAAAKKK!

Pintu rumah Clara terbuka. Nampaklah dari luar pria-pria yang melecehkan Clara. Mereka semua telanjang. Begitu juga dengan Clara terlihat tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Dan darah segar terus saja mengalir dari kepala dan daerah kemaluannya.

"BIADAB! APA YANG KALIAN LAKUKAAAAAN!" Kafi dengan penuh kemurkaan menghajar 4 orang pria yang melecehkan istrinya.

"Mama, mamaaaaaaaa," Dilara menangis histeris, Dilara tak sanggup melihat kondisi Clara yang sungguh menggenaskan. Dilara jatuh tidak sadarkan diri.

Para warga yang masih berakal sehat ikut membantu Kafi menghajar keempat pria itu. Dan kembali terjadi perkelahian antar warga yang pro keluarga Kafi dan yang membenci keluarga Kafi. Kafi berlari mengambil selimut ke dalam kamarnya dan kembali ke ruang tamu menutupi tubuh Clara.

"Sayang, maafin aku. Aku datang terlambat. Bertahanlah," Kafi berniat mengangkat Clara dan membawanya ke rumah sakit.

"AAGGGGHHH!" Kafi memuntahkan darah dan kepalanya jatuh di pundak Clara.

Samar-samar Clara melihat orang yang berdiri di belakang Kafi. Clara kenal betul siapa dia. Dan Clara dengan lemah menatap Kafi yang sudah tidak bernyawa dihadapannya. Clara pun akhirnya menutup mata. Mereka berdua meninggalkan dunia saling berpelukan dengan sebuah tombak yang menancap di pinggang Kafi dan menembus perut Clara.

Dan orang yang menancapkan tombak itu tersenyum melihat kematian mereka. Dia pun menyelinap keluar lewat pintu belakang rumah, menghilang dalam gelap dan menyatu dalam dinginnya malam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Al!f

Al!f

karya baru lagi, semangat Thor.

2024-10-05

1

Queen

Queen

kejammmmmm

2024-10-05

1

Queen

Queen

siapa si nenek?

2024-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!